•01~Transmigrasi•√

101K 7K 747
                                    

Haloo semuaaa, ini karya kedua author semoga dapat menghibur yahh~

Para readers author mau nanya, kalian mau gak dibuatin S2 Freya? S2nya mereka nikah abis itu kisah anak mereka nanti yang lanjut.

Dijawab yah:)

Kalau mau nanti author buatin habis ulangan:)

Happy Reading

☆☆☆

Gadis cantik dengan bulu mata lentik, berkulit putih bersih dengan bola mata coklat legam sedang bersenandung ria didalam kamar mandinya saat ini. "Nanananaaaaaahh!" Jerit gadis cantik itu, gadis itu sepertinya terpeleset pada lantai kamar mandinya sendiri.

"Aduh kok cenat-cenut yah kepala Adel. Haduh gimana inih, pandangan Adel juga mulai burem. Haduh Mom, Dad, Abang, Adel kayaknya bentar lagi pingsan ini" gumam gadis itu. Secara perlahan mata indah gadis itu pun terpejam.

Ya gadis itu tak lain adalah Fradella Abidah Adhlino, putri bungsu keluarga Adhlino. Anak dari Daddy Derry, Derry Ferrero Adhlino dan Mommy Abina, Abina Sarah Puspita Adhlino.

Gadis manja itu sangat ceroboh, sehingga ia mengakibatkan dirinya sendiri meninggal dengan cara yang sangat tidak elite yaitu terpeleset di lantai toilet.

~•~•~•~

"Aku mohon sama kamu, bantuin aku Adel. Aku mohon selama kamu ditubuh aku, lindungi keluarga aku sebisa kamu, sayangi mereka seperti kamu menyayangi keluarga kandungmu sendiri. Tolong aku Adel" pinta seorang gadis berambut hitam dengan bola mata coklat pekat, serta rambut bergelombang dengan pipi tirusnya.

"Lo kenapa mesti gue? Lagian lo siapa? Kita gak kenal tapi kenapa lo minta tolong sama gue, kalau mau lindungin keluarga lo, ya lindungi mereka sendiri. Kenapa malah minta tolong sama gue sih?" Geram Adel dengan cuek dengan ekspresi datarnya.

Gadis itu mengulum senyum di bibirnya. "Kenalin nama aku Freya, kamu panggil aja Frey atau Eya juga bisa. Aku udah meninggal dan ini itu arwah aku, aku mohon sama kamu supaya kamu mau melindungi keluarga aku supaya keluarga aku gak dirusak oleh orang luar. Aku minta tolong juga sama kamu, tolong ubah pandangan mereka ke aku, terserah kamu mau menggunakan cara apa. Tapi tolong bantu aku, kamu bebas ngapain aja dengan tubuh aku, asal kamu bisa menuhin hal yang aku sebutin tadi. Tolongg" pinta gadis yang bernama Freya itu.

Adel mendengus kesal. Enak saja ia dimintai agar terikat dengan janji-janji seperti itu. Mudah mengucapkan janji, tapi memenuhinya yang sulit. Seperti halnya sebuah hutang, mudah untuk mengambil hutang, tapi sulit untuk mengembalikan hutang itu.

Tapi tidak ada pilihan lain, mau menolak juga tidak tega. Gadis yang berhadapan dengannya ini tampaknya gadis yang baik, Adel memutuskan untuk menerima permintaan Frey.

"Ok gue bakal berusaha, tapi inget kan dengan cara gue sendiri. Dan juga mungkin orang-orang akan nyibir lo nanti. Tapi lo gak papah kan dengan itu semua?" Tukas Adel. Frey nampak menghela napas kemudian mengangguk mantap.

"Iya gak papah Adel, tapi tolong jangan biarin keluarga aku tau kalau aku udah meninggal pas kamu ketemu mereka. Kamu boleh jujur sama mereka, tapi tolong tunggu waktu yang pas, bisa kan?" Frey memohon dengan wajah memelas pada Adel. Adel kembali pasrah dan menganggukkan kepalanya.

Usai percakapan kecil itu, tiba-tiba kepala Adel terasa berdenyut hebat. Pandangannya memburam seiring dengan menghilangnya Frey dari hadapannya. Mungkin sekarang ia akan tersadar, itulah pikir Adel.

Dan benar saja, lenguhan kecil keluar dari bibir ranum milik seorang gadis yang sedang terbaring lemah diatas kasur brangkar rumah sakit. Mata indah itu secara perlahan terbuka, menampilkan bola mata coklat pekat yang menawan. Kulit gadis itu nampak pucat, sepertinya sudah beberapa hari gadis itu tidak sadarkan diri.

"Gue dimana" gumam gadis itu. Kepalanya terasa sakit, dan pandangannya terasa sangat sulit untuk terbuka, seperti sudah ketagihan untuk terpejam.

"Frey! Sayang kamu sudah bangun!" Pekik wanita paruh baya yang dari tadi duduk di sofa kamar rumah sakit ini. "Hm" Adel hanya berdehem pelan menjawab wanita itu. Rasanya untuk mengucapkan sepatah katapun itu sangat berat untuk keluar dari mulut gadis itu.

"Sebentar Mamah panggilkan dokter dulu, kamu tunggu yah. Jangan kemana-mana ok" titah wanita itu pada Adel. Wanita itu melenggangkan kakinya dengan tergesa-gesa meninggalkan Adel untuk memanggil dokter diluar sana.

Adel menatap tubuhnya sendiri dari pantulan cermin ruangan itu. Ia berjalan mendekat ke cermin itu dan mengelus wajah yang ia lihat pada pantulan cermin itu.

"Kayaknya ini tubuhnya Freya deh, huft semangat Del" Adel menyemangati dirinya sendiri. Ia kembali berjalan menuju kasur brangkar yang tadi ia tempati sebelumnya. Jujur saja kepala Adel masih sedikit pusing, namun bukan Adel namanya jika ia akan menjadi gadis lemah hanya karna luka seperti itu.

◇◇◇

Jumlah kata, 676 kata
Tanggal publis, 17 Mei

I'm Adel, Not Frey [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang