2 || Pertemuan pertama

22.9K 1.6K 67
                                    

Utamakan kewajiban yaw
Jangan lupa bersyukur & tersenyum :)
Happy reading >_<

.
.
.
.
.

Allura sudah berdiri dibarisan depan kelasnya saat upacara kini telah berlangsung, ia belum melihat Dokter yang pasti sudah ditunggu-tunggu oleh siswi sekolah Pelita ini.

Ia memang tidak pendek. Namun, ia juga tidak begitu tinggi jadi tak sulit jika ia ingin mengambil tempat dibarisan depan.

Uwaaaah

Teriakkan dari sekelilingnya yang terdengar saat ia menunduk, membuatnya mendongak, mencari hal apa yang jadi bahan kekaguman semua orang.

"I-itu ..." Lura rasanya ingin pingsan sekarang juga. Siapa juga yang tak tergiur melihat Dokter yang berdiri didepan sana.

"Maa Syaa Allah, tampannya calon suami gue," gumam Lura penuh kekaguman.

"Enggak usah kepedean, Lur. Jodoh? ngadi-ngadi lo."

"Beneran, Nik. Jodoh gue itu, nanti istirahat gue lamar," seseorang yang Lura panggil 'Nik' itu melototkan matanya. Kenapa ia punya teman segila ini, sih?

"Nggak usah ngerencanain hal diluar nalar deh, Lur. Lagian belum tentu dia jodoh lo. Sekedar info, Dokter yang lagi bicara itu udah nikah."

"Ah, siapa perduli!"

"Allura, Astaghfirullah, istighfar! Abi lo nangis denger omongan lo, woy!"

"Ih, Nika! Gue nggak perduli sama Dokter kandungan yang lagi ngomongin hal nggak penting itu. Jodoh gue bukan dia, tapi Dokter tulang yang lagi senyum di belakang sana," ujar Allura dengan wajah yang berbinar.

"Ih, anjir, kaget gue! Pokoknya nggak usah banyak ngayal, jatoh sakit!"

"Anika, sayangku. Gue pastiin dia bakal beneran jadi jodoh gue. Entah karena gue atau emang udah tertulis di Lauhul Mahfudz. Siap-siap aja nanti gue undang, jangan pingsan!"

"Gue nggak pingsan, karena itu cuma akan jadi khayalan lo, Allura sayang."

Setelah itu, Allura hanya diam, dia bertekad akan menikah dengan Dokter muda itu. Tidak akan nikah selain dengan Dokter itu. Dokter itu adalah calonnya, jodohnya, masa depannya dan miliknya. Ya ... terdengar sangat posesif memang.

Dia non-aktifkan telinganya, ia hanya fokuskan matanya, menatap dengan dalam dan penuh kepada Dokter yang memang tak menghadapnya itu.

"Bulan depan gue harus nikah sama tuh Dokter, titik koma jeger!"

««««»»»»


Ini sudah istirahat, dan omongannya dengan Anika harus ia buktikan, harus ia lakukan.

"Lur, kuy, makan. Gue laper, nih. Bakso Bang Ujang udah buka lagi, ayoo!"

"Enggak, Nik. Gue mau nyusul si Dokter tampan," jawab Allura pada Anika.

"Heh, gila. Ngapain lo? Jangan aneh-aneh, Lura!"

"Enggak aneh-aneh, cuma satu aneh."

Allura sudah siap berlari, namun tangannya ditahan dengan cepat oleh Anika, "Serius! Lo mau ngapain?!"

"Kan tadi gue udah bilang, istirahat gue mau lamar dia."

"Gila ya, lo? Gue tau itu Dokter idaman semua orang, tampan juga. Tapi lo mau merendahkan diri lo buat ngelamar cowok duluan?"

"Ya, emang kenapa, sih?"

"Kodrat kita tuh di kejar, sayang. Bukannya malah mengejar apalagi lompat jauh kayak yang lo lakuin sekarang."

Dokter, nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang