Twenty One

8.2K 243 8
                                    

"Wanita yang sudah mengorbakan hidupnya untukmu tidak mungkin melakukan hal serendah itu," sarkas Dipta. Ia sudah tak habis pikir dengan kelakuan putranya yang berubah sangat dratis

Diana lari dan lansung memeluk suaminya dari belakang agar berhenti memukuli Elvano. "Pa, Mama mohon berhenti."

"Lepas Ma, anak bodoh ini memang harus di beri pelajaran." Dipta berusaha melepaskan pelukan Diana.

Diana menggeleng cepat. "Pa, ayo kita cari menantu Mama."

Wajah keras Dipta akhirnya sedikit melunak, melihat istrinya yang sudah menangis membuat dirinya merasa bersalah.

"Renungkan kesalahanmu sebelum semuanya terlambat." Setelah memberi petuah pada putranya. Dipta dan Diana segera pergi mencari Renata.

Sementara itu, Soraya langsung mengambil kotak P3K dan menghampiri Elvano untuk mengobati luka yang ada di sudut bibir Elvano.

"Apa bibi juga berpikir yang aku lakukan ini salah?" tanya Elvano buka suara. Ia hanya bingung, kenapa semua orang berpihak pada Renata.

Elvano tersenyum getir, dari raut wajah Soraya, ia bisa menebak jawabannya. "Aku bisa sendiri. Bibi boleh pulang sekarang."

Soraya sedikit terkejut dengan sikap Elvano yang tiba-tiba menyuruhnya pulang.

"Pergi! Bibi juga mengkhawatirkan keadaan Renatakan. Aku tidak butuh kalian semua." Setelah mengatakan hal tersebut Elvano langsung pergi ke kamar.

Soraya hanya bisa menghembuskan napas panjang, ia memang mengkhawatirkan Renata. Baginya wanita itu sudah di anggap anak perempuannya sendiri. Mendengar Elvano mengusirnya begitu saja tentu membuat Soraya ikut sedih.

* * *
Lagi-lagi Elvano tersenyum getir. Ia melangkah masuk ke dalam kamar Renata.

Elvano menatap foto pernikahan mereka. "Aku hanya bingung bagaimana kamu mencuci otak semua orang."

Prang!

Ia membuang bingkai tersebut asal. Pecahan kaca berserakan begitu saja. Elvano mengobrak-abrik kamar Renata. Melampiaskan kemarahannya. Namun tak sengaja ia melihat sebuah album foto yang terjatuh.

Elvano mengambil benda tersebut, setelah di perhatikan dari dekat. Foto tersebut adalah dirinya dan Renata yang tampak tersenyum bahagia.

Seketika kepala Elvano terasa sakit. Samar-samar ia terus mendengar suara aneh bermunculan di kepalanya.

"Aku mencintaimu, maukah kamu menikah denganku."

"Karena aku mencintaimu jadi kita harus menikah. aku tidak perduli jika orang tuaku tidak setuju."

"Mana ada pernyataan cinta seperti itu, aku bahkan belum mengiyakannya." sahut Renata.

Argh!

Sakit kepala yang di rasakan Elvano semakin sakit. Ia terduduk memegang kepalanya yang terasa hampir pecah.

Mimpi yang selama ini Elvano alami, dimana wanita yang selalu ada di dalam mimpinya. Elvano bisa dengan jelas mengingat wajahnya.

Wanita yang berlari ketakukan ke arahnya, saat semua orang memilih menjauh. Wanita yang berusaha menyelamatkannya dari mobil yang hampir terbakar itu adalah Renata.

"El, kamu baik-baik saja kan?" Setelah mengatakan hal tersebut, mata Renata tertutup rapat.

Tangan Elvano berusaha meraih Renata, dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya. Seluruh tubuhnya telah di selimuti genangan darah. "Ren, jangan pergi! Jangan tinggalkan aku sendiri."

Istri Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang