Berhari-hari semenjak kejadian cengeng itu, aku lebih menghabiskan waktuku dengan dia, sebelum dia mengenal seseorang. Iya, dia. Dia bercerita apapun. Tentang masa kecilnya yang cupu, tentang keluarganya yang humoris, tentang sekolahnya, tentang hobinya, tentang temannya, dan hanya tentangnya. Dia suka membicarakan sesuatu yang mengenai dirinya. Aku juga suka karena bisa mengenalnya lebih dekat. Meskipun, hubungan ini terlalu terlarang bagi Cal.
Iya, aku banyak menghabiskan waktu ku dengan Luke. Tidak tahu kenapa, aku hanya tidak ingin kehilangan sosoknya. Seseorang yang selalu membuatku tertawa lepas akan hal bodoh yang ia lakukan, seseorang yang selalu mengangkat jari kelingkingnya agar aku ingat janji itu, seseorang yang membuat aku senang dan bersemangat.
Hari ini pun datang. Hari dimana, aku tak tahu rencana itu. Rencana bagaimana ia bertemu Milca. Sesosok perempuan cantik jelita dengan rambut setengah brunette-blonde yang samar untuk dilihat. Dia memang orang yang well-dressed, ramah, dia selalu membantuku dan teman-teman lain, dan dia humoris.
Berhari-hari aku juga merasa sendirian karena ditinggal Cara yang selalu bepergian dengan Ash, ditinggal Luke yang sedang PDKT dengan Milca, dan ditinggal Michael yang suka main playstation. Tetapi orang ini selalu ada untukku. Selalu menemaniku jika sempat.
Cal memang orang yang sibuk belakangan ini. Dia suka membantu bibi Kim di toko roti, entah kerasukan apa anak ini. Dia juga suka membereskan ruang band, suka mengurus kegiatan band nya, dan suka mengurus kegiatanku juga. Iya kegiatanku. Katanya, agar dia bisa selalu menjemputku.
Hubungan kami juga tidak jelas. Antara teman atau teman-menuju-berpacaran. Dia selalu berusaha untuk itu. Untuk menjadi pacarku. Tapi kadang usahanya membuatku jengkel akan kecerobohannya.
Aku suka melihatnya tertawa. Aku suka melihatnya tersenyum. Aku suka memencet hidungnya, tak tahu kenapa. Walau kami tidak pernah menghabiskan waktu sesering aku menghabiskan waktuku dengan Luke.
Sekarang Luke berbeda. Semenjak kedatangan Milca. Aku tidak akan iri, meskipun kadang keadaan memaksa. Luke? Dia sahabatku, dia tahu aku, aku tak mungkin punya pacar seperti dia yang mungkin hanya orang seperti dia yang bisa membuat aku merasa lebih baik.
Milca? Tidak, dia terlalu baik, bahkan sangat sangat baik. Milca memang berparas cantik, sangat cantik. Tinggi juga bisa dibilang dia lebih tinggi dari aku dan hanya seukuran hidung Luke. Milca terlalu sempurna untuk ku jadikan saingan. Bahkan aku tak bisa menandinginya dalam hal apapun! otak, sifat, paras, semuanya! Dia sangat sempurna.
Rasanya aku ingin kembali ke kehidupan normal ku sebelum bertemu keempat orang ini. Membayangkan kehidupan ku yang dulu. Mengingat percakapan yang pernah kami bicarakan sebelumnya.
'Aku dulu sering mendengarkan musik dan hanya duduk termenung di bawah pohon besar di halaman sekolah' 'Lah ngapain? Kok kayak orang sakit?' 'Orang sakit? Eh, enak tahu. Ngerasain angin' 'Di sini kamu juga ngerasain angin' 'Bukan angin yang kayak gini. Angin yang dulu. Angin yang pasti aku rasain tiap hari' ' Iyalah, orang sakit juga sering gitu meratapin berapa lama lagi dia bakal hidup' 'Cal!'
Mungkin ini saatnya merasakan sedetik saja hal yang aku suka di masa lalu.
Aku langsung pergi ke halaman depan sekolah. Kebetulan sekali kursi yang melingkar di pohon besar ini sepi. Pohon yang dulu menjadi saksi buta kesepianku. Memejamkan mataku, aku mebayangkan kehidupanku di masa lalu sambil memasang headphone di telingaku.
Membayangkan starbucks greentea frapp yang dulu sering aku minum, tidur di kasur empuk dan selimut halus yang selalu mom bawakan, pergi bersepeda dengan Cara, menulis cerita di pinggir danau, bermain-main di rumah pohon, merapikan lokerku di sekolah, mengunjungiperpustakaan kota, mengamati-
KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed •c.h//l.h•
Fanfiction"But tomorrow i will coming back to you. I promise!" *** Mengisahkan kehidupan seorang Ardella Bennet. Perempuan yang meragukan kekuatan 'cinta pada pandangan pertama' dan mulai berpaling mencari cinta yang lain. Tapi, suatu masalah menghambatnya un...