Kok Enggak Mahram?

17 8 1
                                        

"Suka banget yah duduk melamun di depan cermin?" tanya Rizki yang membuka kancing bajunya satu persatu. Aku bisa melihat dari pantulan cermin di depanku. Saat dia hendak membuka kemejanya dengan sembarangan, sentak aku menutup kedua mata ku. Suara langkah kaki mulai mendekat ke arah ku.

"Nay, kenapa?" tanyanya yang tidak kutanggapi.
"Ooh... Enggak mahram yah. Maaf, okelah aku akan ganti di kamar mandi sajalah."
'Enggak mahram?' batinku.
Mataku langsung kubuka setelah mendengar langkah kakinya ke arah kamar mandi.
Setelah itu, Rizki sudah mengganti pakaiannya dengan baju polos berwarna hitam dan celana training panjang. Dia bersiul di malam hari. Dengan santai, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sementara aku masih duduk di depan cermin. Dia membuka handphonenya dan mengabaikan ku. Lima belas menit kemudian, dia baru sadar jika di dalam kamar bukan dia saja. Dia menatapku dari tempat tidur dan berkata, "Enggak ti..." Aku langsung memotong perkataannya, "Gimana mau tidur? Aku enggak mau satu ranjang sama kamu! Aku mau di tempat tidur aku." Rizki langsung tertawa mendengarnya.
"Hebat kamu, Nay. Bisa tahu apa ingin aku tanyakan." katanya. Dia mengambil dua selimut di dalam lemari. Lalu mengambil matras di bawah tempat tidurnya dan merapikan sebuah selimut di atas matras dengan dua bantal.
"Kamu tidur disitu kan? Berarti aku tidur di kasur?" tanyaku. Kali ini senyumannya merekah sembari menggelengkan kepalanya.
"Kamu tidur disini yah, aku enggak terbiasa sih tidur di atas matras. Hehe..." jawabnya. Aku langsung cemberut dan menggerutu di dalam hati. Mau tidak mau aku tidur diatas matras. Ketika hendak tidur, dia mengatakan sesuatu kepadaku.

"Besok tempat tidur ini kita bagi dua aja pakai gorden diatasnya sebagai pembatas, abis itu kita kasih kayu sebagai pembatas juga. Takutnya kamu marah kalau kita bersentuhan. Kan enggak mahram."

'Belajar agama dimana sih dia.' batinku dalam hati.

Balai RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang