"Ren, kamu di mana? Aku harus mencarimu kemana?" Batin Elvano frustasi
* * *
"Kita keluar yuk," ajak Mika, udara pagi yang segar tentu bagus untuk kesehatan.Saat keluar dari perkarangan rumah, di depan mereka sudah berdiri Elvano. Pria itu tampak sangat menyedihkan, wajah yang babak belur lengkap dengan penampilan yang tidak terurus.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Mika to the point, ia tidak akan membiarkan Elvano mendekati sahabatnya lagi.
"Aku ingin bertemu istriku," Elvano mencoba mendekati Renata tapi segera di cegah Mika. "Ren, aku ingin berbicara sebentar denganmu."
"Aku rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Lebih baik kamu pergi dari sini," usir Renata.
"Tuh, dengarkan. Renata tidak ingin berbicara denganmu, jadi cepat pergi dari sini." Mika berniat menyuruh satpam mengusir Elvano pergi.
"Ren, aku mohon sebentar saja," lirih Elvano dengan nada memohon.
Renata terdiam cukup lama sebelum akhirnya bersuara. "Baiklah aku akan mendengarkanmu sebentar."
"Tapi Ren," bantah Mika tidak terima, ia tidak mau Renata luluh begitu saja dengan sikap Elvano, Mika takut Renata kembali tersakiti.
"Tidak apa, aku hanya berbicara denganya sesaat." Renata berusaha meyakinkan Mika agar berhenti merasa khawatir padanya.
Mika setuju, ia kembali masuk ke dalam rumah, memberi ruang dua sejoli tersebut untuk saling berbicara.
"Ren, maafkan aku." Elvano berusaha meraih tangan Renata namun langsung di tepis. Elvano memandangi Renata tak percaya. Renata baru saja menepis tangannya, hatinya terasa sakit mendapat perlakuan tersebut dari istrinya.
"Bukankah kamu bilang hanya ingin bicara, jadi tidak perlu menyentuhku." Satu kalimat pedas yang keluar dari mulut Renata benar-benar menampar Elvano. Ia hanya bisa menatap Renata dengan tatapan putus asa.
"Aku minta maaf sudah menyakitimu selama ini," ujar Elvano tulus. "Aku berjanji tidak akan menggulanginya lagi."
Renata menghembuskan napas pelan, ia berusaha mengatur emosinya sebelum menjawab. "Baik, aku akan memaafkanmu."
Mendengar jawaban tersebut, Elvano merasa sedikit lega, setidaknya sekarang ia punya secercah harapan untuk kembali bersama istrinya.
Spontan, Elvano langsung memeluk tubuh Renata. "Terima kasih karena sudah memaafkanku, ayo kita pulang dan memulai semuanya dari awal."
Renata berusaha melepas pelukan mereka dan mendorong Elvano menjauh. "Kamu salah paham El, aku memang memaafkanmu. Bukan berarti aku ingin kembali denganmu."
Tubuh Renata kembali bergetar, ia merusaha menyembunyikan air matanya, semua perkataan kasar Elvano masih tergiang jelas di telinganya. "Pergi! Aku sudah tidak ingin bersama denganmu lagi."
"Ren, aku tau kamu masih mencintaiku, ayo kita mulai memperbaiki semuanya kembali." Elvano berusaha meyakinkan Renata.
"Memperbaiki katamu!" ujar Renata tersenyum hambar. "Kamu pasti bercanda, setelah semua yang terjadi, kamu pikir aku masih mencintaimu,"
Renata terus menguatkan diri agar tidak terlihat lemah di depan Elvano.
"Gak, kamu bohong kan, semua yang kamu katakan hanya kebohongan." Elvano menyangkal semua perkataan Renata, ia tidak percaya dengan semua ucapan yang terlontar dari mulut istrinya.
"Dengar baik-baik El, Renata yang mencintamu sudah mati, sekarang hanya tersisa perasaan benci. Aku sangat benci sampai-sampai berada di dekatmu membuatku sangat muak." Jelas Renata mengebu-ngebu. Ia harus segara mengusir Elvano pergi sebelum pertahannya runtuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Buruk Rupa
Lãng mạnElvano yang terbangun dari koma tiba-tiba di jodohkan dengan seorang gadis yang memiliki wajah yang cacat, tak cukup sampai di situ. Ternyata gadis itu juga buta. Malangnya Elvano harus menerima perjodohan tersebut karena ibunya yang terus memaksa d...