3 || Kabur

19.7K 1.3K 17
                                    

Utamakan kewajiban yaw
Jangan lupa bersyukur & tersenyum :)
Happy reading >_<
.
.
.
.
.

Brak ...

"Astaghfirullah, Lura. Ummi nggak pernah ajarin kamu buat nggak sopan gitu. Kalo pulang salam, bukannya malah dobrak pintu kayak preman mau malak gitu, nak," ujar Aisyah, Ummi nya Lura dengan kesal melihat putrinya melakukan hal tak biasa itu.

"Ummii~ ," rengek Allura yang langsung memeluk Ummi nya.

"Heh, kenapa kamu? Nggak mungkin kan kamu nangis karena Ummi tegur pelan gitu? Siapa yang jahat sama putri Ummi ini, hm?"

"Anika, Ummi!"

"Loh? Kalian berantem? Tumben, biasanya kalian kayak sepatu, bareng terus."

"Ummi, tadi anakmu yang paling cantik ini abis ngelamar Dokter ganteng. Eh, pas udah diterima dan Dokter nya minta alamat, Nika datang dan bawa aku pergi. Pas aku cari lagi, Dokternya udah pulang, Ummiii ..."

"Berarti kalian belum jodoh, nggak papa ya. Allura mau nikah memang? Ummi dan Abi bisa carikan."

Aisyah merasa dapat lampu hijau, karena itu ia ingin menyakinkan Lura untuk menerima perjodohan yang akan suaminya lakukan.

"Nggak, Umm. Nggak jadi. Udah nggak punya hasrat nikah, Lura mau mandi aja. Papay Ummi."

"Eh? Lura, Ummi bener--."

"Nggak Ummi, Lura cuma mau nikah sama Dokter tulang itu!"

Setelah menjawabnya, Lura langsung berlari ke atas menuju kamarnya untuk mandi. Meninggalkan sang Ummi yang terdiam memandang nya.

"Hah, biarlah. Abi pasti bisa membujuk gadis itu."

Malamnya, saat keluarga kecil itu harus melangsungkan makan malam Allura turun dengan kaos lengan pendek juga celana hot pants. Membuat Abi menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Ummi, Lura udah selesai makan. Mau balik ke kamar, ya? Mau ngerjain tugas," pamit Lura membuat Ummi mengangguk seraya membereskan piring yang kotor.

"Tunggu, Lura," cegah Abi membuat Lura mau tak mau memberhentikan langkahnya.

"Kenapa, Abi? Masih mau maksa Lura? Lura kan bilang, Lura nggak mau."

"Abi akan tetap memaksa Lura untuk segera memakai hijab, menutup aurat yang tak seharusnya dipertontonkan didepan khalayak ramai. Namun, jika Lura mau mematuhi permintaan Abi yang satu ini, Abi akan membebaskan kamu dari paksaan memakai hijab mulai detik ini. Bagaimana?"

Penawaran Abinya barusan terdengar sangat menggiurkan. Kapan lagi kan dia bisa bebas dari ocehan Abinya itu tentang satu hal, hijab. Tapi ... penawaran yang terdengar menggiurkan itu belum tentu punya sisi baik untuknya. Bisa saja kan Abinya itu menjebak dia?

"Permintaan apa yang Abi mau Lura turuti? Kalo Lura ngerasa itu adil dan berdampak baik untuk Lura, Lura pasti bakal langsung setuju."

"Menikah."

"Hah?!"

Satu kata yang terdengar sangat horor bagi Lura. Satu kata yang membuatnya cengok. Dan satu kata yang membuatnya tak mampu berkata-kata dan tak mampu membalas selain kata 'hah'.

Ini Abinya sedang kesambet apa gimana, sih? Hallo! Lura ini masih baru saja 17 tahun beberapa hari lalu. Bahkan KTP pun ia belum buat dan sekarang sudah disuruh nikah, gila ya?

Dan lagi, dengan siapa ia akan menikah? Teman Abi? Maksudnya, pria tua dengan perut buncit dan kepala botak klimis? Oh, ayolah! Dia tidak sejelek, tidak seburuk, dan tidak sengenes itu untuk dijadikan istri kedua, ketiga, apalagi keempat dari seorang pria-pria tua yang memiliki otak mesum.

Dokter, nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang