Survival Life - (Chapt 11)

17 5 0
                                    

Matahari sudah mulai beranjak ke puncaknya.

Suara air yang berdebam jatuh dari ketinggian menjadi latar belakang tempatmu sekarang.

Bajumu sudah basah kuyup, di tanganmu tergenggam tongkat kayu yang sudah kau potong runcing di bagian ujungnya, matamu menyapu ke dalam air sungai yang tampak jernih.

Mencari ikan untuk makan siang.

Bersyukur tak ada buaya yang lewat sejak kau berada di sini tadi.

Sepertinya kau akan tinggal di tepian sungai malam ini, di mana ada ceruk yang bisa kau gunakan untuk bersembunyi entah itu dari manusia ataupun hewan.

Matamu terus menyapu sekitar hingga melihat ada seekor ikan yang tampaknya mudah untuk ditangkap.

Dengan ancang-ancang..

Splash! Splash! Splash!

Kau berusaha menusuk ikan itu dan bingo!

Ikan itu berhasil kau tangkap.

"Waktunya makan siang~ hehe," kau nyengir puas melihat ikan yang berhasil kau tangkap cukup besar.

...
...

"Ternyata mencarimu tak sesulit itu, Kawan," seorang lelaki menyeringai menatap petunjuk bandara, "bahkan jika ini akan berakhir membahayakan nyawa, setidaknya aku ada di sana membantumu. Kita akan berjuang bersama. Aku tak akan membiarkan kau sendirian bahkan jika itu berarti aku harus pergi ke ujung dunia."

Lelaki itu melangkah pergi keluar dari bandara dengan ransel di punggungnya.

...
...

"Anak itu menghilang," desis seorang perempuan dengan ikat rambut kuda tampak mengepalkan tangannya.

BRAK-!

"Bagaimana bisa?!" Seorang lelaki bertubuh kekar menggebrak meja makan dihadapannya. Dia baru saja tiba setelah pergi mengurus urusannya yang tak kalah penting dengan buruan mereka kali ini. Mendengar kabar buruan mereka kabur bukanlah hal menyenangkan baginya.

"Mana aku tahu, Senior!" perempuan tadi yang sudah frustasi jadi ikut terpancing emosi.

Sedangkan orang-orang sekitar mereka tampak menunduk ketakutan.

"Ayo kita cari dia, Partnerku. Percuma Ketua Besar merekrut anak buah baru seperti mereka. Pada akhirnya hanya kita yang bisa melakukan ini bersama pasukan elite milik Ketua Besar," lelaki kekar tadi melirik tajam anak buahnya yang berada di sekitarnya, dia memasang jaketnya, bersiap.

20 anak buahnya itu terlambat datang, membuat buruan mereka lepas begitu saja.

Merepotkan.

Anak buahnya yang ditatap hanya bisa menunduk.

"U-uakh-!"

Entah apa yang terjadi, sepersekian milidetik seseorang dari mereka ambruk dari berdirinya.

Yang lainnya ingin sekali membantu, tapi tak ada yang berani.

"Kau, kukira kau cukup pandai mengatur teman-temanmu. Ternyata kau sama saja seperti mereka. Kurang berlatih," perempuan kucir kuda tadi juga mengenakan sepatunya ikut bersiap, "Aku akan mengurusmu nanti. Akan kubiarkan kau menderita sampai matahari terbit besok, lalu aku baru akan mengurus soal hukumanmu. Aku sudah berkali-kali membela kalian saat Senior marah, tapi kali ini tidak. Aku sudah lelah."

Orang yang tadi ambruk sekarang meringkuk menahan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya.

Entah apa yang dilakukan perempuan kucir kuda itu sampai anak buahnya itu hanya bisa meringkuk sambil mengerang kesakitan.

Ujung Dunia [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang