Chapter 1

4.3K 189 2
                                    

Kaleyma. Wanita berparas menawan itu hanya duduk termenung sambil bersenandung kecil. Ia selalu duduk di kursi rotan depan rumah bulek arumi setiap sore, menunggu kedatangan lelaki yang berjanji akan menjemputnya.

Kaleyma masih ingat jelas, 2 tahun lalu tepat dihari ulang tahunnya yang ke 21 genta mengantarnya pulang kemari, menitipkan dirinya dan bayi mereka yang baru berusia beberapa hari untuk 2 bulan selama kepergian lelaki itu keluar negeri karna urusan bisnis.

Meski merasa sedih namun bagaimanapun juga niat suaminya baik. Ia tak ingin terjadi apapun pada dirinya dan bayinya karna ulah ibu kandung lelaki itu, Najma. Merasa senang dikhawatirkan oleh genta. Hari hari ia lalui gembira sembari menghitung tanggal kapan ia akan bertemu dengan prianya.

Sampai 2 bulan setelahnya, tak ada tanda genta akan menjemputnya. Kaleyma menunggu hingga seharian bersama tsurayya, putri mereka. Hingga hari hari terlewati bahkan berminggu minggu setelahnya, lelaki itu tetap tak kunjung datang. Ia mengingkari janjinya untuk menjemput mereka.

"Tadi nak Dimas bawakan kamu makanan sama kado. Bulek taruh di atas meja kamar." Suara lembut wanita itu menyapa. Kaleyma menoleh mendapati bulek arumi sudah duduk Disampingnya. Tersenyum manis sebagai adab sopan pada perempuan yang sudah berbelas belas tahun merawatnya, lalu tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Nok,,ndak perlu ditunggu terus. Gentaru ndak akan datang buat jemput si nok dan rayya." Tegur bulek arumi pada perempuan itu. Entah sudah berapa ratus kali wanita paruh baya itu menegur dengan kalimat yang sama selama 2 tahun belakangan. Ucapan bulek memang benar adanya. Namun, bukan Kaleyma jika percaya begitu saja. Rasa percaya pada genta suaminya mengalahkan segalanya. Perempuan itu telah dibutakan oleh cintanya sendiri.

"Ndak bulek. Mas genta akan datang untuk Leyma dan Rayya" jawab perempuan itu lembut.

Bulek arumi hanya menghembuskan nafas lelah lalu menatap prihatin perempuan yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri. Ia tahu, jika Kaleyma sangat mencintai Gentaru. Tak ada yang bisa perempuan paruh baya itu lalukan selain mendoakan apa yang diinginkan Kaleyma. Ia tak bisa berbuat lebih.

"Ya sudah, semoga saja memang begitu. Bulek sudah siapkan semuanya untuk sukuran, tinggal menunggu tetangga pada dateng setengah jam lagi. Si nok jangan murung terus, kan udah gedhe to. Udah 23 tahun kan?" Kaleyma tersenyum manis, lalu memeluk bulek arumi erat. Meski perempuan di dekapannya bukanlah ibu kandung Kaleyma, namun bulek arumi sudah melakukan apapun untuk hidupnya. Perempuan itu lah yang menguatkannya.

"Terima kasih banyak bulek. Leyma akan masuk sebentar lagi." Bulek arumi hanya tersenyum lalu masuk kedalam rumah kembali untuk menyiapkan sukuran ulang tahun putrinya.

Ulang tahun kali ini tak ada yang berubah. Keinginan perempuan itu sama seperti tahun sebelumnya. Saat semua tetangga desa yang datang meminta Kaleyma untuk berdoa, apa yang ia rapalkan tak berubah sama sekali dari tahun lalu, ia hanya ingin bertemu Gentaru kembali.

Setelah semua selesai, Kaleyma membantu bulek beres beres, membuang sampah yang berserakan sampai mencuci semua piring piring kotor bekas makan tamu sukuran. Saat semua beres, perempuan itu kembali lagi ke halaman, sekedar memeriksa apakah Gentaru datang? Sama seperti yang ia lakukan tahun lalu tepat dihari ulang tahunya pula.

Sama seperti sebelumnya. Yang perempuan itu dapat hanya kekecewaan. Bahkan tahun ini Gentaru tak datang lagi. Kapan lelaki itu datang menjemputnya dan rayya? Apa ia tak merindukan anaknya?

Puas melakukannya. Kaleyma memilih kembali kedalam. Bersiap menidurkan tsurayya yang sedang asik bermain dengan raffa, anak tetangga belakang rumah bulek.

"Rayya ayo bobok sayang. Mas raffa besok main lagi yaa, sekarang udah jam setengah sembilan. Dek Rayya harus tidur." Lelaki kecil itu tersenyum sembari mengangguk lalu mencium pipi Rayya dan beralih pada tangan Kaleyma.

Sepulangnya Raffa, perempuan itu langsung mengangkat tubuh ringan putrinya, membawa ke ranjang untuk tidur.

"Maaf ya dek, ayah belum bisa dateng buat jemput kita." Ucapnya lembut lalu mengecup lama dahi kecil putrinya.

"Yayah...yah..yah...." gumam gadis berumur 2 tahun itu tiba tiba. Alley tersenyum lalu segera merespons gumaman tak jelas purinya.

"Iya ayah ya sayang...Rayya kangen sama ayah? Kangen yaa...sabar ya dek..bentar lagi Rayya pasti ketemu ayah." Nadanya sangat lembut dan penuh kasih sayang, itulah sifat asli Kaleyma, begitu baik.

Gadis kecil itu bertepuk tangan Sembari tertawa. Tanda jika dirinya Sedang bahagia. Kaleyma pun tersenyum. Putrinya sama persis seperti dirinya, sama sama tak sabar bertemu Genta.

Selama ini mengapa Kaleyma memilih menunggu? Bukan karena perempuan itu tak ada uang untuk ke kota. Dalam hal menghafal jalan dirinya memang paling payah. Dulu, sebelum menikah dengan Gentaru ia sering sekali tersasar dijalan yang bahkan sudah pernah ia lewati beberapa kali. Mungkin tak masalah jika hanya itu, ia bisa bertanya. Namun kali ini ia bersama putri kecilnya, Tsurayya. Perempuan itu tak mau ambil resiko apalagi sampai terjadi apa apa pada Rayya, perjalanan ke kota butuh waktu yang panjang. Ia memilih jalan aman, tetap menunggu tanpa kepastian dan yakin bahkan sangat yakin jika Gentaru akan benar benar menjemputnya.

Pikirannya melayang, memikirkan beberapa hal. Namun ia tetap terlihat tenang dengan mengelus pelan kepala sang anak yang sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Jika ia menerima tawaran Genta untuk dibelikan handphone saat masih di kota dulu, mungkin bertemu dengan Genta tak akan menjadi hal yang susah untuk diwujudkan. Sayangnya, dulu Kaleyma berpikir tidak membutuhkan handphone genggam selama ada handphone rumah untuk menghubungi suaminya.

Pagi itu, cahaya mentari masuk melalui celah celah jendela kamar kecilnya dan Rayya. Peri kecilnya sudah tak ada diranjang. Mungki sedang berjemur bersama bulek. Kaleyma bangkit untuk mempersiapkan ember beserta air hangat untuk mandi gadis kecil itu. Lalu segera menghampiri mereka di halaman.

" sini bulek,,, Rayya biar mandi dulu supaya wangi ya sayang." Gadis kecil itu tertawa lagi sembari bertepuk tangan riang. Ini sisi yang paling Kaleyma dan bulek Arumi sukai, tsurayya adalah gadis yang sangat ceria dan mudah tersenyum.

" ya udah bulek siapin sarapan dulu yaa..si nok hari ini kerja?"

"Ndak bulek, libur. Kata mba Arimbi ini bonus ulang tahun Kaleyma." Lapor perempuan itu senang.

"Ada ada saja Arimbi tuh" jawab bulek arumi sambil tertawa. Lalu melanjutkan jalannya untuk ke dapur namun langkah bulek terhenti seakan baru teringat sesuatu, perempuan itu menoleh ke belakang melihat Kaleyma yang sedang mengajak bicara Tsurayya. Perempuan paruh baya itu tersenyum. Ia yakin dengan apa yang ia akan ucapkan demi kebahagiaan putri dan cucunya.

"Kaleyma....bulek ada kejutan buat si nok. Bulek kasih tau habis sarapan aja yaaa." Kaleyma tersenyum. Perempuan paruh baya Dihadapannya sungguh luar biasa. Padahal dirinya tak perlu kejutan, apa yang dilakukan bulek Arumi pada hidupnya sudah lebih dari cukup.

"Terima kasih bulek. Kaleyma dan Tsurayya beruntung bisa punya bulek" tentu ia tak akan menolak meski dirinya dapat. Ia menghargai bulek Arumi tak ingin mengecewakan wanita hebat itu.

KaleymaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang