Chapter 8

1.7K 135 5
                                    

Sudah 10 menit lamanya lelaki paruh baya itu menunggu untuk berbicara, tangisan perempuan dihadapannya belum juga mereda. Kadang ia berfikir, punya salah apa dulu leluhur Kaleyma sampai wanita itu harus menanggung hal yang begitu berat dalam hidupnya.

"Ayah maaf....." ucapnya iba, entah sudah ke berapa kali ia menangis dihadapan ayah mertuanya.

"Ayah mengerti. Menangis lah sampai lega." Jawabnya lembut yang langsung disambut dengan senyuman manis menantunya. Perempuan itu mengusap air matanya saat dirasanya sudah cukup ia menangis, karena memang sudah terlalu lama.

"Tadi ayah mau sampaikan apa?"

"Ley,,tinggallah disini. Kasihan Tsurayya kalo kamu mutusin buat pulang. Dia masih sangat kecil."

"Tapi ayah...bagaimana dengan mama?." Tanya nya pelan.

"Biar ayah yang bilang nanti. Kamu tidak perlu khawatir."

"Ayah, ayah tidak perlu sebaik ini. Sebentar lagi Kaleyma bukan siapa siapa bagi ayah. Tolong izinkan Kaleyma pulang." Ucapnya pelan nan lembut, takut kata katanya dapat menyinggung ayah mertuanya.

"Bukan ayah yang baik Kaleyma, kamu yang terlalu baik. Sekali kali biarkan egomu menang. Jangan selalu mengalah demi seseorang, kamu berhak mendapatkan apa yang kamu ingin seperti Gentaru contohnya." Nasehat ayahnya lembut. Lelaki dihadapannya, entah terbuat dari apa hatinya, ia selalu bisa menebak apa yang Kaleyma ingin. Begitu peka nan perhatian. Najma, ibu mertuanya adalah perempuan paling beruntung didunia karena dapat memiliki lelaki dihadapannya.

"Mas Genta akan menikah ayah." Tersenyum sembari mengatakannya, seakan ia dalam keadaan baik baik saja. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan kecil putrinya, meraup kekuatan. Meyakinkan dirinya sendiri jika ia masih memiliki Tsurayya dalam hidupnya.

Ayah mertuanya hanya diam. Menatap manik mata sendu Kaleyma penuh kelembutan. Alasan pasti lelaki itu menikahkan Gentaru dengan wanita berhati malaikat Dihadapannya, adalah karena ia tahu jika Kaleyma menginginkan putranya pada pertama kali wanita itu bertemu dengan Genta. Wanita cantik itu mendambakan anaknya. Sebagai balas Budi atas kebaikan Kaleyma yang telah mau merawatnya selama ia menghilang karena kecelakaan 4 tahun lalu, joviar memilih untuk menikahkan Kaleyma, agar perempuan itu dapat merasakan cinta yang sesungguhnya dalam hidupnya, bermaksud membuat sang perempuan bahagia dan meraup wanita langka sebaik dia untuk menjadi anggota keluarga.

"Kalau kamu masih cinta, pentahankan Gentaru Leyma..."

"Tapi ayah..mas genta mencintai perempuan la.."

"Kamu lebih berhak atas dirinya, kamu patut memperjuangkan putra ayah nak. Dia suamimu. Ayah tau nak..kamu sangat mencintai Gentaru." Sela ayah mertuanya. Jika seperti ini, orang mana yang tak bisa melihat kebaikan lelaki paruh baya yang sedang menasehatinya? Kaleyma pula menjadi jajaran wanita paling beruntung karena bisa memiliki ayah mertua sebaik Joviar Mahendra.

"Ayah...." panggilnya kembali, airmatanya sudah luruh begitu saja dari tadi. Padahal ia sudah mencoba untuk tak menangis lagi.

"Percaya pada ayah Leyma, jangan menyerah. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu pinta jika sudah datang waktunya."

"Ayah—— terima kasih banyak" kali ini bukan sekedar tangisan, ia sampai tersedak isakannya sendiri. Lalu sepersekian detik setelahnya lelaki paruh baya itu mendekat, merenggangkan kedua tangannya untuk merengkuh Kaleyma beserta cucunya.

"Ayah berjanji, akan selalu ada disamping wanita sebaik kamu nak." Selalu saja ada kata penenang dari joviar, tidak heran jika lelaki yang sudah berumur itu dipandang begitu bijaksana, karena memang itulah kenyataannya.

"Jangan pernah memutuskan untuk benar benar pergi sebelum ayah mengizinkan." Kaleyma mengangguk dalam pelukan. Ia berjanji untuk kali ini, sesakit dan seberat apapun hari yang akan ia lalui, ia akan tetap memilih tinggal demi lelaki terbaik yang pernah ia temui, Joviar Mahendra yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.

Setelah dirasa membaik dan tenang, ayah mertuanya pergi, memberi giliran pada putranya untuk berbicara dengan Kaleyma. Saat pandangan matanya bertemu dengan iris mata sang putra, joviar tersenyum lalu salah satu tangannya menepuk pelan pundak Genta sebelum lelaki itu masuk kamar Kaleyma.

"Ayah percaya dengan kamu, kamu tahu mana yang terbaik untuk diri kamu sendiri Gen, perempuan mana yang benar benar kamu cintai." Setelah itu lelaki paruh baya itu langsung berlalu. Satu hal yang ia memang sudah ketahui sedari dulu, hanya orang bodoh yang tak bisa melihat bahwa Gentaru begitu mencintai istrinya. Hanya saja putranya terlalu bodoh untuk hal itu hingga ia tak bisa menyadarinya namun hanya bisa merasakannya.

Saat lelaki itu masuk, yang ia lihat adalah Kaleyma yang sedang memeluk putrinya. Entah mengapa, setiap kali ia melihat pemandangan yang sama hatinya berdesir, rasa senang dan tenang melambung tinggi entah sampai mana. Sejujurnya Gentaru ingin sekali merangkul keduanya, menyebarkan kehangatan serupa sebagaimana yang Kaleyma lakukan pada Tsurayya.

"Hai" sapa perempuan cantik dihadapannya ketika melihat Gentaru masuk dalam kamarnya. Ia tersenyum begitu manis sama seperti waktu perempuan itu menyambutnya setiap pulang kerja 2 tahun lalu. Hanya bedanya, sekarang ia tengah merangkul putri pertama mereka.

"Hai, boleh aku duduk?" Tanyanya begitu canggung, namun senyuman Kaleyma yang langsung merekah membuatnya terlena akan suasana, wanitanya tak berubah, sama seperti Kaleymanya yang dulu. Selalu terlihat begitu senang dan mendambanya.

"Kenapa tidak? Kau boleh duduk kapanpun yang kamu mau mas." Jawabnya ramah. Lalu sepersekian detik panggilan Tsurayya mengalihkan fokus keduanya.

"Pah..yah..yayah" gumamnya tak jelas, nampak begitu lucu dan menggemaskan. Tanpa pikir panjang, Gentaru langsung meraih tubuh mungil putrinya, Mengangkatnya sembari memanggil nama Tsurayya dengan nada khas anak kecil yang asal dibuatnya. Keadaan sedikit lebih baik dari sebelumnya, genta mulai memberanikan diri untuk dekat dan menghibur sang buah hatinya. Kaleyma tentu tak diam saja, ia bergabung untuk menghibur putrinya bersama Genta. Jika tak mengetahui masalah dalam rumah tangga mereka, pasti siapapun akan mengira mereka adalah keluarga kecil yang amat bahagia.

"Kal,,sepertinya Rayya sudah mengantuk. Aku perhatiin sedari tadi menguap terus." Ucap Gentaru ketika telah puas bermain dengan putrinya.

"Ya udah bawa sini mas, biar tidur gapapa."

Genta mendekat, memberikan Tsurayya pada sang bunda. Saat dirinya hendak bergabung, bermaksud untuk ikut menidurkan anaknya. Ucapan Kaleyma setelahnya menahan lelaki itu.

"Mas genta mau tidur juga?"

"Emm,,iya. Kalo diizinin sih." Jawabnya kikuk sembari menggaruk tengkuk yang sama sekali tak terasa gatal. Ia terlihat seperti sedang salah tingkah.

"Gapapa sih kalo mau tidur sama Tsurayya, cuman Rayya harus minum dulu sebelum tidur. Gimana kalo mas genta tunggu sebentar?" Lelaki itu mengangguk, tak perlu berfikir untuk yang kedua kali, ia sudah pasti paham akan makna lain dari kata 'minum' yang di ucapkan istrinya. Padahal kan masih suami istri, apa susahnya membiarkan lelaki itu bergabung tanpa harus melihatnya?

Akhirnya dengan pasrah, ia beranjak untuk menuju sofa yang berada di ruangan tersebut, menunggu hingga putrinya terlelap agar ia bisa merasakan tidur bersama buah hatinya.

Coba tebak gimana kelanjutannya??😹 oh iya jan lupa Vote sama coment yaa sayang,,supaya aku juga semangat updatenya

Luv y'all😻❤️

KaleymaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang