14. APA KEBAHAGIAANMU?

1K 131 6
                                    

NARUTO AND ALL THOSE CHARA BELONGS TO PAK MASASHI KISHIMOTO.

Warning:

Alur maju-mundur jadi harap di baca dengan seksama.

Cerita ini hanya imajinasi penulis!


KOKORONASHI

~~~

Hinata kesal, pada dirinya sendiri dan pada perasaannya yang tak menentu, meragu dan mengabu.

~~~

Beberapa hari ini, Hinata tak juga keluar dari gerbang rumah Hyuuga. Ia tidak enak badan, itu yang ia katakan pada Hanabi.

Setidaknya itu juga yang Hanabi katakan kepada siapapun yang datang ingin bertemu dengan Hinata, bahkan pada Naruto sekalipun.

Hinata saat ini duduk di serambi belakang rumahnya, memperhatikan lapangan kosong yang biasa menjadi tempat latihan mereka.

Hinata hanya terdiam seperti itu, pikirannya menjelajah jauh, sedangkan ia hanya sedang berbicara dengan dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian berlalu tanpa Hinata sadari, tiba-tiba saja ia merasakan seseorang memegang pundaknya.

Hinata membalikan wajahnya ke belakang, dan raut mukanya seketika berubah tegang begitu melihat ayahnya berada di sana.

Ia baru akan berdiri saat pria tua itu menahan pundaknya untuk tidak melakukan pergerakan.

Hinata akhirnya hanya dapat terduduk kembali di tempatnya saat tubuh yang sudah menua itu mengambil tempat duduk di sampingnya.

Tiga menit awal kebersamaan keduanya hanya ditemani dengan keheningan, saat pria tua itu memanggil nama Hinata, barulah tatapan gadis itu tertuju padanya meski dengan hati yang berdetak hebat sedari tadi.

"Lihatlah langit di atas sana, Hinata."

Hinata mengangkat kepalanya, mengikuti apa yang dilakukan pria tua itu, Hiasi, Ayahnya.

"Saat ini cerah," lanjut Hiasi, kepalanya masih menengadah, menatap ke atas langit sana.

"Beberapa jam lagi akan berganti gelap, pertanda malam."

Hinata masih juga menatap ke atas, langit biru yang terlihat jelas dihiasi awan-awan putih yang mempesona.

Menakjubkan.

"Adakalanya awan berwarna kecoklatan atau jingga, terkadang musim salju atau turun hujan."

Hinata masih mendengarkan.

"Itulah hidup, Hinata."

"Ada hal yang tidak bisa kita atur."

"Cuaca di dunia ini bahkan perasaan kita."

Hinata kali ini mengalihkan pandangannya untuk menatap wajah ayahnya.

Begitupula Hiasi yang juga mengalihkan tatapannya pada Hinata tepat saat ucapannya terhenti.

Banyak kerutan akibat pengaruh usia yang dapat Hinata temukan di wajah Hiasi, membuat Hinata sadar bagaimana waktu berlalu dengan sangat cepat, mengambil masa muda dan juga membolak-balikkan perasaan manusia.

"Kamu berhak untuk masa depanmu," lanjut Hiasi, tatapan keduanya saling beradu.

"Kamu berhak untuk memilih jalan hidupmu, Hinata."

Mata Hinata membola, rasa tidak percaya akan apa yang terucap dari bibir ayahnya jelas terlihat di wajahnya.

Hinata sudah merasakan perubahan ayahnya sejak beberapa tahun lalu, tepatnya setelah kasus penculikan yang melibatkan Toneri dulu, tapi baru hari ini ayahnya bertatap mata dan berbicara dengan begitu lembut padanya.

KokoronashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang