Chapter 17

1.9K 159 13
                                    

Dalam hidupnya, kaleyma selalu sadar jika semua tak bisa ia kendalikan. Layaknya rumah tangganya yang sudah berada di ujung kehancuran. Mengikhlaskan suatu hal tak lagi jadi suatu yang harus ia pelajari. Perempuan itu telah menjadi ahli sejak usia nya masih begitu dini. Jika dulu ia kehilangan cinta pertama dalam circle keluarga lalu sekarang ia akan kehilangan cinta pertama dalam circle asmara.

Lelaki yang tengah fokus menyetir di samping nya, adalah obat lara sekaligus luka. Terkadang membuat nya bahagia sampai lupa dunia, kadang pula membuatnya begitu menderita karena banyak nya dusta sandiwara. Untuk waktu yang hanya tersisa dua minggu ini, ia ingin Genta menjadi poros hidupnya, ia berjanji tak akan menangisi lelaki itu jika waktunya telah tiba.

Weekend ini, tepat 2 minggu setelah perbincangan serius mereka di halaman belakang, Genta mengajak kaleyma untuk berkencan hanya berdua. Meninggalkan rayya dengan Belinda dan beberapa pembantu rumah yang menjaga.

"Coba rayya ikut ya kal, pasti kaya kemarin kemarin, setiap perjalanan bungah banget" terang lelaki itu tiba tiba ketika mobil mereka berhenti karena lampu merah sedang menyala.

"Kan mas genta yang minta rayya ga usah ikut."

"Iya sih, abisnya pengen punya waktu berdua dulu sama kamu, banyak hal yang harus di bahas sebelum gugatan." Hanya mengangguk untuk menjawab, ia alihkan pandangan pada jendela, menyaksikan kendaraan berlalu lalang untuk mengalihkan rasa sakit pada uluh hatinya.

"Kamu ntar kalo pulang ke kampung, yang nganter bukan aku gapapa kan?" Tanya nya lagi, mencoba menarik perhatian sang istri.

"Iya mas, Leyma bisa naik travel" lalu tak ada jawaban, suasana kembali hening sampai di villa yang telah genta pesan.

Sudah 2 minggu ini, hidupnya sedikit tenang. Tak pernah lagi Leyma dengar kemurkaan Najma menggema di seluruh ruangan ataupun hanya sekedar meneriaki namanya dengan begitu kencang. Perempuan paruh baya itu telah tenang karena kabar yang Genta sampaikan. Perceraian sungguhan. Memgenai Joviar, ayah mertuanya itu telah pasrah, menyerah untuk membujuk Kaleyma agar mau tetap singgah. Lelaki itu tengah sadar jika memang pernikahan putranya tak seharusnya berlanjut.

Entah karena apa, kali ini perlakuan genta tak seperti biasanya. Apa yang lelaki itu lakukan untuk nya hari ini mirip seperti saat saat 2 tahun lalu, mengajak nya jalan hanya berdua lalu memesan villa tanpa alasan yang tepat menurutnya. Hanya saja, jika dulu suaminya mengatakan ingin membangun rumah baru untuk ia dan calon putrinya, namun sekarang dengan perbincangan yang berbeda, lelaki itu akan melepasnya dan tsurayya. Realita yang membuat nya tak rela namun tak bisa berbuat apa apa.

"Mau kopi?" Tanya Genta lembut, menawari sang istri yang tengah duduk tenang sembari menikmati angin malam. Tak banyak merespon, kaleyma hanya mengangguk sembari tersenyum samar.

Lalu tak lama kemudian, Gentaru telah kembali dengan secangkir kopi yang masih begitu panas, ia letakkan pelan pada meja kecil di samping kaleyma duduk dan bergabung dengan perempuan itu. Kali ini istrinya tak begitu banyak bicara, hanya tersenyum ketika menanggapi ucapannya. Sedikit merasa jangal dengan tingkah yang tak biasa, ketika lelaki itu hendak melayangkan sedikit protes karena tingkah istrinya ia malah terdiam tak berkutik, semua rangkaian kata yang sempat ia susun sebelum bertanya entah telah hilang kemana, genta terpaku dengan pemandangan di hadapannya. Kaleyma terlihat begitu cantik ketika perempuan itu memejamkan matanya seolah tengah menikmati momentum yang begitu berharga. Setelah sekian lama ia baru sadar, gentaru memiliki wanita yang begitu cantik dan baik luar biasa. Ia pandangi dengan seksama, lalu tanpa sadar tangan kanan nya menyentuh lembutnya pipi kaleyma yang membuat perempuan itu kaget karena tingkah lelakinya yang begitu tiba tiba.

"Maaf  kal" perempuan itu menyernyit, merasa bingung dengan arti kata suaminya. Maaf untuk apa? Telah membuat ia kaget atau untuk semua kebejatannya?

KaleymaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang