17 || Perbedaan besar

10.1K 773 19
                                    

Beberapa minggu setelah pernikahan, Yuvi kembali sibuk di Rumah Sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa minggu setelah pernikahan, Yuvi kembali sibuk di Rumah Sakit. Dia akan pulang jam sepuluh malam, atau jam lima sore jika tidak ada shift. Hal itu tentu saja membuat Lura merasa kesepian, apalagi ia belum memutuskan untuk melanjutkan study-nya atau tidak.

Alhasil kegiatannya seharian hanya seperti beruang yang ingin mendekati masa hibernasinya. Mencari makan, tempat tidur yang nyaman, dan lalu ... tidur.

Karena saking bosannya, ia akhirnya meminta, lebih tepatnya memaksa kedua sahabatnya ---Anika dan Xavier--- untuk datang ke rumah Yuvi jika sudah tidak ada kelas.

Dan karena kedatangan mereka berdua, rumah yang biasanya sunyi di siang hari itu kini dipenuhi suara teriakan juga tawa membahana.

"Eh, Lur. Lo nyuruh gue sama Nika ke sini lo nggak nyiapin apapun gitu buat kita makan? Najis banget punya tuan rumah kayak lo," sindir Xavier yang dengan seenak jidat membuka pintu kulkas milik Lura.

"Dih, kan lo tamu, harusnya lo yang bawa makanan buat suguhan tuan rumah!" balas Lura tak mau kalah.

"Lah, bocah! Lo kalo mau gue bawain makanan pas gue datang lo harus sakit dulu."

"Lo doain gue sakit? Jahat lo Sap!"

Xavier mendelik, entah karena jawaban Lura atau panggilan yang Lura gunakan. "Punya suami dokter spesialis, dari keluarga kaya, mapan, pinter agama, baik. Sumpah, deh, gue nggak ngerti kenapa suami lo mau sama cewek gila kayak lo."

"Sumpah Sap! Punya mulut bisa nggak jangan dicabein mulu? Pedes banget!"

Xavier yang tadi berdiri di depan lemari es, kini berjalan untuk ikut duduk di sofa. Di samping Lura yang bertepatan di depan Anika.

"Cantik, enggak. Pinter, otak pas-pasan. Rajin, kerjaannya tidur doang, rajin dari mana? Badan juga nggak goals-goals banget. Coba Nik, gue tanya, lo kalo jadi si Yuvi apa yang lo liat dari nih cewek?"

Dengan tanpa perduli bahwa Lura di sampingnya sedang kebakaran jenggot, ia memberi pertanyaan yang berunsur sindiran pada Anika. Sedangkan yang di tanya hanya menahan tawa dan geleng-geleng.

"Udah, deh, Xav. Lo mah kebiasaan banget. Kasian itu si Lura."

Dug...

"ANJIR! Sakit, Lur. Gila, ya, Lo?" Xavier meringis, sangat ulu hatinya di tendang tanpa persiapan oleh kaki mungil Lura.

"LO! Lo mah jahat banget sama gue. Gue tuh dari kemarin-kemarin lagi insecure tau nggak sih? Terus lo malah nambah-nambah. Kan, sakit hati gue, Sap!"

Dokter, nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang