chapter 2

97.7K 7.8K 506
                                    

"Kamu adalah masa lalu-ku yang pernah kuharap menjadi masa depan-ku" — Alea

***

"Alea? Kamu baik-baik saja?" ucapan Andrew menyadarkan Alea, segera ia memungut semua berkas yang tadi terjatuh.

"Maaf pak tangan saya kram—" bohongnya.

"Gak apa apa, maaf semuanya dia secretary sementara saya jadi belum terbiasa ikut meeting seperti ini, boleh kita mulai sekarang?"

Meeting sedang berjalan, tapi rasanya Alea tidak sanggup. Rasanya Alea mau pergi saja meninggalkan pak Andrew, persetan dengan meeting ini. Kenapa sih harus bertemu Def disini? seolah persembunyiannya selama ini sia-sia

Bukan karena Alea merasa Def mencarinya, hanya saja Alea ingin benar-benar menghilang dari hidup Def. Untuk selamanya.

Alea yang duduk mematung disamping Andrew tidak berani memandang ke Def, tapi entah hanya feeling atau memang benar—Alea rasa Def memandanganya.

Pengen banget nampar kamu sekarang, Def

* * *

Meeting pun berakhir, setelah memakan waktu 2 jam membuat punggung dan bokong Alea sakit. Berulang kali Alea berterima kasih pada Tuhan karena meeting ini akhirnya selesai, Alea juga ingin menarik perkataannya tadi kalau menjadi secretary itu menyenangkan— Tidak sama sekali.

"Bagaimana kalau makan siang bersama, Pak Andrew?" Def mendekati Andrew mencoba mengobrol lagi bersama pria dewasa itu.

Alea menyadari Def mendekat, ia memilih menjauh.

Ngapain sih bajingan ini?

"Pak, maaf saya tunggu diluar saja." ucap Alea lalu segera pergi tanpa mendengar balasan Andrew.

Alea menggerutu, kenapa client pak Andrew harus Def? Kenapa juga harus dia yang menggantikan Saras? Kenapa Saras harus izin hari ini? Sungguh sangat Menyebalkan.

Sama sekali tidak ada perasaan senang bertemu Def, yang ada hanya sakit hati. Pemilik semesta mungkin sedang mengerjainya pikir Alea.

Alea menunduk, memandang kakinya yang terbalut heels merah kesukaannya. Amarahnya hilang beberapa saat, air matanya ingin sekali menetes.

Dilubuk hatinya yang paling, wanita itu diam-diam memuja pria itu. Dia semakin tampan, semakin gagah juga dengan suit yang ia kenakan. Dulu Alea mengenal pria itu sebagai anak SMA berandalan, kini pria itu berubah jauh lebih baik.

Alea berbohong pada perasaannya, ia sebenarnya sangat merindukan pria itu. Pria dengan tubuh besar yang selalu nyaman untuk dipeluk.

Parfum yang tercium juga masih sama, parfum yang Alea pernah pilihkan untuk Def saat sedang berbelanja di Mall dulu.

"Ayo, Alea." Andrew keluar dari ruangan, diikuti Def dan beberapa orang lainnya.

"Iya pak." Alea kembali memasang topengnya, bertingkah seolah tidak mengenal Def.

* * *

"Mon!" Eric menghampiri Mona yang sedang menikmati makan siangnya dengan teman sedivisinya di cafetaria perusahaan.

"Eric? Ayo makan bareng sini,"

Duda MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang