Chapter 11

1.6K 143 23
                                    

Acara berakhir tanpa terasa. Tak ada yang mengajak Kaleyma berbicara kecuali Alejandra, perempuan itu semakin sadar diri jika kedatangan dirinya bukan hal yang sepatutnya. Sejak awal memang Kaleyma  dan Genta berbeda jauh kastanya. Pantas saja, hampir semua keluarga lelaki itu yang rata- rata memang orang kaya enggan untuk mengajaknya bicara.

"Rayya Ga usah mandi ya sayang, udah kemaleman. Bunda basuh tangan dan kaki Rayya aja biar tidurnya nyenyak." Kaleyma langsung meraih Rayya dalam gendongannya, putri kecilnya memang akan tenang jika sudah waktunya ia tidur.

Setelah mengganti pakaian dan membersihkan badan Rayya, Kaleyma sedikit terkejut ketika menemukan Gentaru sudah duduk di tepi ranjang, lelaki itu tak menyadari kehadirannya karena terlalu sibuk menanggapi ponselnya.

'Perasaan tadi masih ngobrol sama keluarga Alexa deh'

Genta masih tak menyadari keberadaan Kaleyma sampai perempuan itu menidurkan Tsurayya, mengambil selimut bergambar hello kitty untuk mengganti selimut yang sudah hendak akan di cuci.

"Loh anak ayah udah wangi yaa?" Fokus Genta teralihkan pada Rayya, ia sibuk mengajak putrinya bicara.

"Waahh iya udah wangi, udah siap Bobo ya nak. Mau ayah temenin bobo nya?" Ucapnya seperti anak kecil sembari menciumi perut putrinya.

Rayya yang semula agak bawel karena memang sudah mengantuk, kini kembali ceria. Ia tertawa cekikikan ketika kepala sang ayah mengendus ngendus perutnya, lalu tangan kecilnya menepuk nepuk kepala Gentaru sembari tertawa.

"Mas, jangan di gangguin terus, ntar ga tidur tidur." Protes Kaleyma ketika suaminya tak berhenti mengganggu anaknya.

"Kamu istirahat aja Kal. Biar entar Rayya aku yang nidurin." Kaleyma tersenyum mendengar perkataan suaminya lalu kembali bertanya.

"Emang kamu ga di tunggu keluarga Alexa?"

"Biarin aja. Udah ada mama dan Alejandra yang ngajak mereka ngobrol."

"Mas, tapi kamu kan calon menantu mereka."

"Ga masalah. Aku lebih suka disini sama Rayya dan bundanya."

Perempuan itu hanya tersenyum sebagai jawaban, namun hatinya berdesir tak keruan. Seandainya ini semua tak hanya sekedar nyata, namun juga berlaku selamanya. Mungkin ia tak akan lagi tak mensyukuri hidup dan takdirnya.

"Kal..."

"Hm?"

"Kamu mau tidur sekarang juga?"

"Iya. Ntar bangunin aku aja kalo mas udah mau keluar. Biar Rayya minum sebelum tidur."

"Aku tidur sini ya Kal." Ucap lelaki itu pelan, menunggu jawaban dari sang istri sedikit mendebarkan. Pasalnya mereka sudah sepakat untuk tak tidur satu ranjang lagi.

Perempuan itu terdiam cukup lama. Bukan mau menolak. Mana mampu Leyma menolak suaminya, pusat hidupnya selain Tsurayya. Ia hanya tak ingin ini semua berlanjut dan menjatuhkannya. Ia tak ingin memiliki rasa cinta pada Gentaru lebih dari rasa yang sudah bersemayam lama dihatinya. Karna rasa cinta perempuan itu untuk suaminya sudah tak bisa dikira, begitu dalam dan luar biasa.

"Maaf ya mas, Leyma ga enakan sama mama." Kali ini ia menatap mata genta menyalurkan permintaan maafnya. Namun lelaki itu malah berdiri begitu saja, lalu keluar tanpa kalimat maupun kata. Apakah Gentaru marah padanya?

