Mari Akhiri di Sini - (Chapt 13)

26 7 0
                                    

Kau mengerjapkan matamu mendapati dirimu berada di sebuah ruangan berdinding tinggi kokoh berwarna hitam.

Tanganmu diborgol ke sudut kanan dan kiri ruangan. Kakimu yang tadi terluka sudah tampak diperban, juga diborgol.

Kau menatap kakimu, menyapu rantai dengan pandanganmu, mencari pangkal rantai yang memborgol kakimu.

Menoleh ke belakang, dan menemukan pangkalnya ada di dinding belakangmu yang berjarak 10 meter dari tempatmu berada.

Sedangkan 10 meter di depan sana terdapat pintu baja berukuran tinggi 2 meter dengan lebarnya 1/2 dari tingginya.

Kau mendongak mendapati ruangan itu tanpa atap. Tinggi ruangan ini sekitar 10 meter menurut perkiraanmu.

Masih sibuk mengamati dan mengumpulkan kesadaranmu, suara pintu baja yang terbuka membuatmu menoleh menatap tajam siapa yang datang.

Seorang pria dengan pakaian hitam tampak memasuki ruangan, diikuti beberapa orang lainnya yang juga berpakaian serba hitam. Rambutnya tampak putih sebahu, dengan wajahnya yang dipenuhi garis kerutan tegas. Pria itu berumur sekitar setidaknya kepala 5.

"Hei~ kau sudah sadar rupanya, Direwolf~"

Kau masih menatapnya tajam, "Siapa yang kau ajak bicara, Pria Tua?!" kau berdesis. Instingmu mengatakan dia orang yang buruk.

"Apa kau baru saja mengatai 'Paman'-mu ini 'Pria Tua'?" pria itu terkekeh pelan, menggelengkan kepala, berjongkok mensejajarkan tingginya dengan dirimu yang berdiri dengan lutut.

"Kau bukan pamanku, sekarang beri tahu di mana aku."

"Hah~ Direwolf~ padahal aku sangat menyayangimu.. Kau sudah jadi tentara terbaik Ketua Besar jika saat itu kau tidak pergi ke hutan itu," tangan pria itu mengelus kepalamu, membuatmu menggeram hendak memukulnya, tapi tertahan oleh rantai yang memborgolmu.

"Jangan sentuh aku barang seujung rambutpun dengan tangan kotormu itu, Pria Tua! Aku tidak mengenalmu!" kau berontak marah berusaha melepas borgol di tanganmu.

"Oho~ benarkah? Tidakkah kau ingat sesuatu, Direwolf? Objek 001~?"

Ngiiiing-!

Telingamu berdenging, kau merasakan sesuatu mengalir dari hidungmu, menetes.

Darah, lagi.

Kau kembali ke posisi awalmu, berdiri dengan lututmu.

"Kau tidak benar-benar lupa, Direwolf! Kau mengingatku! Tentu saja! Direwolf, objek 001."

"T-tidak aku tidak mengenalmu!" ucapmu menggigit bibir, berusaha menyangkal segala informasi yang entah darimana datang berdesak-desakkan di otakmu.

"Sudahlah! Oh, Direwolf-ku tercinta~" sebuah suara lain muncul di balik pria tua tadi, seorang pria berumur sekitar 22 tahun yang lengkap dengan jubah hitamnya, bersama dua orang lainnya yang kau kenal membuatmu semakin melebarkan mata.

"Alton, Ellen," kau berkata dengan nada dingin, kaget bercampur marah dalam hatimu.

Ellen hanya menunduk, sedangkan Alton memalingkan wajahnya, mengangkat dagunya.

Kau menatap mereka tidak percaya. Ternyata mereka berdua anak buah-nya.

"Mari segera akhiri saja di sini, kau mau kembali padaku kan, My Direwolf~?"

"Tidak. Biarkan aku kembali."

"Kembali ke mana My Direwolf? Kau ada di rumah.. ini aku.. tidakkah kau ingat aku? Filan? Teman masa kecilmu sejak lahir? Sekarang aku menggantikan ayahku, menjadi Ketua Besar.. My Direwolf~. Tidakkah kau mengingatku?"

"Tsk," kau berdecak kesal, "baiklah, ya, aku mengingatmu. Tapi tidak terima kasih. Aku mau kembali ke sobat-ku saja dibandingkan denganmu," ucapmu setelah tiba-tiba ingatan masa kecilmu sebelum umur 7 tahun kembali entah bagaimana.

Buagh!

Sebuah pukulan mendarat di pipi kirimu.

"Siapa yang kau sebut sobat-mu itu hah?! Aku sobatmu! Kembali padaku!" Filan mencengkram dagumu kuat.

Kau menggeleng kuat, melepas cengkraman tangan kanan Filan dari dagumu, "Cuih," kau meludah ke samping, tampak ludahmu tercampur dengan darah.

"Siapa sobat-ku bukan urusanmu."

"Tidak! Itu urusanku! Karena aku adalah satu-satunya teman-mu. Satu-satunya teman hidupmu!"

"Sorry, Bro, but she's mine!"

Aura yang tadi sudah gelap semakin kelam. Beberapa orang dibelakang Alton dan Ellen tumbang. Menyisakan si Pria Tua, Ellen, Alton, dan Filan.

"She's mine. Not yours."

Orang pemilik suara mengintimidasi itu kini berdiri di hadapanmu, menatap nyalang ke arah Filan.

Mukanya tertutup masker membuatmu tak mengenalinya. Suaranya juga tak terdengar familiar, membuatmu mengerutkan kening.

"Siapa kau?" suara Filan yang tadi bernada tinggi berubah mengintimidasi, menyamai lawan bicaranya.

"Aku teman-nya."

"Berhenti berbual, bagaimana kau bisa berada di sini?"

"Membuntuti anak buahmu," orang itu melirik ke arah Ellen dan Alton.

"Apa maumu?" Filan menatap tajam lawan bicaranya.

"Membawa pulang kawan-ku. Tentu saja."

"Berhenti bermimpi. Anak-anak tangkap dia."

Alton sigap meringkus orang itu, tapi orang itu juga gesit menghindar.

Pasukan berpakaian serba hitam berdatangan, dipanggil oleh si Pria Tua.

Filan menggertakkan giginya, rahangnya mengeras, "Pasukan Elite, tangkap dia!"

- To be continued

Ujung Dunia [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang