21 || Lebih Berharga

9.2K 827 48
                                    

Lura yang awalnya sedang memarahi Xavier karena mengirim fotonya pada Yuvi, kini melotot terkejut saat mendengar panggilan dari seseorang di belakang tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lura yang awalnya sedang memarahi Xavier karena mengirim fotonya pada Yuvi, kini melotot terkejut saat mendengar panggilan dari seseorang di belakang tubuhnya.

"Anjir, mati nih gue!" umpat Lura dalam hatinya. Ia secara perlahan berbalik untuk menghadap Yuvi. Begitupula dengan ketika manusia di sisi Lura, mereka saling menatap dengan wajah kaku.

Lura menyengir singkat, "Eh, Dokter. Ngapain di sini, Dok?"

Yuvi menatap satu orang yang terlihat asing, yang ia yakini seseorang dalam foto yang dikirimkan Xavier padanya. Ia berdeham dengan sedikit kencang, membuat Farel menengok ke belakang. Arah yang ia hindari sejak tadi.

"Eh, heheh. Silakan duduk, Dokter...," ujar Farel seraya menggeser duduknya menjadi di dekat Anika.

Xavier dan Anika yang melihat wajah takut dan gugup milik Farel menahan tawanya, langka sekali melihat kadal cap aligator menunjukkan wajah seperti itu.

"Eumm...," gumam Lura saat mata Yuvi kini tertuju padanya.

Lura membesarkan bola matanya saat ingat ingin mengatakan sesuatu, "Lura udah izin, lho, ya, sama Dokter tadi. Jadi Dokter nggak boleh marah sama Lura."

Yuvi mengerutkan keningnya, "Memang saya terlihat sedang marah?"

"Eng..., muka Dokter selalu gitu, sih."

Yuvi tersenyum kecil, sangat kecil saat mendengar jawaban Lura. Ia mengusap kepala yang rambutnya terkuncir itu. Entah kapan ia akan melihat rambut kecoklatan itu tertutup hijab. Ia selalu mengingatkan, tapi susah sekali membuka hati Lura untuk menerima hijab di kepalanya. Hanya belum siap, begitu katanya.

Entah kapan kata siap itu muncul.

Lura ikut tersenyum mendapat perlakuan lembut dari Yuvi. Ia menyodorkan segelas es teh manis miliknya kepada Yuvi yang terlihat kepanasan dan kelelahan.

"Dokter pasti capek abis dari rumah sakit langsung ke sini, minum dulu biar seger."

Tidak langsung menjawab atau mengubris ucapan Lura, Yuvi malah melepaskan jas Dokter nya yang memang belum ia lepas sejak awal.

Setelah berhasil melepaskan ia menaruh jas itu di pangkuan Lura, berniat menutupi paha putih yang hanya terbalut celana tak sampai setengah paha.

"Kenapa, sih, pakai celana pendek banget? Mau pamer apa gimana, hm?" tanya Yuvi seraya menggulung lengan kemejanya.

"Ish, Dokter... Siang tadi, tuh, panas. Makanya lura pakai ini, biar nggak gerah kakinya."

"Lebih panas di neraka."

Lura merengut, "Ish, iya iya. Lain kali Lura pakai gamis, sekalian Lura buang, nih, baju."

Yuvi menunjuk Lura, "Bener, ya?"

Dokter, nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang