Nine

5.3K 217 0
                                    

Sebelum membaca jangan lupa tinggalkan jejak, biar author semangat update nya

* * *

~Terkadang pikiran merasa lelah dan ingin berhenti. Tapi, hati tetap saja memaksa untuk bertahan dan berjuang. Meskipun tahu, kadang hal yang di pertahankan hanya membuat lukanya menjadi lebih dalam.~


Vina membalikkan tubuhnya angkuh. "Sepertinya kamu sudah melupakanku atau mata butamu itu yang membuatmu tidak bisa lagi mengenaliku," ujarnya tertawa puas.

Renata terdiam, ia tampak ragu untuk kembali berbicara. Hatinya cemas tidak karuan.

"Dari ekspresimu saat ini, bisa kusimpulkan bahwa kamu pasti mengingatku dengan sangat baik." Vina melipat kedua tangan di depan dadanya. Tak lupa dengan senyum sinis yang melengkapi raut wajahnya. "Ya. Ini aku Vina Azkia. Mantan Elvano sekaligus cinta pertamanya."

"Untuk apa kamu kemari?" tanya Renata to the point.

Vina tidak langsung menjawab, ia tertawa senang melihat raut takut milik Renata. "Tentu saja untuk merebut kembali milikku."

Renata menggeleng kepala tak percaya, bagaimana wanita di depannya sangat tidak tahu malu. "Bukankah dulu, kamu sendiri yang meninggalkan Elvano begitu saja. Aku masih ingat saat kamu menolak lamaran Elvano hanya karena ingin melanjutkan pendidikanmu ke luar negeri. Itu artinya kamulah yang meninggalkan Elvano."

Vina menggertakan giginya kesal. Berani sekali wanita buta itu menghinanya.

"Dan ya. Sebagai informasi. Elvano sekarang adalah suamiku dan aku sebagai istrinya. Jadi, ku harap kamu bisa segera menerima kenyataan dan pergi jauh dari kehidupan kami," ucap Renata penuh peringatan.

"Benarkah, kita lihat saja siapa yang akan di pilih Elvano nantinya." Vina berjalan maju mendekati telinga Renata. "Akan ku pastikan Elvano segera menceraikan wanita buta yang tidak ada gunanya sepertimu."

"Kalian sedang membicarakan apa?"

Sontak pertayaan tersebut membuat Vina segera menjauhkan tubuhnya dari Renata. Ia kembali memasang senyum terbaiknya di depan Elvano. "Tidak ada, hanya masalah sepele Pak."

"Baiklah. Ayo, kita berangkat." Vina langsung berjalan mendekati Elvano, ia bermaksud menggandeng tangan Elvano, tetapi pria tersebut malah menjauhkan lengannya.

Vina tersenyum tak percaya, ia merasa sangat kesal dengan sikap Elvano yang terlihat jual mahal.

"El, bisakah kamu makan dulu sebelum pergi, aku sudah memasak makanan kesukaanmu," pinta Renata memegang bagian ujung jas Elvano.

Elvano langsung menepis tangan Renata dari bajunya, tentu saja hal tersebut membuat Vina tersenyum puas. "Aku sudah terlambat, jika ingin makan, makan saja sendiri."

Setelah mengatakan hal tersebut, Elvano berjalan santai melewati Renata tanpa perasaan bersalah sedikitpun, sementara Vina yang mengikuti langkah Elvano dari belakang merasa sangat senang melihat sikap dingin Elvano pada istrinya.

* * *

Pesta malam ini, benar-benar sangat membosankan, di tambah dengan sikap Vina, yang berusaha bergelayut manja, semakin membuat Elvano muak, pikirannya terus teringat wajah sedih Renata, selalu saja wajah itu terus membayangi hidupnya setiap saat, bahkan sekarang ia merasa tidak ada celah kosong di otaknya untuk berhenti memikirkan istrinya tersebut. Entah karena marah, kesal ataupun rasa bersalah yang menumpuk di hatinya. Elvano tetap tidak bisa memastikan perasaan apa yang tengah ia rasakan saat ini. Seolah hatinya tak bisa menjelaskan perasaan yang sedang ia alami.