Tak lama kemudian pintu terbuka kembali, menampilkan tubuh tinggi nan rupawan suaminya. Sementara Kaleyma yang sedang memberi ASI pada Tsurayya melepaskan pagutan putrinya secara paksa karena saking terkejutnya hingga membuat buah hatinya menangis. Lelaki itu berjalan pelan sudah tak memakai pakaian formal. Tuxedo yang tadi sempat ia kenakan sudah diganti dengan set pakaian tidur kekinian.

"Kasian Rayya Kal, kamu cabut tiba tiba padahal udah mau tidur anaknya. Jadi nangis kan." Ucap genta basa basi lalu langsung merebahkan tubuhnya hati hati di samping sang putri sembari mengusap pelan kepala Rayya.

"Mas, Leyma malu kalau ada mas genta disini."

"Gausah malu sayang. Lagian juga aku udah sering liat sama nikmatin sebelum putri kita. Gapapa kasih ASI sekarang aja." Rona merah merambat memenuhi kedua pipinya, bagaimana bisa suaminya menjadi sefrontal itu dalam berbicara. Itu sangat bukan gaya mas Genta. Ia kenal betul Pembawaan suaminya lebih pendiam, pemalu dan sopan pada siapa saja.

"Ko Diem doang, ini udah ngrengek loh Rayya nya."
Namun Kaleyma masih terdiam, tangannya bergerak ragu untuk membuka kembali kancing bajunya.

"Kal inget, aku ini masih suami sah kamu. Aku juga ga bakal macem macem." Lalu tangisan Rayya yang semakin kencang mengagetkan Kaleyma, perempuan itu langsung buru buru memberi asi pada putrinya seraya meminta maaf pada Tsurayya.

"Aduh tidur ya nak, jangan nangis lagi. Nanti sehabis minum susu langsung tidur yaa." Ucap lembut perempuan cantik itu pada putrinya, tatapannya fokus pada Rayya, karena ia sedang tak berani menatap genta dihadapannya, ia dibuat gugup karena malu. Sudah lama bukan, Ia tak pernah lagi membuka bagian penting tubuhnya dihadapan suaminya.

🥀🥀🥀

Gentaru menelan ludah berkali kali, beberapa kali ia sengaja melirik Kaleyma yang sedang menyusui putri mereka. Ia lelaki normal, pemandangan dihadapannya sedikit memancing nafsu lelakinya. Meski tadi sempat ia katakan jika ia tak akan macam macam. Namun siapa bisa menjamin ia tak akan kelepasan? Bayangan keintiman mereka berdua kembali memenuhi bayang bayang Gentaru, ia masih ingat betul bagaimana rasa bibir itu ketika ia pagut dalam sesi percintaan mereka atau ketika ia sengaja mencuri ciuman di sela kegiatan Kaleyma dan membuat perempuan itu malu malu karenanya. Sudah 2 tahun berlalu, namun mengapa semua masih terasa begitu nyata dalam benaknya? Ia menginginkan Kaleyma kembali, menginginkan senyuman manis istrinya setiap ia pulang dari kerja, menginginkan pelukan hangat yang selalu Kaleyma berikan untuknya, menginginkan diri perempuan itu yang selalu bercerita sebelum mereka terlelap berdua, lalu dengan ciuman ciuman menggemaskan yang perempuan itu lalukan dan jangan lupakan sesi...ooh ya Tuhan, apa yang sedang ia pikirkan?

Lalu bayangan ngelantur lelaki itu tersadar ketika tangan istrinya melambai tepat di depan matanya. Sepertinya Kaleyma sudah memanggilnya sedari tadi karena ia lihat raut kebingungan terpatri jelas pada muka Kaleyma.

"Mas kenapa? Ada masalah? Aku panggil dari tadi ga jawab jawab."

"Aduh maaf maaf, aku lagi kepikiran kantor."

"Oohh, jangan banyak pikiran nanti malah sakit loh." Genta tersenyum. Tangannya ia ulurkan untuk menyentuh pipi istrinya, pertama kali setelah 2 tahun terakhir. Ia bisa melihat keterkejutan istrinya yang tiba tiba. Genta hanya ingin Kaleyma mengerti, lewat sentuhan ringan ini ia ingin memberi tahu apa yang ia rasa, jika dirinya masih membutuhkan Kaleyma.

Pokonya jan lupa Vote + coment... semakin banyak coment dan Vote semakin cepat up ya sayang

KaleymaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang