Lura masih nggak mengerti, sih, apa yang disembunyikan di dalam gudang. Nggak mungkin, 'kan, dokter Yuvi ngumpetin manusia di gudang? Ya kaliii. Lura baru saja nikah satu hari, dia nggak ingin merusak suasana diantara mereka dengan membahas hal yang menurutnya nggak penting itu.
Dia nggak ingin merusak pikirannya dengan mengkhawatirkan sesuatu yang entah itu buruk atau tidak. Lura cuma mau pernikahan yang aman, damai, tentram, udah itu aja, kok.
Jadi, mari lupakan saja soal gudang itu. Lura lebih memilih bersikap bodo amat dan nggak perduli. Siapa juga yang mau merusak suasana romantis mereka, ya 'kaan?
Lura tersenyum, "Dokter, biar Lura yang taro baju Lura sendiri."
Yuvi yang sedang menggeser bajunya di lemari agar bisa berbagi dengan baju Lura menoleh. Merasa heran dengan gadis itu yang awalnya sangat enggan beres-beres, kini berniat membantunya.
"Kenapa liatin Lura gitu? Emang kalo Lura mau bantu suami Lura salah?"
Yuvi terkejut dalam diam mendengar perkataan suami Lura langsung dari mulutnya. Dia mengerti sekali sifat Lura tapi sifatnya itu selalu saja bisa membuatnya terkejut.
"Dokter, kenapa diam? Nggak mau bantu gitu? Biar kita beres-beres berdua, romantis 'kaaan?" sindir Lura dengan nada sebal. Sebal karena dianggurin. Padahal siapa coba yang nggak luluh sama kecantikannya?
Kalo aja Dokter Yuvi bukan dokter Yuvi ---em, ya begitulah--- dia pasti udah pake jurus jitu menaklukan cowok. Sayang aja dokter Yuvi bukan spesies cowok yang ia sebut di atas, jadi dia nggak bisa pakai jurus jitunya itu.
Kalo di depan dokter Yuvi itu, Lura harus sok imut dan pura-pura polos biar keliatan nerdy-nya gitu. Soalnya menurut riset sehari semalam Lura, dokter Yuvi itu tipe yang suka sama cewek kalem bin anggun plus elegan. Jauh banget dari Lura yang bar-bar, agresif, dan nggak tau malu ini.
Yaah, berdoa saja Yuvi tidak mentalaknya ketika mengetahui jati diri aslinya. Ih amit-amit, deh. Kalo di talak gagal sudah pelet yang Lura pake. Iya, pelet keberuntungan maksudnya.
"Kamu lebih suja baju kamu di mana? Sisi kiri atau kanan? Biar baju saya---"
Lura menghentikan ucapan Yuvi dengan menempatkan jari telunjuknya di bibir Yuvi, "Stop stop stop! Dok ... ter! Coba Lura tanya, kita ini apa, sih?"
Yuvi terkejut, ini-- Lura kenapa aneh banget gini, sih?
Yuvi menjauhkan tangan Lura dari mulutnya, "Kamu abis makan apa, sih? Tangan kamu bau terasi."
"Lah, iya ya, dok? Lupa cuci tangan tadi abis ngambil terasi di suruh Ummi," tawa Lura menyembur. Astaghfirullah bisa-bisanya Lura memberikan sentuhan pertama yang membuat trauma. Jangan sampe aja dokter Yuvi nggak mau lagi cium tangan dia.
Melihat Yuvi yang geleng-geleng sekaligus kesal, membuat ia menghentikan tawanya. Fokus kembali untuk menanti jawaban dari pertanyaannya.
"Ih, dokter! Nggak boleh mengalihkan pembicaraan. Jawab pertanyaan Lura tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter, nikah yuk!
Romance"Dokter, nikah yuk!" ajak seorang gadis SMA, Allura namanya. Hari ini sekolahnya sedang kedatangan dokter tampan yang masih terlihat begitu muda, dokter yang sedang menemani temannya mengadakan kunjungan untuk memberikan sedikit peringatan tentang...