Chapter 13

59.8K 3.4K 137
                                    

Pukul 5 sore, akhirnya Alea dan Eric tiba di solo. Karena hari mulai gelap jadi Alea memilih pulang ke apartmentnya untuk membereskan barang.

"See you tomorrow, Ric." Alea baru saja ingin menutup pintu tapi dengan cepat Eric menahan tangannya.

"Aku boleh nginep?" Alea menatap Eric, lalu tersenyum dan menggeleng pelan. "Gak etis Ric rasanya."

"Kamu juga perlu rapiin barang-barang kamu, Ric. Ketemu besok aja ya?"

"Yaudah deh. Aku pulang dulu, besok pagi aku jemput."

"Iya. Hati-hati di jalan."

Setelah Eric pergi, Alea menghela nafasnya berat. Ia menyisir pandanga ke area ruang tengah sekaligus dapur apartmentnya.

Tempat ini punya banyak cerita, banyak tangis dan tawa yang diisi oleh Syana dan dirinya di sini.

"Gak nyangka, cuti bikin perubahan yang besar ke hidupku sekarang.." Alea berdialog pada dirinya sendiri, "Aku kayak gak rela ninggalin apart ini."

Ia lanjut melangkahkan kakinya ke sebuah kamar yang ia pakai untuk menaruh barang-barang, mulai merapikan satu persatu benda di sana.

Saat sedang fokus merapikan barang, ia menemukan test pack yang dulu ia pakai saat hamil Syana. "Loh? Kirain aku buang dulu.."

Alea mencoba mengorek ingatannya kembali, "Ah.." Dia ingat, dia tidak membuangnya waktu itu karena ingin memperlihatkannya ke Def.

Alea tiba-tiba menangis, ia jadi flashback saat di mana Def bertingkah menyebalkan di mata Alea malam itu.

Def seolah membenci Alea dan bahkan seolah mengusir perempuan itu tanpa tahu ada janin hasil perbuatannya di rahim Alea.

"Aku belum tau bagian itu Def, kenapa kamu bertingkah seolah kamu gak suka aku dateng ke rumah kamu.." Alea mengusap air matanya, "Seolah kamu gak suka aku ganggu perjodohan kamu."

Tidak, Alea bukan masih dendam. Hanya saja itu terlalu menyakitkan untuk dilupakan.

Jujur saja, Alea belum terlalu bisa membuka hati untuk Eric saat ini. Dari awal juga begitu. Apalagi kehadiran Def di hidupnya lagi membuatnya semakin bimbang.

Tapi, Alea tidak ingin terluka untuk kedua kali.

Alea lebih memilih membuka lembaran yang baru daripada membaca yang lama.

Meski perkataan Def terakhir kali sangat menganggu hati dan otaknya. "Aku selalu nunggu kamu pulang."

Entalah, perasaan Alea jadi tidak enak.

* * *

Tarisha sedang sibuk membaca buku cacatan pesanan untuk minggu ini, banyak sekali client yang memesan baju dan meminta dalam jangka waktu dekat.

Tentu saja itu membuat Tarisha seperti ingin gila. Orang kaya memang sangat seenaknya, mereka pikir uang bisa membeli segalanya.

"Kalau ditolak bakal ngasih feedback yang jelek. Apalagi mostly of them ibu-ibu pejabat dan artis! Bisa rugi besar gue kalo sampe kejadian."

"TAPI GAK GINI JUGA ANJIR! PADA GAK NGIRA NGIRA! LO PIKIR BUTIK GUE PAKE SIHIR?! BISA JADI DALAM SATU MALAM?!" teriaknya frustasi.

Semua pegawai Tarisha jadi ketar-ketir, Bos nya ini wanita independent yang jago dalam segala, termasuk jago marah.

"STRESS GUE LAMA-LAMA!"

Duda MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang