Hari ini cukup aneh. Entah kenapa atmosfir yang Susanti rasakan di antara dia dan ketiga temannya berbeda dari sebelumnya. Mereka bertiga sama sekali tidak menggila seperti biasa. Ada apa?
Susanti sebenarnya tengah ikut diam juga sembari kirim-kiriman pesan sama Otsuka, dia pengin sahabat-sahabatnya yang jelasin kenapa mereka aneh. Ya, orang bukan salah dia ngapain gitu minta maaf gajel?
Dan semua aktivitas Susanti itu terekam di mata ketiga sahabatnya. Susantu yang tersenyum, tertawa kecil, sampai terlalu fokus pada ponselnya. Membuat mereka semakin berspekulasi negatif.
Fyi, Susanti itu orang yang terus terang. Gak suka banget kalo ada masalah ditahan-tahan. Tapi, untuk kali ini mungkin harus. Karena kemarin mereka kan nggak kenapa-napa, tiba-tiba aja udah lomba diem gini. Weird.
Setengah jam duduk di kantin tanpa melakukan hal bodoh membuat Susanti bosan. Lantas ia pun mengangkat bokongnya dari kursi lalu berbalik badan.
"Gue gak tahu ini sebenarnya ada apaan. Tapi kalau emang gak ada yang mau jelasin, gue mending cabut ke perpus. B—"
"Eh."
Sejak kapan Dinda manggil dia dengan 'Eh'? Perasaan dulu kalo gak cabe, dakjal, lonte, paling nggak orgil.
Susanti lantas mengangkat sebelah alisnya. Merasa aneh. Apalagi saat tatapannya sudah tertuju ke dua orang lainnya, yang terlihat sangat menyeramkan. Seakan ingin segera memotong, mencincang-cincang, mengulek, dan menggorengnya serta memberinya garam sekarang juga.
Lah, nyambel anying.
"Hah? Gue gak salah denger? Lo berdua juga. Kenapa sih, ini?"
Bahkan sampai dua menit, belum ada yang mau melanjutkan. Susanti geram sendiri, ia kembali ingin pergi namun tertahan akibat satu seruan.
"Duduk, anjing."
Emosi Susanti tidak bisa ditahan. Ia menatap marah ke Sarah yang memandangnya dengan datar.
Susanti POV
Sebenarnya anjg-anjgan udah biasa di antara kita, tapi ini vibes-nya beda cok. Mereka seakan lagi ngerendahin aku. Gak jelas anjrit."Maksud lo apa, Sar? Dari tadi gue nanya ada masalah apa, ada nggak dari kalian yang ngejelasin?" Aku menatap mata mereka semua bergantian. "Terus coba lo pikir. Ngapain gue buang-buang waktu cuma buat ngelihat kalian lagi lomba ngediemin gue? Mending gue ngadem ke perpus."
Semuanya tersentak di dalam hati tanpa aku tau.
"Mending lo bertiga diskusi aja sendiri. Kalo udah jelas baru ngajak gue lagi. Gue ke perpus. Chat aja kalo butuh." Setelah memberi penekanan terakhir itu, aku pergi begitu saja dari hadapan mereka bertiga yang masih diam.
Aku beneran ke perpus. Ngademin badan sama pikiran, sih. Kalau lagi ada masalah atau pengin overthinking, biasanya aku emang lebih suka menyendiri gitu. Kayak gak mau aja dilihat banyak orang padahal ya belum tentu juga pada peduli. Ya intinya lebih seneng sendiri, lah. Lebih bebas mikirnya.
Gak berapa lama nelungkupin kepala, ternyata tu kunyuk bertiga dateng ngerusuh. Seenaknya aja geser-geser tempat duduk aku.
"Susanti! Kok kita yang marah malah lo yang cabut duluan, sih?! Di film-film biasanya kita yang ninggalin," Aisyah yang ½ polos emang suka begitu anaknya. Ga kaget aja gue.
Aku menatap mereka semua datar. "Bacot lo kebanyakan. Lama banget."
Melihat mereka semua diem dan gak jadi-jadi ngomong, aku berdecak keras sampai mengundang perhatian mereka. "Lama lagi gue tinggal lagi, nih? Serius gue." Ancamku.
"IHHH IYA-IYA! Sabar anj—" itu si Dinda mercon emang. Mulut kagak di filter padahal di perpus. Untung kita di pojokan coeg.
Aku duduk bersandar pada kursi perpus yang lebih enak dibilang sofa. Empuk banget. Aku nunggu mereka ngomong.
Sampai Sarah yang dari tadi diam menunjukkan layar ponselnya.
"Explain," Ujarnya langsung without any doubt.
Mataku melotot. Mampus. Itukan aku sama Otsukaku. Mereka ada di mall kemarin? Hah, mau boong juga percuma. Udah keciduk duluan. Lagian mereka sahabatku juga, sih. Nggak mungkin aku bisa bohong-bohongin mereka terus. Daripada entar malah berdampak ke hubungan gue sama my baby mending beberin ae dah.
"Iya, itu gue. Sama Otsuka. Kita udah jadian."
"..."
"..."
"..."
Krikk.. krikk..
"Ini pada kenapa asu?" Kataku kesal. Raut muka mereka tuh kosong kayak kaget enggak, kesel enggak, marah enggak, heboh juga enggak. Clueless..
Tiba-tiba mereka tertawa renyah. Sarah lebih dulu bereaksi, "Temennya Mei-Mei, lo kalo mau bohong tuh enggak perlu bawa nama ayang Waseda juga. Mending jujur, deh."
"Lah, gue—"
"HAHAHAHAHAHHA! SEUMUR-UMUR BARU KALI INI GUE GAK ADMIT SAMA KEHALUANNYA SUSANTI ANJRIT!"
"Dindanjg GUE SERIUS AN—"
"Susanti lagi ngelawak, ya?"
Mataku noleh ke Aisyah yang tersenyum kalem. Sumpah pengin aku katain tapi gimana ya, gak tegaan napa. Mana kerudungnya rapi banget lagi hari ini.
Aku tersenyum manis ke mereka semua. "Terserah kalo lo gak percaya. Tadinya gue mau nyeritain full story-nya tapi boam, dah. Wong kagak ada yang bisa serius. Bye!"
"EHHHH CERITAIN DULU!"
"SUSANTET KITA PERCAYA, KOK!"
"SUSANTAI JANGAN BERLARII!"
Langkah kakiku berhenti. Raut wajahku menatap si perempuan berhijab cakep dengan kaget.
Ini si Aisyah kok bisa-bisanya ngomong 'susantai', siapa yang ngajarin amjr?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Otsuka || Indonesia {END}
Fanfiction23 part only! Otsuka Ryoma namanya. Salah satu murid exchange Jepang yang tiba-tiba menggemparkan kampusku. Di awal sifatnya terlalu cuek, namun innocent at the same time. "Masa depan gak ada yang tahu, penting halu aja doloo.." -authornim yang k...