Lari, Cari {2} - (Chapt 10)

20 6 0
                                    

Kau tak bisa berlama-lama tinggal di tempat Ellen.

Tidak.

Tidak boleh.

Kau tahu itu.

Kau tahu kau hanya akan membawa bahaya bagi Ellen dan Alton.

Kau harus bisa pergi.

Tapi bagaimana jika Ellen dan Alton bahkan bergantian 'shift jaga' menjaga pintu depan dari sentuhanmu?

Melangkah keluar satu langkah saja mereka berdua sudah memperingatkan dengan suara mengintimidasi, "Kau belum sembuh. Kau tidak boleh pergi."

..hah..

Tak ada pilihan lain.

"Maafkan aku, Ellen, Alton! Kita akan bertemu lagi jika takdir 'berbaik hati'! Jaga diri kalian!" gumammu sebelum..

Pats, tap tap tap.

Melompat dari satu atap ke atap yang lain sambil sesekali berlari cepat di dinding.

Kabur.

Satu-satunya cara.

Karena kau tahu, dia, anak buahnya, terus mencari, dan tak membiarkanmu berhenti berlari.

Kau lari, mereka mencari.

5 tahun mengejarmu, kau tak tahu alasan pasti kenapa, kau hanya tau kau harus menghindar, kau harus pergi, kau harus sembunyi dari dia dan anak buahnya.

"Hoy turun dari rumahku bocah nakal!" Sebuah teriakan membuat konsentrasimu yang sedang berlari di dinding buyar, tanpa persiapan tubuhmu sudah terhempas ke tanah, di tengah pasar.

Beruntung kau tak menjatuhi orang atau barang dagangan.

Orang-orang mulai mengerumunimu, tapi begitu kau mendapat kembali kesadaranmu, tanpa basa-basi kau segera keluar dan menjauh dari kerumunan.

Bahaya.

Bisa jadi salah satu dari mereka mata-mata.

...
...

Kau berhasil pergi dari kota itu.

Menyusuri jalan setapak hutan.

Hutan bukan tempat yang aman untuk bersembunyi bagimu, setidaknya itu yang ada di pikiranmu. Karena hutan penuh dengan hewan buas dan berbahaya. Salah-salah tidak ditangkap pengejar tapi jadi santapan pesta hewan.

Semakin kau masuk ke dalam hutan suara-suara khas hutan menyambut ramah menghampiri indra pendengaranmu.

Burung-burung berkicau dan udara sejuk pagi  berhembus pelan. Jangan lupakan suara gemericik air dari anak-anak sungai yang membuat suasana semakin damai dan segar.

Kau mengamati sekitarmu yang semakin lama semakin lebat. Semak belukar semakin tinggi sesekali melintang dihadapanmu dengan durinya yang membuatmu sedikit was-was.

Cahaya mulai sulit menembus, sekitarmu semakin terlihat agak gelap.

"Apa mereka bisa mengejarku sampai ke sini? Ah, bisa saja. Kamera pengintai itu bisa menyelip di banyak celah," kau mencoba memutar otakmu, berpikir bagaimana cara lari dan bersembunyi dari mereka.

Tapi tunggu, .... apa sebenarnya alasan mereka mati-matian mengejarmu?

Kata-kata para pengejar itu kembali terngiang di kepalamu.

"Cari bahkan sampai lubang tikus! Bocah si*lan itu jadi harga nyawa kita!"

Tidakkah terlalu berlebihan? Alasan di baliknya tentu tidak sederhana.

- To be continued

Ujung Dunia [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang