BAB 8 : Today is The Day

46 8 0
                                    

Hari ini tanggal 30. Hampir akhir bulan. Aku sangat mengantuk. Aku tidak punya semangat sekolah. Aneh memang, sejak Luke bersama Milca, aku seperti tidak punya tujuan untuk sekolah. Ya, tujuan sekolahku memang agak sedikit berbeda dengan tujuan sekolah kalian.

Cara sudah tidak menginap di tempatku. Dia pulang kerumahnya di blok seberang. Agak jauh sih, tapi tak apa. Akhirnya tukang rusuh itu pulang juga, jadi aku tidak repot membereskan kamarku.

Aku beranjak dari kasur dengan lemas untuk pergi mandi. Seusai mandi, aku memakai pakaian ku. Aku memakai sweater coklat milik Cal. Ini sangatlah halus. Aku suka.

Aku turun ke bawah untuk sarapan. Terlihat Eby juga ada di meja makan.

"Kau bangun pagi, tumben sekali" kataku mengejek.

"Kalau bukan karena teman lelakimu itu, aku tidak akan bangun pagi" katanya dengan galak.

Siapa? Teman lelaki?

"Maksudmu?" kataku sambil melahap roti selai coklat buatan mom

"Cal ada di ruang tamu bodoh, dia datang pagi sekali. Menunggumu bangun"

"Apa?" tanyaku terkejut. Sangat terkejut. Sekaligus bersemangat.

Aku langsung membawa baki menaruh susu dan roti ku dan membawa lagi hal yang sama untuk Cal.

"Kau ada disini?" pertanyaanku mengejutkannya.

"Whoa! Hey bisakah kau tidak mengejutkanku? Ini masih pagi" katanya polos sambil mengucek matanya.

"Jadi, Ebben membuka pintu untukmu pagi ini?" kataku sambil menaruh baki berisi sarapanku ke meja.

"Ya, meski awalnya dia menyuruhku untuk pulang"

"Apaa? Hahaha. Kau sangat lah nekad" kataku sambil cekikikan

"bukan nekad, tulus ini" gombalnya.

"Ya ya deh. Ini sarapan" kataku menawarkan sambil tertawa dan melahap roti.

"Wah istri yang baik" istri yang baik dia bilang?!

"Apa? Shut up Cal" kataku sambil mencubit perutnya. "Jadi yang lain kemana?" kataku untuk mengganti topik. Sebelum ini berkelanjutan.

"Yang lain pergi bersama pacarnya masing-masing. Hanya tinggal kau dan aku. Aku tidak tahan pergi bersama mereka yang sudah taken" katanya memelas.

"Bagaimana dengan Mike? Dia kan single"

"Dia sudah terlatih sendirian. Tenang dia tak akan kesepian selama ada Nintendo di tangannya"

Aku tertawa mendengar ucapannya. Bodoh memang.

"Baiklah ayo berangkat, babe"

"Ayo"

Kami berjalan keluar. Tak lupa pamit pada semua orang yang ada di dalam rumah. Aku kira berjalan kaki memang hal yang cukup rumit dengan kondisi ku sekarang yang menggunakan rok di atas lutut.

"Nanti, jadi kan di café?" Tanya ku pada Cal yang mungkin melamun. "Iya, maksudku jika kau kuat. Kau boleh tidak ikut" jawabnya seakan mengerti perasaanku. Aku tidak tahu harus jawab apa sebetulnya. "Apa-apaan? Kuatlah. Aku kan punya kamu." Jawabku spontan. Tapi memang benar. Sekarang aku cuma punya Cal dan aku bersyukur masih mempunyai dia.

***

Pelajaran ini berlalu begitu cepat. Begitu cepat menuju ke situasi yang sangat membuatku takut kehilangan Luke sebagai sahabatku. Ini sangat sangat aneh. Aku pasti akan selalu mendukung hubungan mereka. Aku punya Cal, aku punya dia, aku tahu dia tidak akan meninggalkanku. Aku tahu, aku tahu bahwa saat ini pasti akan selalu tiba.

Reversed •c.h//l.h•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang