BAB 9 : Sick

51 5 0
                                    

Pagi lagi.

Aku bangun menjalankan aktifitasku seperti biasa. Mandi, berpakaian, dan sarapan. Aku berangkat ke sekolah sendirian hari ini. Cal tidak menjemputku, dia sudah mengatakannya. Dia pergi kembali ke Australia menjenguk neneknya. Cal kau tahu, kau sangat baik sebagai seorang lelaki.

Begitu tiba di sekolah, sontak aku kaget. Melihat Luke yang sekarang berduaan dengan Milca. Oh ya! Aku ingat bahwa mereka sudah berpacaran. Aku tidak ingin menganggu mereka, jadi aku berjalan cuek di depan mereka. Apa ini salah?

Setelah tiba di depan lokerku, aku mencari binder untuk kelas seni pada jam pertama. Tiba-tiba ada seseorang menarik rambutku yang aku ikat ponytail. Aku menengok ke belakang dan aku menemukan orang ini. "Apa-apaan kau?" kataku padanya yang sontak membuatnya tertawa.

"Hey aku ada di kelas seni dengan mu Dells! Aku duduk denganmu ya?" pintanya. "Luke, bukankah Milca juga ada di kelas yang sama?" tanyaku polos dengan nada sarkastik. "Apa? Tidak. Dia di kelas bahasa. Boleh ya? Boleeh?" dia memohon seperti anak anjing. "Iya-iyaa, sudah sana menyingkir" kataku sambil tersenyum padanya.

Aku mengambil permen karet mint yang selalu aku simpan di loker. Entah mengapa percakapan ku dengan Luke menjadi canggung. Apakah canggung? Aku merasa canggung berbicara dengannya.

Luke terlihat duduk di bawah loker sambil memainkan iPhone nya. Setelah selesai dengan lokerku, aku duduk di sampingnya. "Kau terlihat pucat ada apa?" tanyaku ada Luke. "Apa? Tidak, aku tidak pucat" jawabnya dengan polos. "Semua orang bisa melihat jika kau pucat. Apa Milca tidak melihatnya? Ku kira dia pacarmu" kataku dengan mudahnya menyebut nama Milca semena-mena. "Milca melihatnya. Aku merasa baik, sungguh. Ya meski agak pusing tapi tak apa" jawabnya.

"Kau sakit Luke. Kau harus pulang, mumpung belum memulai kelas jadi aku bisa membuatkanmu surat ijin. Bagaimana?" tawarku dengan baik. "Apa? Tidak tidak usah. Kau gila? Kita akan sekolah." Kata-katanya seperti kata-kataku. "Baiklah terserah padamu. Mari kita lihat seberapa kuat kau bertahan dengan keadaan pucat ini" tantangku padanya. Dia mengangguk, mengiyakan tantanganku.

Kami berjalan menuju kelas saat waktu menunjukan 15 menit sebelum bel berbunyi. Luke berjalan gontai, dia menaruh tangan kirinya merangkul di belakang kepalaku.

Semakin lama, Luke semakin berat. Luke jatuh. Oh tidak ini salahku aku membuatnya terjatuh. "Luke! Kau tak apa?" tanyaku panik. "Tidak, aku baik" katanya dengan lemas. Aku menarik tangannya agar bangun tapi tak bisa. Dia terjatuh lagi. "Luke! Kau gila! Aku harus mengantarmu ke rumah sakit!" seruku padanya. "Apa Dells? Tidak jangan aku baik! Lihat aku Dells, lihat aku!" katanya sambil memegang kepalaku dan memfokuskan pandangannya ke mataku.

Aku tidak sanggup!

"Bodoh! Kau sakit kau harus periksa! Aku akan mengantarmu. Aku akan telpon taksi. Ayo duduk di sana" kataku sambil menaarik tangannya dan menuntun tubuhnya yang lemas. Dengan segera aku menelpon taksi dan tak lama taksi muncul di samping sekolah. Aku menyuruh supir taksi itu untuk menunggu di parkiran sementara aku harus menopang bocah tinggi ini.

"Pak, rumah sakit. Tolong agak cepat ya pak" kataku memohon pada supir taksi itu. Supir taksi itu dengan segera tancap gas. Sepertinya dia tahu bahwa orang yang ku bawa ini sudah sangat terkulai lemas dan spertinya dia mencari jalan pintas.

Luke tertidur selama perjalanan. Entah dia pingsan atau tertidur. Dia terlihat sangat menggemaskan seperti bayi. Aku memegang tangannya yang hangat. Aku rasa dia demam.

Setibanya di rumah sakit aku memanggil perawat dan dengan segera perawat berjumlah 4 orang berdatangan dan menuntun Luke untuk duduk di kursi roda. Dengan segera aku membayar taksi, membawa tas ransel milik Luke, dan menyusul perawat tersebut. Perawat disini sangat gesit, mereka berjalan sangat cepat.

Reversed •c.h//l.h•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang