Chapter 18

4.8K 264 122
                                    

Vote dulu yuukk sebelum baca, sebagai tanda menghargai karya author yaaa❤️❤️❤️ vote sama coment nya gratis kok dan boleh sebanyak banyaknyaa

Rengkuhan nya terlepas kala melihat kaleyma sudah kembali baik baik saja. Perempuan itu hanya memandang jari jari kakinya, mungkin sedang menahan malu telah menangis di hadapan suaminya, hal yang paling ia hindari dalam hidupnya. Baru kali ini, Gentaru lihat wanita yang begitu tegar dalam menyikapi kehidupan terlihat tak berdaya. Genta jelas paham, jika semua ini disebabkan oleh dirinya, kepercayaan wanita itu telah di titipkan sepenuhnya namun tak bisa ia jaga. Lelaki itu jelas mengerti betapa besar cinta istrinya yang tak bisa ia balas meski hanya seberapa. Dari sekian banyak hari yang telah mereka lalui bersama, tak satupun genta membuka hati meski telah berkali kali terpesona akan kebaikan Kaleyma. Lelaki itu telah berhasil membangun penghalang paling kokoh sebagaimana pembatas diri dalam sandiwara. Ia telah berhasil, berhasil mengabulkan keinginan mamanya dan Alexa, berhasil menghancurkan jiwa rapuh tak berdosa, berhasil mengalahkan ayahnya dalam mempertahankan wanitanya. Jika ditanya siapa pemenang nya, maka itulah Genta.

Sekian menit terlewat begitu saja. Hanya keheningan dan angin malam yang menghiasi tanpa ada yang mau bicara. Perempuan cantik nan lugu itu masih terdiam, begitu pun dengan suaminya. Hingga akhirnya panggilan kecil mengalihkan pandangan Gentaru, lelaki itu berharap akan banyak kata yang keluar dari bibir istrinya namun nihil, kaleyma hanya mengatakan jika ia akan masuk dan mandi saja.

Terkadang, memang melepaskan menjadi pilihan terbaik untuk sebuah kebahagiaan. Meski terasa sesak didada, namun semua tak akan pernah bertahan lama. Layaknya kaleyma kali ini, meski rasa sakit menghunjam berkali kali namun ia tetap yakin kan diri untuk pilihannya kali ini. Perempuan kuat itu telah menggenggam erat keputusan dalam kehidupan rumah tangga yang akan usai sebentar lagi.

"Mas...." panggilnya lirih. Berharap Genta yang masih betah di balkon dapat mendengar cicitannya.

"Mas Genta...." tak lama setelahnya, terdengar sahutan samar, menandakan jika genta mendengarnya dan bergegas menghampiri.

"Kenapa kal?"

"Mas tolong ambilkan baju di bagasi mobil yaa,,tadi lupa ga kebawa." Lelaki itu mengangguk lalu meraih kunci mobil dan sedikit berlari menuju parkiran.

Bahkan di saat seperti ini, ia masih bisa terlihat baik baik saja, bertingkah senormalnya, hempas canggung yang sempat melanda dan meminta tolong tanpa sadar jika mereka baru saja mengalami fase saling mendiamkan meski hanya beberapa menit saja. Perempuan itu menghembuskan nafasnya, sekali lagi ia kuatkan hati untuk menerima semuanya tanpa banyak bicara. Ia tak akan buang banyak waktu untuk hal seperti tadi. Dua minggu ini, akan ia gunakan dengan baik, mengambil kesempatan sebanyak mungkin untuk bersama gentaru dan putri nya meski dengan batasan yang harus mulai ia jaga sebelum palu di ketuk di sidang perceraian mereka. Dan ia siap untuk menjadi orang tua tunggal untuk Tsurayya.

"Bener yang di tas ini kal?"

"Iya mas, tolong ambilin satu set piyama pendek"

Tak ada jawaban, genta hanya mengangguk untuk mengiyakan, tak lama setelahnya apa yang perempuan itu pinta sudah ada di genggamannya. Ia melangkah perlahan untuk memberi pakaian, lalu kembali ke ranjang tanpa terjadi pembicaraan.

Kondisi mereka sekarang ini, bukanlah hal yang sering terjadi dalam rumah tangga nya. Mengingat genta tak pernah sama sekali berperang dengan pikirnya hanya karena keputusan ataupun sikap kaleyma, perempuan itu terlalu mudah untuk di kendali kan tanpa negosiasi atau hal semacam nya yang sering di lakukan seorang wanita. Namun melihat Kaleyma bersikap tak seperti biasanya membuat gentaru sedikit tak rela.

" mau keluar nemenin aku?" Tanyanya begitu kaleyma merebahkan diri di ranjang. Perempuan itu menoleh sebentar lalu terlihat seperti tengah memikirkan sebuah jawaban.

"Mas Genta laper?" Tak ada jawaban, lelaki itu hanya memberi angkukan.

"Delivery aja gimana mas? Abisnya Leyma lagi ga pengen banget keluar." Jika biasanya perempuan itu tak pernah sudi menolak ajakan genta untuk ikut kemana saja, namun jawabannya kali ini membuat lelaki itu semakin yakin akan prasangka nya. Istrinya tengah mengabaikannya.

Semakin jelas ketika Kaleyma menggerakkan pelan tubuhnya untuk memunggungi suaminya. Perempuan itu tak mengatakan sepatah kata dan langsung menutup mata begitu saja. Tak ada ucapan selamat malam dan senyum tulus yang selalu ia suguhkan setiap harinya sebelum menjemput mimpi indah mereka. Sejujurnya ia juga merasa janggal, batasan yang sengaja ia buat untuk membatasi diri dari gentaru terasa begitu kejam. Namun apa daya, pertahanan nya tak bisa runtuh begitu saja, apalagi hanya karena rasa yang tak sepatutnya ada.

"Kal.."

Tak ada jawaban.

"Kaleyma...." kali ini dengan memegang pelan lengan tangan nya, namun tetap tak ada respon sesuai keinginannya.

Genta menghembuskan nafas berat, menggeser badan untuk mendekat, memeluk tubuh ringkih yang begitu kuat. Ia tenggelamkan wajah pada ceruk leher istrinya, bermaksud untuk menghirup sebanyak banyak nya aroma yang mungkin akan dirindukannya. Dan ini akan menjadi terakhir kalinya. Namun belum sempat menyelesaikan kegiatan nya, kaleyma telah menahannya, membalikkan badan untuk menatap raut yang begitu menghantui pikirannya setiap harinya. Wajah lelaki ini ia tak tahu lagi bagaimana untuk menjelaskannya, begitu tampan dan sempurna.

"Mas......aku mohon jangan.." ucapnya lirih, berharap genta mengerti makna dari setiap kata yang telah ia pilih.

"Jangan biarin aku jatuh lagi, setelah ini kita ga bisa sedekat ini mas....semakin memaksa untuk terliat baik baik saja, semakin dalam juga aku jatuh cinta." Lalu kaleyma gerakkan tangannya pelan untuk mengusap rahang kokoh yang begitu sering ia puja. Tatapannya begitu tulus nan memohon, seakan ia ingin suaminya memahami semuanya tanpa ia pinta.

"Jarak kita ga bisa sedekat ini lagi setela pul.." tanpa ia duga, lelaki Dihadapannya malah menciumnya dengan tergesa gesa. Seakan semua kata kata kaleyma berhasil menyakitinya. Dorongannya tak membuahkan apa-apa. Tenaga lelaki itu jauh lebih kuat dari nya.

"Mas...berhen.." lebih parahnya lagi, kali ini ia cekal kedua tangan kaleyma di atas kepala, lalu aksinya mulai menjalar kemana mana. Tanpa sabar ia raup segalanya, hal yang tak akan pernah lagi dimilikinya.

Lalu entah sadar atau tidaknya, mereka melanggar aturan tanpa jeda. Sama sama kalaf membuat keduanya tak bisa memikirkan hal selainnya. Menyerahkan hal berharga dengan adanya landasan cinta. Karena memang benar kenyataannya, cinta dapat membutakan segalanya. Cinta dapat menhalalkan segala cara. Layaknya cinta kaleyma pada suaminya. Cinta berlebihan yang mampu merusak apa saja. Tanpa disadarinya.

KaleymaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang