BAB 6 : A Good Start

71 8 0
                                    

Aku pulang dituntun Luke. Berjalan gontai, lemah, dan masih terisak. Luke melingkarkan tangannya kebelakang kepalaku dan sesekali mengusap rambutku pelan. "Kau mau makan?" tanyanya lembut. Aku menggeleng. "Kau mau ke starbucks?" Tanya Luke lagi dan aku hanya menggeleng. "Ke rumah pohon?" dan untuk kali ini aku mengangguk.

Kami berjalan menuju rumah pohon. Terlihat ada orang-orang di depan rumah pohon. Terlihat di sana Ash menyentaknya, sesekali mendorong tubuhnya, dan ia melihat ke arah kami. "Ini bukan ide yang bagus, kita pergi sekarang" kata Luke sambil menahanku untuk berjalan menghampiri orang-orang itu. Ash, Cara, dan... tidak dia lagi. Tidak!

Aku menepis tangan Luke dan menjauh, berlari, dan pokoknya berlari lebih kencang. Luke terlihat tidak mengejarku. Jadi aku terus berlari sampai ke rumah, menangis.

Orang-orang di jalan melihatku seperti aku ini adalah orang aneh. Dengan sweater yang ujung lengannya basah, menggunakan beanie, mata bengkak, berlari, menangis, dan kedengarannya memang aku seperti orang gangguan jiwa.

Ketika sampai di depan rumahku, aku memperlahan gerakan kakiku dan mulai berjalan dengan tenang. Dengan nafas terengah-engah dan jantung yang berdegup kencang. Dengan tiba-tiba ada orang yang memelukku dari belakang dan aku tahu ini dia.

Tanpa berbalik, aku memegang erat kedua tangannya yang melingkar di leherku dan aku tidak bisa menahan tangisanku lagi. Dia berbisik "Hey, aku menyayangimu, aku tidak mau kehilangan kamu, aku selalu ada disini Dells."Bisikannya, tidak terlupakan. Suaranya tidak asing memang, apalagi saat ia mengucapkan kata 'Dells.' Dia memutar badanku, tangannya sekarang ada di bahuku. Memaksaku untuk melihat wajahnya yang tampan dan matanya yang berkaca-kaca sepertii menahan tangis. Hey,seandainya aku bisa mengucapkan hal yang sama padamu.

-LUKE'S POV-

Aku mengejar perempuan itu. Perempuan bodoh yang menangis karena sahabatku sendiri. Aku benci melihatnya menangis. Aku memang sempat tidak mengejarnya karena aku ragu, aku kira dia perlu untuk sendiri tapi aku salah. Saat ia berlari begitu jauh, aku putuskan untuk menyusulnya. Aku merasakan ada orang yang mengikutiku. Aku rasa dia akan menahanku untuk mengejar perempuan ini tapi aku berlari lebih kencang.

Perempuan ini berlari sangat cepat. Menyeberang jalan dengan tidak hati-hati. Aku berlari sambil sesekali mengucapkan berulang-ulang kalimat 'maafkan dia, dia sedang menangis' pada beberapa orang yang ia tabrak, pengendara mobil, dan pengendara bus. Ini sangat melelahkan.

Aku tidak melihat ia sedang berlari seusai menyebrang jalan. Bodoh sekali aku ini! Terpaksa aku berhenti untuk mengatur napasku dan memandang sekeliling siapa tahu aku melihat perempuan ini. Tapi aku tidak melihat seorang pun mengenakan celana panjang hitam dan sweater biru tua. Aku berjalan menuju rumahnya dan mungkin aku bisa menenangkannya tepat di rumahnya. Tapi aku terlambat.

Lelaki pengecut itu. Dia sudah tiba di sana, memeluk Dells. Itu membuatku cemburu. Aku hampir saja akan menghampiri mereka saat mereka sama-sama berpelukan dan bertatapan layaknya film di bioskop. Saat kutunggu beberapa saat, ternyata malah begitu sakit. Lelaki itu mencium kening Dells, memegang erat kedua tangannya, dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.

Rasa sakit itu.

Aku tidak mungkin merelakan Dells, perempuan yang kesekian kali aku dan Cal sukai. Kami selalu menyukai orang yang sama dan aku lebih banyak merelakan orang yang aku suka untuk Cal dan dia selalu menyakitinya. Aku tahu aku egois, tapi apa iya aku akan membiarkan Cal menyakiti Dells? Apa aku cukup percaya bahwa Cal akan menjada Dells sepenuhnya? Dells harapan ku satu-satunya.

Tapi, Cal adalah sahabatku. Aku tidak mungkin berniat jahat padanya (jika dia bukan sahabatku, sudah kuhajar dia) . Ya, mungkin ini saatnya. Aku merelakan Dells untuknya. Sekali ini saja. Jika Cal menyakiti nya aku tidak akan segan mengambil Dells darinya.

Reversed •c.h//l.h•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang