Happy reading
---
"SEOKJIN HYUNG!!" Teriak seluruh member kecuali Yoongi.
Manager Sejin baru saja menjelaskan apa yang baru saja ia bicarakan dengan Tuan Park. Penjelasan itu membuat semuanya terkejut.
Untungnya mereka semua sudah pulang ke dorm, jadi tidak ada yang mendengar kecuali mereka-mereka.
"Memangnya kenapa? Bukankah dia juga tidak berguna jika terus berada di grup kita?" Ucap sinis Seokjin kepada semuanya.
Ya, mereka semua sedang berdebat karena sang manager memberitahu jika Jimin akan keluar dari grup Bangtan. Itu sendiri Tuan Park yang meminta, tanpa persetujuan dari sang empu.
Semuanya terkejut mendengar berita tak meng-enakkan itu. Bagaimana bisa mereka menerima Jimin keluar dari grup Bangtan. Jimin itu juga sudah berjuang dan berhasil membuat Bangtan menjadi dikenal orang-orang.
"Aku tidak setuju." Ucap dingin dari Min Yoongi.
"Aku juga." Sambung Jungkook dengan mata merah akibat menahan emosinya.
"Yaish, kalian. Apa kalian lupa jika dia sudah hampir membuat ku mati?" Kesal Seokjin.
"Itu masalahnya sudah basi, Hyung. Yang kita pikirkan sekarang ini hanya Jimin! Dia yang sekarat. Aku tidak peduli dengan keputusan bodoh mu itu. Kau terlalu mengikuti ego mu dari pada kata hati mu! Seandainya kau bisa merasakan menjadi Jimin. Pasti kau akan sakit hati!" Kesal Yoongi yang langsung meninggalkan semuanya di ruang tamu.
Blamm...
Suara dentuman pintu kamar Yoongi bergema di dorm yang cukup luas ini. Kini mereka hanya terdiam setelah semua kemarahan Yoongi meluap.
Apakah ini artinya sebuah kepercayaan? Masa lalu biarlah berlalu. Yang harus dipikirkan adalah masa sekarang dan masa depan. Apa sebegitu sulitnya melupakan masa lalu? Oh Tuhan, kalian ini hidup di zaman apa.
"Kalian selesai kan urusan ini. Jika sudah ada keputusannya, hubungi aku atau datang ke agensi." Ucap Manager Sejin dan langsung pamit untuk pulang karena sudah larut. Seharusnya bisa saja ia menginap di dorm, tapi beberapa berkas yang harus ia urus membuatnya terpaksa untuk pulang.
...
Suara burung masuk ke pendengaran seorang pemuda yang terusik tidurnya dan baru saja terbangun 3 jam yang lalu akibat kepalanya yang berdenyut keras, ditambah dengan darah yang terus mengucur dari hidungnya. Bisa di bilang ia baru tertidur sekitar 2 atau 3 jam yang lalu
Untungnya orang tuanya selalu siap siaga untuk menjaga Jimin. Mereka bahkan baru tertidur setelah menunggu tidur Jimin selama 1 jam, guna memastikan tidak terjadi apa-apa lagi.
"Apa kau merasakan pusing lagi?" Tanya lembut Eomma Jimin.
"Tidak, aku baik-baik saja." Balas Jimin dengan senyum tipisnya itu.
"Mau mandi sekarang? Jam terapi mu sebentar lagi." Ucap sang Appa yang baru saja masuk dengan membawa tentengan di tangannya itu, mungkin isinya berupa makanan.
Jimin pun menoleh ke arah pintu dan langsung mengangguk kan kepalanya sambil tersenyum.
"Cha, Appa akan memandikan bayi bongsor kali ini." Ledek sang Appa yang membuat Jimin tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISEASE'S✔️
Fanfiction[COMPLETED] Semuanya bukan aku yang melakukannya, kalian hanya kehilangan rasa percaya dan juga ego kalian yang terlalu besar. Sehingga kalian tidak memiliki jalan keluarnya dan melukai orang terdekat kalian. Aku akan menunggu. Menunggu mereka menye...