Saat ini {2} - (Chapt 5)

29 8 0
                                    

Kau berusaha mengatur nafasmu, sayangnya itu tak membantu memperbaiki penampilanmu saat ini.

Pucat pasi, darah seperti terkuras habis dari wajahmu. Keringat dingin membanjiri tubuhmu membuat kaus putihmu basah kuyup.

Kau baru sehari di sini.

Kau tidak ingin segera pergi.

Kau masih belum ingin melepaskan sobatmu dari genggamanmu.

Kau masih belum siap melihat senyuman itu layu dari wajahnya.

Tidak, atau tepatnya, kau tidak akan pernah siap. Karena kau, tidak akan pernah rela, senyum itu layu dari wajahnya.

Senyum indah yang selalu terbayang setiap kali kau menutup mata, senyum yang merekah dari bibirnya, senyum yang ingin kau jaga selamanya, yang ingin kau miliki.

Tidak.. kau tidak bisa..

Kau tidak bisa pergi.. itu hanya akan menyakitinya..

Ide gila itu terlintas di pikiranmu.

"Kenapa tidak kubawa saja dia?" gumammu yang dengan cepat kau menggelengkan kepalamu. Ide buruk.

"Hey, kenapa tadi?" Orang yang sedang kau pikirkan itu tiba-tiba mengelus kepalamu lembut, membuat kau menatap matanya.

Matanya penuh kekhawatiran, sorot matanya bagai melancarkan berbagai pertanyaan yang hanya bisa kau balas dengan terdiam, perlahan kau memutus kontak mata dan menunduk.

"Hey, ada apa? Kau tahu kau selalu bisa mengatakan padaku.."

Kau menggigit bibir, sebelum akhirnya mengangkat wajahmu, "Kawan, jika aku hilang lagi, apa yang akan kau lakukan?"

Dia terdiam, memalingkan wajahnya, "Kenapa? Apa kau akan menghilang lagi dari hidupku?"

"Bukan begitu.." kau kembali menunduk.

Sekali lagi..
Ini bukan kemauanmu. Ini tidak dalam kendalimu.

"Hah~" dia menghela nafas kembali menghadapkan wajahnya padamu, jari telunjuknya dia gunakan untuk menarik dagumu agar mendongak, "kau menyembunyikan sesuatu dariku, benar bukan, Sobat?"

Tanpa keinginanmu, air matamu jatuh mengenai pipimu namun tanpa basa-basi kau mengusapnya kasar.

"Ahaha.. uhm, apa kau marah?"

"Aku tidak tahu apa yang kau sembunyikan, Kawan..," tangannya perlahan menangkup pipimu, "tapi terlepas dari apapun itu.. aku yakin kau melakukannya untukku," dia tersenyum tulus walau matanya tampak sendu, menyedihkan.

Kau melirik ke arah samping, tak kuat melihatnya seperti itu.

"Tapi, Kawan, jika kau hilang lagi..," dia menggantung ucapannya, membuatmu kembali menatapnya, "akan kucari bahkan jika harus sampai ujung dunia," ucapnya tegas menatapmu dalam. Ucapannya penuh kesungguhan. Dia tak ingin kehilanganmu. Tidak, tidak untuk kedua kalinya.

Kau hanya bisa tersenyum getir, berhambur ke pelukannya, "Maafkan aku, Kawan."

- To be continued

Ujung Dunia [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang