Seminggu di rumah sakit membuatku seperti orang gua ketika masuk sekolah. Banyak kejadian baru. Aku terduduk di kantin bersama teman-teman seperti biasanya.
Hanya saja, lelaki itu yang aku lupa, dia tidak ada. Cal namanya. Iya memang tidak asing, hanya benar aku tak ingat apapun. Aku benar-benar sudah berusaha keras. Tetap tidak ingat.
Teman-teman tertawa, mengejek mereka sendiri, terlihat asyik sendiri. Maka aku putuskan untuk beranjak, sejenak. Pergi ke halaman depan sekolah it's kinda good escape.
Begitu tiba, aku melihat dia di sana. Mengepul asap dan akhirnya mematikan rokoknya dan beranjak. Dia melihatku dengan tatapan kaget. "Apa kau melihatnya tadi?", tanya nya. "Ehrm, maaf aku tidak bermaksud mengganggu", jawabku padanya yg sekarang kembali duduk. Aku pun duduk di sebelahnya.
"Kita dulu sering bercanda di sini", katanya memecah keheningan. " Kuharap kau ingat", lanjutnya. "Aku harap begitu", jawabku lemas. "Tapi tak apa jika kau tidak ingat. Baguslah, karena kau tidak akan ingat semua luka yang telah aku lakukan padamu", katanya lagi. " Dengar, aku tidak ingin menyakiti perasaan siapapun, Cal", kataku padanya. "Ya, aku juga. Aku akan pergi, setidaknya kita teman baik sekarang", katanya sambil mengulurkan tangan.
-CAL'S POV-
Aku menjabat tangannya. Mungkin ini adalah terakhir kalinya aku menggenggam tangannya yang sudah 6 bulan ini selalu aku gandeng. Aku tersenyum dan mulai berjalan meninggalkannya di sini. Tempat favorit kami, tapi sekarang tidak ada istilah kami, tempat favorit-nya.
Jujur aku tidak tahu harus apa setelah hubunganku dan Della berakhir. Apakah aku akan kembali ke diriku yang semula? Atau ke kebiasaan burukku yang sekarang, merokok dan pergi ke club.
Aneh, aku merasa lain. Della sudah bukan milikku. Dia tidak akan mengingatku, mungkin untuk selamanya. Aku menyesal,-sangat.
Mengantongi kembali korek api dan sebungkus rokok yang tadi aku gunakan, aku merasakan ada tangan melingkar di pinggangku. Aku diam untuk sementara, merasakan adanya sesenggukan di belakang punggungku aku mulai berbalik. Aku memeluknya dengan kuat, aku tak percaya ini. Ada apa dengannya?
"Aku ingat kau", katanya lirih di dekapanku.
"Jangan ingat aku"
"Aku ingat malam itu. Aku tahu aku tidak akan memaafkanmu"
Ini adalah bagian yang aku tidak ingin tahu
"Kau bisa menjelaskannya sekarang, aku mendengarkan"
"Aku tidak tahu akan menjelaskan apa. Semua terjadi begitu saja, Aku hanya ingin minta maaf. Kau, sempurna, tidak ada yang cacat akan dirimu. Hanya aku saja yang bajingan saat itu. I'm totally high. I used drugs", kata ku jujur sejujurnya.
"Mengapa? Apa kau tidak sayang pada tubuhmu?"
"Tidak, hanya saja- sulit dijelaskan",
"Kita akan baik-baik saja. Aku janji aku akan memperbaiki mu. Aku janji Cal, aku sayang padamu"
"Aku takut akan menyakitimu, aku takut kehilanganmu. Tapi aku bisa saja menyakitimu",
"I'll try my best Cal, and you should",
" I don't know- I'm not sure",
"Please, semua akan baik-baik saja", katanya meyakinkan.
Aku tidak gisa mengelak. Aku memeluknya dengan erat sekali lagi. Sekali saja. "Ya, let's try it anyway", kataku padanya dan kami berjalan masuk ke dalam sekolah.
***
-DELLA'S POV-Aku ingat dia. Sentuhan tangannya yang hanya sekejap itu membuatku terbangun lagi ke dunia nyata. Begitu pahit, tapi aku akan menjalaninya. Apapun yang terjadi, aku akan memperbaikinya.
"Kau pulang bersamaku atau...", kata Luke sambil menggendong tasnya di sebelah kanan pundaknya.
"Aku tahu ini aneh, tapi aku pulang bersama Cal", kataku terus terang.
"Kau sudah ingat? Woah, begitu cepat ya", katanya sambil duduk di kursi seberangku.
" Ya, cukup l a m a, untuk menyadarinya", kataku sambil menekan nada suaraku di kata lama.
"Baiklah, jika begitu. Aku pulang duluan. Have fun", katanya singkat.
Aku melanjutkan memasukkan barang-barang ku masuk ke dalam tas. Aku tidak mengikuti program perpustakaan itu, lagi. Setelah keadaanku yang down dan harus berada di rumah sakit.
Aku berlalu keluar kelas dan melihatnya sudah berada di tembok dekat loker bersandar dengan satu kak. "You done?", katanya sok cool. Mendekatkan diriku padanya, masih kucium bau rokok di bajunya. Aku merogoh saku celananya dan mendapatkan sebungkus rokok dengan koreknya.
"What are you gonna do with that babe?", tanya nya heran. Tanpa berkata apa-apa aku menggandeng tangannya dan segera membuang benda di tanganku ini ke tempat sampah. "Tidak boleh merokok di lingkungan sekolah", kataku padanya dan dia terkekeh.
***
Sampai di rumah, aku bergegas keluar dari mobil dan mangajaknya masuk. Tapi dia menahan.
"Aku tidak bisa mampir", katanya sedikit takut. "Apa? Kenapa?", tanyaku terkejut. "Aku ada janji dengan Bibi Kim, aku akan menjaga toko rotinya", katanya menyesal.
Aku tersenyum, membawa tanganku mendekap kedua pipinya. "Thanks for the ride". Dia menciumku dengan hangat, beberapa kali. "I love you", katanya dan segera pergi.
Aku tidak bisa kehilangan sosok sepertinya lagi. Apakah dia juga tidak mau kehilangan sosok ku? Apa aku bisa memperbaiki nya?
Kurasa.
***
HELLO GUYS! thanks for reading this chapter!I really really need your vomment guys, so if you like it please leave some vomment!
See you guys in da next chapter! xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed •c.h//l.h•
Fanfic"But tomorrow i will coming back to you. I promise!" *** Mengisahkan kehidupan seorang Ardella Bennet. Perempuan yang meragukan kekuatan 'cinta pada pandangan pertama' dan mulai berpaling mencari cinta yang lain. Tapi, suatu masalah menghambatnya un...