Elvano menatap tidak suka, dua manusia di hadapannya. Terlihat sangat jelas dari wajah Renata yang tersenyum lepas. Senyum yang tak pernah Renata tunjukan ketika di depannya.
Tangan Elvano mengepal kuat, hatinya terasa panas menyaksikan hal tersebut. Ia hanya diam di posisinya hingga pria itu pergi.
"Kelihatannya kamu terlihat senang sekali," ujar Elvano yang menghampiri Renata dengan wajah kesal.
Renata tersenyum mengagguk."Itu tadi teman SMA, udah lama gak ketemu."
Elvano yang mendengar hal tersebut, bukannya merasa lebih baik, malah sebaliknya. Ia membuang napas ke samping untuk meredakan emosi.
Setelah itu keduanya hanya diam, lengkap dengan suasana canggung.
* * *
"Gimana jalan-jalannya?" tanya Diana antusias.Renata merespon pertanyaan Diana dengan senyum malu-malu. "Seru Ma."
Diana mengelus puncak kepala Renata lembut, ia telah menganggap gadis itu seperti anaknya sendiri. Wajah bahagia Renata membuat hatinya merasa tenang. Awalnya ia takut Elvano menolak Renata atau membuatnya sedih, tapi untuk sekarang Diana yakin semuanya akan baik-baik saja.
"Mama sama Papa pamit pulang dulu ya."
"Lho, kenapa gak nginep di sini sehari lagi," Elvano yang ikut nimbrung.
"Papa sama Mama mau keluar kota, mau jalan-jalan, apa kamu gila kerja," sindir Dipta dengan wajah datar.
"Ya gak bisa gitu dong Pa, emang kerjaan di kantor lagi sibuk banget." Protes Elvano tidak terima.
"Iya, iya terserah kamu." Dipta tidak mau ambil pusing dengan bantahan Elvano.
"Ma, Pa hati-hati di jalan." Renata sebenarnya ingin sekali menyuruh mertuanya untuk menginap tapi apalah daya, setiap orang punya kesibukan tersendiri. Ia tidak mau bersikap egois.
"Yang rukun, awas aja kalau sampe bikin istrimu nangis, Mama coret kamu dari KK." Peringat Diana sekali lagi, sebelum masuk mobil.
"Gak bisa, Elvano udah punya KK sendiri."
"Oh ya Mama lupa." Diana menepuk jidatnya. Sementara Renata tertawa pelan mendengar pertenggkaran kecil mereka.
Setelah mengantar Diana dan Dipta keduanya kembali masuk ke dalam rumah.
"Mau kemana?" Elvano heran melihat Renata yang berjalan berlawanan arah dengannya.
"Aku akan kembali ke kamarku," ucap Renata pelan. Tapi, sebuah tangan menghentikannya.
Spontan tangan Elvano mencegah Renata pergi. Ia sendiri bingung dengan reaksi aneh tubuhnya. Begitupun, Renata yang ikut bingung dengan tindakan Elvano.
"Lebih baik kita tetap tidur di kamar yang sama, aku tidak mau jika orangtuaku datang tiba-tiba dan melihat kita pisah kamar, hal tersebut pasti akan membuat mereka kembali curiga." Kalimat yang terlintas begitu saja di kepala Elvano.
"Baik aku mengerti."
Keduanya langsung tidur tanpa mengatakan apapun lagi, entah kenapa suara canggung selalu menyelimuti keduanya.
Tak lama, hujan mulai turun, di ikuti suara guntur yang mengeleggar, akibatnya Elvano malah tidak bisa tidur nyenyak, ia membalikkan tubuhnya ke samping mencari posisi yang lebih nyaman. Matanya tertuju ke arah Renata yang merikuk seperti anak kecil. Setiap kali suara guntur muncul, Renata menutup kupingnya dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
"Hei, kamu tidak apa?" Elvano segera membalikan tubuh Renata menghadapnya dan benar saja, air mata sudah membasahi kedua pipi Renata. Ekspresi Renata saat ini sama persi ketika Elvano meninggalkannya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Buruk Rupa
RomanceElvano yang terbangun dari koma tiba-tiba di jodohkan dengan seorang gadis yang memiliki wajah yang cacat, tak cukup sampai di situ. Ternyata gadis itu juga buta. Malangnya Elvano harus menerima perjodohan tersebut karena ibunya yang terus memaksa d...