Aku tak apa sekarang - (Chapt 8)

29 7 0
                                    

Matahari telah tenggelam sempurna sekarang.

Kau menggeram menahan rasa sakit yang semakin lama semakin hebat di kepalamu.

Pandanganmu juga sudah mengabur, hanya dapat melihat jarak 1-2 meter dengan jelas, sisanya tak terlihat. Ditambah sekitarmu yang gelap juga semakin menyulitkanmu.

Merasa sudah cukup jauh dari mereka, kau merosot jatuh meringkuk, menahan sakit luar biasa.

Fisikmu lelah setelah kejar-kejaran sekitar 20 jam, nyaris nonstop. Walau sesekali kau bisa istirahat, tapi itu tidak lama. Ditambah kau kekurangan cairan di tubuhmu, lengkap sudah.

Jantungmu berdetak cepat masih sisa berlari, nafasmu sesak, dan kau sedang berusaha mengaturnya di sini, berusaha tetap tenang bersandar di bawah pohon dan dikelilingi semak berduri.

Walau sebenarnya, dengan kondisimu saat ini, yang tak akan bisa melawan jika ketahuan, bagaimana caranya bisa tenang?

Kepalamu berdenyut luar biasa sampai samar kau melihat seseorang mendekatimu. Dan.. kesadaranmu menghilang dan juga rasa sakit di tubuhmu, perlahan tak kau rasakan lagi, semuanya menjadi gelap bagimu.

Klise, lagi.

...
...


Tuk, tuk

Ngiiing-!

"Kau gila?! Kau baru saja menemukannya pingsan dan kau dengan santai memasukkannya ke dalam rumahmu?!"

Samar kau mendengar suara bariton memasuki indra pendengarmu.

"Apa yang kau harapkan?! Membiarkannya mati perlahan? Aku masih punya hati untuk itu!"

Suara melengking membalas, yang ini suara perempuan.

"..."

Hening beberapa saat, kau mengernyit, merasakan kepalamu yang masih sakit dan berat.

"Berpikirlah sedikit! Kondisinya tidak baik! Aku berusaha membantunya, tapi kau malah marah-marah. Apa maumu?!"

Terdengar seseorang terisak.

"..baiklah, baiklah maafkan aku.."

Suara bariton tadi.

"Mudah sekali kau mengatakan maaf seperti tisu toilet!"

Uh..

"..ssshh.. maafkan aku maafkan aku.. maaf aku membentakmu.. maaf menyalahkanmu.. kau tidak salah.. maafkan aku, aku yang salah.."

"Terserah! Ambilkan air hangat sana! Demamnya tinggi sekali sejak tadi malam aku terus mengompresnya tapi demamnya belum turun. Kasihan sekali.."

Beberapa saat kau hanya mendengar suara kompor dan peralatan lain, tak ada percakapan.

Sampai perlahan kau merasakan dahimu disentuh, "Tubuhmu panas sekali.. apa yang terjadi kenapa kau demam setinggi ini?" terdengar suara lembut menyapa telingamu, berbeda dengan suara nada tinggi tadi.

Kau mengernyit, berdehem pelan karena tenggorokanmu terasa sakit.

"Oh! Dear, apa kau sudah sadar?! Bagaimana keadaanmu?!"

Kau membuka matamu perlahan, berusaha mengangguk walau pelan, "Tidak terlalu baik, tapi aku tak apa sekarang."

- To be continued

Ujung Dunia [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang