BAB 15 : Fix You

9 1 0
                                    

"Hey, sup?", katanya begitu aku membuka pintu rumah. " The fuck, you scares me. Come in", kataku pada Luke. "Yaaaaay", katanya sambil menjatuhkan diri di sofa depan TV. " Kau tahu, kau memperbaikinya. Dia jarang keluar rumah sekarang. Dia jadi sering membantu Bibi Kim di toko", jelasnya padaku yg sedang menuang jus pada gelasku.

"Benarkah? Bagus jika begitu. Dimana dia sekarang?", tanyaku. " Dia di toko roti. Bibi Kim sangat senang, begitu juga pegawai perempuannya yang baru", kata Luke. "Benarkah? Siapa namanya?", kataku sambil tertawa. " Aku lupa siapa, dia cantik", katanya sambil meminum jus ku. "Kau suka padanya? Woaaa, berawal dari Milca", kataku menggoda. " Kau tahu siapa yang aku inginkan", katanya 'ngode'

"Kau sudah berbicara padanya?", tanyaku seusai tertawa.

" Bicara apa?", tanya nya sok tidak mengerti

"Ciumanmu"

"Oh ya, aku sudah merencanakannya dari lama. Kami sedang tidak berada di rumah pada waktu bersamaan. Begitu bertemu, aku akan membicarakannya", kata Luke.

Dia berjalan ke dapur untuk mencuci gelasnya. Aku mengikutinya dari belakang untuk mengambil makanan di kulkas. Membuka kulkas aku mencari makanan yang aku cari. Luke melingkarkan tangannya di sekitar leherku dari belakang. Menempelkan hidungnya ke rambutku.

" Bagaimana jika dia marah?", katanya sambil merogoh berry dalam kulkas. "Well then, poor you. Aku yakin dia akan marah tapi aku yakin dia tidak mungkin tidak memaafkanmu", kataku sambil melepas rangkulannya." Wop, itu dia. Dia pulang, terimakasih atas tumpangannya nona", katanya sambil berlari kecil keluar setelah mengacak rambutku.

***
-LUKE'S POV-

"Hey Cal!" kataku menyapa dirinya yang baru saja keluar dari mobil. "Hey! Apa dia ada di dalam?", " Ya dia di dalam, tapi tunggu-" , kataku menahannya. "Ada apa?", katanya penasaran "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.

Aku menuntun langkah kami berdua menuju halaman belakang. "Cal, I kissed your girl", kataku berterus terang.

"What the fuck? Are you insane? You know if she's mine right?", katanya dengan keras.

"Terjadi begitu saja dan aku meminta maaf", kataku menyesal.

" It's not a prank right? Kapan itu terjadi?" tanya nya menyelidik.

"Malam dimana dia tertabrak", kataku singkat.

"You know what? You're an asshole. I'm your bestfriend Luke! How dare you?", katanya marah hebat.

"I'm sorry, She didn't kiss me back Cal, chill!", kataku padanya yang sudah setengah frustasi.

" I don't care if she kissed you back or not. Well, I do. But- I don't know. Fuck you just that", katanya sambil berlalu keluar rumah

"Cal, don't blame her! its not her fault! Cal!", kataku berusaha menahannya tapi dia tidak menghiraukan. Aku memperhatikannya keluar rumah. Dia tidak pergi menuju rumah Della, dia berlalu pergi, lagi entah kemana.

***
-DELLA'S POV-

" We need to talk, ASAP", katanya-Cal di telpon. "Okay, where are you?" kataku setengah takut. "Not now! I'll call you later. I have to go now" dengan begitu saja dia mengakhiri telpon kami.

Oke, aku tidak pernah setakut ini. Shit. Tanganku bergetar. Aku takut sekali.

***

Baiklah ini sudah kelewat setengah hari aku menunggu telponnya. Aku sudah menahan rasa ketakutan ini hampir setengah hari bayangkan saja!

Daritadi aku hanya berada di depan layar TV sambil memegang handphone ku dengan hampa. Aku membayangkan seperti apa dia akan marah.

Sudah malam, aku mengurungkan apapun bentuk untuk menghubunginya. Aku memutuskan untuk mandi dan makan lalu duduk lagi di depan TV, Mom and Dad sedang keluar kota dan Eby sedang pergi, mungkin dia akan pulang sangat malam.

Aku terbangun dari tidur ku di sofa ketika mendengar bel yang dipencet begitu cepat. Eby biasanya pulang dengan keadaan yang ya setengah sadar. Meskipun dia memang tidak suka minum, aku yakin dia memang sedikit mabuk.

Aku membuka pintu dan terkejut ada Cal di depannya. "Can I come in?", katanya sambil bersandar pada pintu. Tanpa menjawab, dia masuk begitu saja.

" I knew what you did in that night Dells. Jangan menutupinya lagi!" katanya dengan keras di ruang tamu. "Cal aku tidak bermaksud menutupinya", kataku sambil menggenggam tangannya. " Bullshit! Lalu kenapa kau tidak pernah membicarakannya padaku?! Kau milikku, jika sesuatu terjadi padamu, kau harus memberitahuku!", katanya dengan sedikit high?

Aku mendekatkan diriku pada dadanya, karena tidak mencium aroma alkohol, aku langsung merogoh celananya mendapati sebungkus rokok yang sudah hampir habis dan bungkus obat. "Apa yang kau lakukan tadi? Apa huh?!", tanyaku padanya. "Aku pergi ke bar! Puas?! Aku tidak bisa diperbaiki! Aku sudah rusak! Dan kau-, begitu lecet dengan adanya aku!", katanya marah.

"Sudah! Aku minta maaf jika menurut mu aku menutupinya. Aku menutupinya karena aku malu! Aku sangat bodoh! Aku hanya tidak ingin kehilangan sosok mu lagi! Semua terjadi begitu saja!", kataku padanya sambil menangis.

" Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu lagi", katanya sambil menjambak rambutnya. "Aku hanya tidak tahu, bagaimana caranya agar aku bisa menjadi baik lagi. Aku buruk- See? dan aku tidak ingin merusakmu juga", katanya. "Maksudmu?", tanyaku penasaran. " Aku ingin kita berteman", katanya lagi.

"Apa yang kau bicarakan? Kau mabuk! Istirahatlah", kataku

"Aku benar, Dells dan aku tidak mabuk. Aku mencintaimu- tapi sebaiknya kita berteman, aku tidak mau merusakmu, melukaimu lebih dalam", katanya bersungguh-sungguh.

"Aku memaafkanmu, jangan pernah pergi ke bar lagi jangan merokok lagi, Cal. Akan kuberi kau kesempatan. Aku tidak ingin kehilangan mu", kataku memohon.

"Aku tahu, aku juga. Tapi tidak bisa- karena kau akan bahagia bersama orang lain, kau sudah memberiku kesempatan berapa kali? Aku selalu merusak kesempatan yang kau berikan!", katanya

"Maksudmu? Apa kau menyindir Luke? Bisakah kau berhenti, imi hanya antara kita, Cal" kataku masih memuncak.

"Aku sudah, melukai, melanggar, semuanya. Kau tidak akan kehilangan sosokku, karena kita masih berteman. Luke akan menjagamu, percayalah."

"Fuck you! I wanna be with you!"

"We're friend now, a good friend", katanya sambil memelukku.

" You can't just do that! Aku akan selalu senang bersamamu dalam senang atau sedih Cal kau tahu itu", kataku dalam dekapannya yang erat.

"You'll be fine without me, I can guarantee you", katanya memastikan.

"If you let me go, I swear I'll never comeback", kataku mengancam

Ancamanku tidak mempan baginya. Dia memelukku erat. Cukup lama kami berpelukan di kursi hingga aku tertidur. Aku melihat ke kiriku dan Cal juga tertidur dan aku melanjutkan tidurku hingga pagi tiba. Aku lelah dengan semua ini.

Bagaimana aku akan menjalani kehidupanku tanpa Cal disisi ku lagi?

***
HELLO AGAIN ALL!

sooo close to the end of this story! So sadd :(

Leave your vomment if you like this chapter, bc its free!

author baper habis bikin chapter ini :(

Reversed •c.h//l.h•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang