"Selamat datang bapak, ada yang bisa kami bantu?" ucap salah satu pegawai saat Brian menginjakkan kakinya pertama kali di butik itu.
"Saya ada janji sama Tarisha."
"Oh— dengan Bapak Brian? Baik sebentar saya panggilkan Pak."
Brian mengangguk. Matanya sibuk dimanjakan oleh seisi butik yang terlihat sangat indah. Dari jauh saja Brian sudah tahu bahwa kualitas pakaian di sini bukan main-main.
"Hey!"
"Hai Tar. Butiknya keren btw."
"Udah lama? Yuk ngobrol di dalem."
"Boleh."
Brian mengikuti Tarisha, masuk ke dalam ruangannya. Memang biasanya Tarisha mengajak para clientnya bicara secara intense di ruangannya.
"So, kapan bisa pemotretannya?"
"Gue belum ada jadwal sampe besok sih, besok gimana?"
"Besok? Boleh sih. Jadi hari ini kita pilih-pilih dulu yang cocok."
"Oke!"
Saat sedang sibuk memilih pakaian dengan Tarisha tiba-tiba handphone Brian berdering.
Cecile is calling
Dengan cepat Brian me-rejectnya. Tarisha melirik sejenak. "Kenapa gak di angkat?"
"Gak penting,"
"Cecile ya?"
Brian tersenyum kikuk, tebakan Tarisha benar. "Siapa tau penting? Telfon balik aja."
"Gak apa-apa?"
"Ha? Iya dong. Kenapa nanya gitu?"
Brian menggeleng, ia mengambil handphonenya kembali lalu menelfon mantan pacarnya.
"Halo."
"Ian kamu di mana? Tolong aku nabrak orang! Aku takut Ian.."
"Hah? Share loc sekarang."
"Iya.."
"Kenapa Brian?" tanya Tarisha melihat Brian yang panik,
"Cecile nabrak orang, gue harus ke sana sekarang."
"Astaga! Gue ikut kalo gitu."
* * *
Brian dan Tarisha tiba di rumah sakit, Brian begitu panik hingga berteriak saat mencari Cecile. Bisa Tarisha lihat bahwa pria ini masih mengkhawatirkan mantan kekasihnya itu.
"Cecile?!"
"IAN!" Cecile berlari dan memeluk Brian. "Aku takut banget, Ian. Aku nabrak orang."
"It's okay Cil. Ada gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Muda
Romantizm"Jadi Syana anak aku, Alea?" "Iya, aku hamil syana disaat kamu nikah sama wanita lain!" * Bagimana rasanya jadi hamil diumur 18 tahun? Menjadi ibu diusia dini bukanlah hal yang mudah. Apalagi membesarkan sang buah hati seorang diri. Alea Savana Rub...