"Apa ini?" Tanya Vina bingung, Elvano tiba-tiba memberinya beberapa lembar uang.

"Aku sudah memesan taxi dan ini ongkosnya, kau bisa pulang sekarang." ucap Elvano singkat.

Vina langsung menolak uang tersebut, yang benar saja, ia sengaja berusaha mencari waktu untuk bersama Elvano, tapi pria yang berdiri di hadapanya ini, malah menyuruhnya pulang dengan taxi.

"Maaf pak, saya tidak mau, kenapa bapak tidak antar saya pulang, kan jalan rumah kita searah?" Vina berusaha mencari cara agar tetap bisa pulang bersama Elvano.

"Ada hal lain yang ingin aku lakukan di tempat lain, jadi kau bisa langsung pulang tanpa menungguku," peringat Elvano.

"Tapi pak."

Elvano tetaplah Elvano, ia tidak mau ambil pusing dengan ocehan Vina selanjutnya, dirinya memilih lekas pergi dari sana.

Lagi-lagi Vina hanya bisa berteriak kesal di dalam hati, sambil meremas uang kertas yang ada di tangannya.

* * *

Elvano melajukan mobilnya menembus jalanan yang tampak sepi dan gelap. Tiba-tiba saja mobilnya mogok di tengah jalan. Ia kemudian turun mengecek kondisi mesin, namun sayang, tetap saja benda tersebut tidak mau bereaksi.

"Sial," umpat Elvano menendang ban mobil kesal, setelah seharian bekerja tanpa istirahat sekarang ia malah harus berjalan kaki menuju rumah, yang jaraknya lumayan jauh. tidak ada satu kedaraan pun yang lewat.

Elvano akhirnya memutuskan pulang dengan berjalan kaki, ia tidak mungkin hanya diam menunggu di mobil sampai besok. Naasnya, baru setengah jalan, hujan turun membasahi tubuh Elvano. Wajah Elvano yang merah padam menahan kesal. Ia terus mengupat  dalam hati.

* * *
Di sisi lain, Renata terbangun akibat suara hujan yang begitu deras, dirinya bangkit berusaha mencari keberadaan Elvano, ia terus berteriak memanggil nama suaminya. Namun, tetap saja tidak ada satu jawaban pun. Renata yakin Elvano pasti belum pulang, rasa khawatir langsung menyergap Renata. Ia sangat tahu bagaimana watak Elvano yang tidak sabaran, pria itu pasti menerobos pulang dan tak berniat berteduh. Renata takut hal tersebut malah membuat Elvano sakit esok harinya.

Renata berjalan menuju ke depan, tepat saat Renata membuka pintu. Elvano baru berniat mengetuk.

Elvano sedikit terkejut dengan keberadaan Renata, bagaimana wanita itu tau jika berada di luar. "Mungkin hanya kebetulan," pikirnya. Elvano langsung berjalan melewati Renata seolah wanita itu tak ada.

Renata yang merasakan keberadaan Elvano, berusaha meraih tubuhnya. "El, bajumu basah."

Tangan Renata langsung ditepis. "Bukan urusanmu," jawab Elvano tidak perduli.

"Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi, setelah mandi kamu mau ku siapakan teh hangat atau kopi?" tawar Renata sembari tersenyum lembut.

Elvano melirik sekilas ke arah Renata. Lagi-lagi senyum tulus milik Renata kembali menghipnotis dirinya untuk terdiam sejenak. Jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Segara mungkin Elvano mengalihkan perhatiannya. "Dasar bodoh, urusi saja dirimu sendiri." Setelah mengatakan hal tersebut Elvano langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.  

Saat keluar dari kamar mandi, Elvano menemukan segelas teh hangat tergeletak di atas laci dekat tempat tidur. "Wanita keras kepala," guman Elvano tak habis pikir.

Awalnya Elvano tak berniat menyentuh teh yang berada di dekatnya, tetapi ia tidak bisa bohong, tubuhnya yang sedang kedinginan memaksanya untuk meneguk teh tersebut hingga tak bersisa, sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya di kasur menuju alam mimpi.

* * *
17 Mei 2022

Istri Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang