Chapter 7

1.8K 150 7
                                    

Cinta memang kadang terlalu membingungkan, Membuat siapapun rela berkorban. Seperti layaknya Kaleyma sekarang. Wanita cantik itu memilih untuk mundur demi wanita yang suaminya cintai.

Lelaki itu sudah keluar sejak 2 jam yang lalu, ketika ayahnya menelefon karna ada urusan bisnis. Apa lagi yang bisa perempuan itu lakukan jika tak menangis sekarang. Kadang dirinya sendiri dibuat heran, mengapa ia bisa Secengeng ini?

Mengusap air matanya kembali entah sudah yang ke berapa kali, ia memeluk tubuh mungil putrinya sambil mengecup rambut Tsurayya berkali kali. Sekarang ia hanya memiliki Tsurayya dan bulek Arumi dalam hidupnya. Mereka berdua adalah alasan Kaleyma tetap bertahan.

Jika saja dulu ia mendengarkan apa kata buleknya, mungkin semua tak akan berakhir seperti ini.

Seandainya dulu ia mendengarkan nasehat buleknya untuk tak menikahi Gentaru.

Seandainya dulu ia mendengarkan nasehat buleknya untuk sadar diri dan tak terlena dengan tampang.

Seandainya dulu ia mendengarkan buleknya untuk tak kembali ke kota untuk menerima tawaran ayah lelaki itu.

Seandainya dulu ia mendengarkan nasehat buleknya untuk menerima lamaran mas Dimas.

Semua tak akan berakhir diluar rencana. Mungkin takdirnya tak akan semalang ini. Mengingatnya membuat Kaleyma merasa bersalah, ia jadi ingin segera pulang dan meminta maaf pada perempuan yang telah merawatnya karena tak pernah mendengarkan nasehatnya.

Lalu ketika air mata telah mereda dan hatinya sedikit lebih tenang, pintu kamar yang ia tempati terbuka. Menampakkan perempuan yang begitu amat membencinya, Najma. Ibu dari suaminya. Kehadiran mama mertuanya begitu berdampak pada Kaleyma, nyatanya perempuan itu spontan memeluk tubuh Tsurayya, seakan takut gadis kecil itu akan di rampasnya. Pandangannya seakan siaga. Entah mengapa menurut Kaleyma aura mama mertuanya tak jauh berbeda dari dulu, masih tetap sama. Begitu menakutkan untuk dirinya.

"Kamu memang jalang! Untuk apa lagi kamu kesini kampungan?!" Bentaknya marah. Teriakan perempuan itu memenuhi seluruh ruangan yang ia tempati. Lalu perempuan paruh baya itu berjalan terburu buru kearahnya, Dan setelahnya Kaleyma tahu apa yang akan terjadi? Ia dijambak.

"Mama tolong lepasin, ada Rayya ma."ucapnya memohon. Tangannya mencoba melepaskan jambakan mertuanya, namun tetap penuh kelembuatan. Perempuan itu terlalu takut dapat menyakiti mamanya. Lalu setelahnya tangisan Tsurayya menggema memenuhi seisi kamar, gadis kecil itu seakan paham apa yang sedang ibunya alami. Dengan panik Kaleyma menutup mata putrinya dengan kedua tangan, agar Tsurayya tak melihat apa yang seharusnya tak boleh gadis itu lihat.

"Kenapa kamu tak mati saja Leyma!! Saya tak akan sudi kamu kembali." Ucapnya masih berapi api. Satu hal yang membuat Kaleyma sangat takut ketika berhadapan dengan mama mertuanya. Perempuan paruh baya itu dapat melakukan apapun yang dapat membahayakan dirinya, dan itu hanya terjadi pada Kaleyma.

"Mama Leyma mohon,,,,ada Rayya ma." Kali ini ia berucap sembari merintih, menahan rasa sakit yang ditimbulkan karena semakin kuatnya tarikan pada rambutnya, sampai akhirnya ia merasa kesakitan itu terlepas dan menemukan ayah mertuanya bersama mas genta dan beberapa pelayan di dalam kamarnya. Sejujurnya, ia merasa begitu pusing.

"Najma!! Apa apaan kamu?!!" Bentak ayah  mertuanya marah.

"Kamu Gak lihat mas, aku sedang mencoba membantu Leyma agar tahu diri dan segera pergi." Ucapnya pula memburu dengan raut merah padam menahan emosi.

" Leyma akan tetap tinggal disini selama ia masih berstatus sebagai istri putra kita!"

"Anak kita akan menceraikannya mas! Genta tak akan pernah mencintai perempuan kampungan ini."
Tak ada yang bisa perempuan itu lakukan, Kaleyma hanya menyimak sembari menutup mata dan telinga putrinya dan menahan tangis yang sedari tadi hendak keluar.

"Genta apa kamu akan menceraikan istrimu?!" Nada marah masih tersemat dalam nada ketika lelaki paruh baya itu bertanya pada putranya. Genta menunduk seakan sedang berfikir dan mencari jawaban atas semuanya.

"Tsurayya butuh sosok ayah, pa." Ucapnya pelan masih dalam keadaan tak berani menatap langsung pada mamanya.

" Genta kamu bohongkan soal ini semua? Kamu akan tetap menikahi Alexa kan?" Entah bagaimana ekspresi perempuan itu, namun suaranya terdengar seperti orang yang sedang frustasi.

" ya" jawabnya singkat lalu setelahnya Gentaru melanjutkan kalimatnya.

"Genta butuh waktu, ga bisa gegabah gitu aja ambil keputusan secepatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Genta butuh waktu, ga bisa gegabah gitu aja ambil keputusan secepatnya. Karena Rayya masih terlalu kecil dan butuh genta." Wanita itu maju ke hadapan putranya, lalu tangannya mengelus pelan pipi Gentaru dan mengecupnya.

"Mama yakin, kamu akan tetap menceraikan wanita itu meski tak sekarang." Ucapnya lembut seakan menjadi mantra untuk putranya.

" kamu harus menceraikannya agar kamu tak malu punya istri kaya dia dan bahagia." Sambungnya lagi lalu mengecup kembali pipi putranya dan langsung pergi begitu saja.

Sementara Joviar, mendekat pada Kaleyma untuk memeluk istri putranya. Menyalurkan kehangat untuk Kaleyma dan cucu perempuannya. Lagi lagi, Kaleyma ingin menangis setiap dipeluk oleh ayah mertuanya. Namun ia tak kuasa karena masih ada Gentaru yang berdiri menyaksikan tepat dihadapanya.

"Maafkan ibu mertuamu Ley." Ucap joviar lembut. Mewakili tingkah buruk istrinya. Alley mengangguk, tanpa meminta maaf pun Alley selalu memaafkan kelakuan ibu mertuanya padanya.

Sedangkan Gentaru hanya berdiri menyaksikan. Sebenarnya ia sangat ingin menjadi ayahnya, dapat memeluk Kaleyma kapan saja. Namun kalimat barusan yang ia katakan pada ibunya, bukankah sangat menyakitkan untuk di dengar Kaleyma. Ia mengatakan seakan tanpa beban didalamnya.

"Kal..." baru hendak akan meminta maaf namun teguran ayahnya menghentikan lelaki itu.

"Tinggalkan ayah dan Kaleyma sendiri Gen, ada sesuatu yang harus ayah sampaikan hanya pada Leyma." Sedikit kesal namun Gentaru tak membantah, ia memilih keluar dari pada harus beradu argumen dahulu dengan sang ayah.

" Sedikit kesal namun Gentaru tak membantah, ia memilih keluar dari pada harus beradu argumen dahulu dengan sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jan lupa yaaaa Vote and coment yang buanyaakkk,,,,,,thank u

Lov y'all🥰❤️

KaleymaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang