22 || Rasa Suka, Sayang

9.6K 788 37
                                    

Setelah Lura dan Yuvi meninggalkan kampus, Farel juga ikut meninggalkan kampus karena kelasnya telah usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Lura dan Yuvi meninggalkan kampus, Farel juga ikut meninggalkan kampus karena kelasnya telah usai. Hanya tersisa Anika yang sedang ditemani menghabiskan makanannya oleh Xavier.

"Buruan napa, Nik, makannya. Lo makan lama banget kayak siput jalan," ujar Xavier yang bosan menunggu Anika menghabiskan mie ayamnya.

"Ya gue makan 'kan emang gini, makanya gue bilang kalo mau duluan, yaudah sana. Gue pulang sendiri juga nggak bakal ada yang nyulik," balas Anika ngegas.

"Tapi gue yang nggak mau sendiri."

Anika mengangkat pandangannya, "Cewek lo 'kan banyak, diberbagai jurusan lagi. Kenapa nggak lo culik aja satu buat nemenin lo pulang."

"Males ah. Mereka mah kek ulet, nempel mulu. Gue 'kan risih. Makanya mau sama lo aja. Lagian 'kan lo untung juga, lo jadi dapat tumpangan gratis."

"Yaudah, diem. Tungguin gue selesai makan dengan anteng. Jangan gangguin biar gue cepet," putus Anika seraya melanjutkan makannya.

Beberapa menit kemudian, Anika menyelesaikan makannya. Mereka kini sudah berada di mobil, menuju rumah Anika karena Xavier akan mengantarkannya.

"Nik?"

Anika yang sedang menikmati pemandangan dari kaca, menoleh pada Xavier di sampingnya, "Apa?"

"Lo tau nggak gue lagi deket sama siapa?"

Anika menunjukkan wajah rumit, "Apasih, Xav? Lo kira gue emak lo yang tau lo lagi suka siapa? Gue sibuk ama kuliah, nggak kayak lo, yaaa!"

Xavier tersenyum kecil melihat kekesalan sahabat di sampingnya. "Gue lagi deket sama cewek dari fakultas kedokteran, nih. Tapi gue bingung."

"Bingung kenapa? Cewek fakultas kedokteran pasti cakep-cakep'kan? Cocoklah sama lo."

"Enggak, bukan itu. Gue bingung dia beneran suka apa nggak sama gue? Maksud gue, lo tau 'kan cowok fakultas kedokteran juga ganteng-ganteng, gue jadi curiga dia cuma ngasih harapan."

Anika mengerutkan keningnya, "What? Bentar, ini beneran Xavier? Sejak kapan lo perduli sama hal begituan? Biasanya cewek-cewek yang lo deketin juga cuma lo jadiin mainan, lo nggak perduli kalo dijadiin sebaliknya. Kenapa sekarang lo malah takut? Lo beneran cinta sama, tuh, cewek?"

"Gue juga nggak tau, sih."

Anika membuka mulutnya tak percaya, "Sumpah, Xav! Sejak kapan lo jadi plin-plan gini, sih?"

"Menurut lo, Nik, apa yang membuat gue bisa disukain?"

Anika menyipitkan matanya, menatap curiga Xavier yang masih sibuk mengendarai mobilnya.

"Misalnya, karena gue tampan? Gue pintar? Gue model, punya penghasilan sendiri. Gue bisa main gitar plus piano, gue pengertian dan penyayang banget. Apalagi Nik?"

Dokter, nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang