"Bi, bisa tolong ambilkan bunga," ujar Renata yang sibuk mengorek tanah. Ia tengah sibuk berkebun untuk mengatasi kebosanannya di rumah.
"Ini." Suara tersebut membuat Renata sedikit tersentak kaget, ia berusaha untuk memfokuskan baik-baik pendengarannya barusan. Sekop di tangannya juga di ambil alih orang tersebut. "Kenapa hanya diam?" tanya suara itu kemudian.
Pertanyaan tersebut membuat Renata yakin dengan apa yang ia dengar, tidak salah lagi, suara tersebut memang Elvano.
"Hari ini urusan di kantor selesai dengan cepat, makanya aku pulang." Jelas Elvano seadanya. Entahlah, ia merasa Renata ingin mengajukan pertanyaan tersebut. Sementara kedua tangannya kini sibuk menanam bunga. Jangan tanya makhluk apa yang sedang merasukinya. Dirinya sendiri juga tidak mengerti, bagiamana langkah kaki menuntunnya, berjalan ke taman belakang dan menemukan Renata yang tengah sibuk berkebun.
Renata hanya manggut-manggut mendengar perkataan Elvano
"Sudah selesai, ada lagi tanaman yang ingin kamu tanam?"
"Tidak ada," jawab Renata singkat.
"Kalau begitu masuk saja, biar aku yang menyiram semua tanamannya." ucap Elvano.
"Jangan, aku saja, kamu pasti lelah setelah pulang kerja," cegah Renata.
"Tidak apa, masuklah." Renata akhirnya menurut, ia mengambil tongkatnya lalu, masuk ke dalam rumah.
***
Setelah selesai menyiram semua tanaman, Elvano berjalan masuk ke dalam rumah, ia mendapati Renata yang tampak kesusahan mengambil mangkuk yang ada di lemari.Elvano kemudian melangkah menuju tempat istrinya berdiri, lalu mengambil mangkuk tersebut. Sementara Renata tampak terkejut dengan kedatangan Elvano yang tiba-tiba.
"Apa lagi yang ingin kamu buat?" tanya Elvano penasaran rasanya ia tidak pernah melihat Renata bermalas-malas, padahal jika Renata tidak berniat melakukan apapun Elvano tidak keberatan.
Renata menunduk sebelum menjawab. "Aku ingin membuat makanan, sepulang kerja kamu pasti lapar."
"Tidak perlu, aku sudah makan tadi," jawab Elvano singkat.
Jawaban Elvano tentu saja membuat Renata kecewa, padahal ia sangat senang saat mengetahui suaminya pulang awal, ia bahkan telah menyiapkan makanan kesukaan Elvano. "Aku mengerti."
Elvano menghembuskan napas frustasi entah kenapa ia malah merasa bersalah mengucapkan kalimat tadi. Ekspresi kecewa tampak jelas di wajah Renata.
"Baiklah, aku akan makan," ucap Elvano.
Wajah Renata yang tadinya murung langsung kembali ceria, ia kembali bersemangat menyajikan makanan untuk suaminya.
Elvano beranjak menuju meja maka, ia duduk sambil memperhatikan Renata yang tampak sibuk menyusun makanan, mulai dari kuah soto, ayam goreng dan juga sambal.
Sudut ujung bibir Elvano ikut tertarik menampakan garis lengkung di wajahnya. "Padahal hanya hal sederhana, tapi wanita ini malah tampak sangat bahagia." Kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
Elvano kemudian menarik kursi dan membantu Renata duduk di sampingnya.
"Terima kasih," ujar Renata setelahnya. Ia tampak diam sekaligus gugup menunggu respon Elvano setelah mencicipi masakannya.
"Kamu tidak makan?" tanya Elvano bingung, dari tadi hanya dia saja yang sibuk melahap makanan, sementara Renata hanya duduk diam di sampingnya.
Renata langsung menggeleng cepat, "Aku sudah makan tadi bersama bibi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Buruk Rupa
RomanceElvano yang terbangun dari koma tiba-tiba di jodohkan dengan seorang gadis yang memiliki wajah yang cacat, tak cukup sampai di situ. Ternyata gadis itu juga buta. Malangnya Elvano harus menerima perjodohan tersebut karena ibunya yang terus memaksa d...