Nineteen

5.7K 190 10
                                    

Setelah seminggu berlalu akhirnya Renata dan Mika pergi menemui Naira sesuai kesepakatan mereka beberapa waktu lalu.

"Naira!" Teriak Mika sembari berhamburan memeluk sahabatnya itu.

"Kalian kok baru dateng sih, udah dari minggu lalu ku tunggu?" Naira sengaja memasang wajah cemburut yang di buat-buat.

"Salah Mika, dia tiba-tiba harus kerja mengejar deadline kantor," jelas Renata singkat.

Mika tertawa cengengesan. "Ya mau gimana lagi jomblo kan harus kerja banting tulang sendiri."

"Makanya cari ayang!" Pekik Naira di telinga Mika. Sementara Renata hanya tersenyum mendengar hal tersebut.

"Sabar guys, lagi otw ni," seru Mika membela diri. "Tapi kayaknya kamu mau pergi ya?" Ia meresa tak enak, jelas sekali terlihat Naira ingin pergi.

"Gak jadi, perginya besok aja, ayo masuk." Naira menyuruh kedua temanya masuk tetapi kedua sahabatnya malah diam di tempat. "Kok pada diam sih."

"Maaf," ucap keduanya serentak. Baik Renata dan Mika merasa tidak enak karena membuat Naira membatalkan rencananya hanya demi mereka.

"Ya udah kalau gitu kita pergi aja bertiga gimana?" usul Naira, ia tahu sifat kedua sahabatnya itu yang sering merasa tidak enakan.

"Memangnya kamu mau pergi kemana?" Mika bertanya penasaran.

"Mau ke klinik kandungan, mau ngecek keadaan mahkluk kecil yang ada di dalam perutku," ceplos Naira gamblang.

"Apa?" Lagi-lagi keduanya mengatakan hal yang sentak lagi.

"Berarti bentar lagi aku akan punya ponakan ni," ucap Mika bersemangat. "Kenapa gak bilang dari tadi? Ayo kita pergi." Mika langsung menarik Renata dan Naira masuk ke dalam mobil.

* * *

"Masih lama gak?" tanya Mika mulai bosan, mereka sudah menunggu hampir 30 menit, tapi belum juga di panggil.

Masih banyak ibu hamil yang juga ikut mengantri, apalagi klinik ini di kenal dengan pelayanannya yang baik, tentu saja banyak pasien.

"Naira Andira," panggil suster.

"Nah, itu udah di panggil, ayo masuk," ajak Naira.

"Maaf bu, hanya dua orang yang boleh masuk, satu pasien dan satu pendamping pasien." Suster tersebut berusaha menjelaskan aturan seramah mungkin agar ketiga wanita di hadapannya tidak tersinggung.

"Kalian berdua aja masuk, aku yang nunggu di sini," ujar Renata menyuruh keduanya masuk.

"Tapi Ren," Naira tampak tidak setuju, ia juga mau Renata ikut.

"Udah masuk sana, aku gak akan ke mana-mana kok."

Akhirnya keduanya masuk meninggalkan Renata di ruang tunggu.

"Renata!" Panggil sebuah suara yang di kenalnya.

"Devan kenapa kamu di sini?" tanya Renata bingung.

Devan mengenggam tangan Renata berusaha mengajaknya keluar. Namun, Renata langsung melepaskan tangan mereka. "Ren, aku mohon, kita bicara sebentar saja."

Memdengar permohonan Devan, Renata pun menurut mengikutinya hingga ke halaman klinik.

"Baik, sekarang katakan kenapa menarikku keluar?" Renata langsung ke topik pembicaraan, ia sudah berjanji pada Elvano untuk menjauhi Devan.

Devan menarik napas panjang, ia terlalu gugup mengatakan isi hatinya. "Ren, sebenarnya aku menyukaimu."

Mendengar pengakuan tersebut, Renata tampak terkejut. Ia tidak tahu harus merespon Devan seperti apa. "Maaf Dev, aku sudah menikah."

Istri Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang