🔴⚪ Breath

349 42 13
                                    

Special 1500 words!

Happy reading 😉

🍥🍥🍥

Otsuka POV •

Hari ini aku dan pacarku yang lucu itu akan menghabiskan waktu bersama di Dufan. Setelah bertanya pada Jerome semalam, katanya sih Dufan itu semacam Disneyland versi mininya.

Okelah, tempatnya nggak membosankan berarti.

Aku menunggu Susanti di depan pagar kosnya, katanya sebentar lagi dia akan keluar.

"Hai, Sayang!"

Ah, sampai sekarang pun aku masih menyukai panggilan itu. Susanti memang so sweet, sih. Aku saja kalah.
Aku membalasnya dengan senyum. "Aku kangen," kataku jujur.

Beberapa hari break membuatku merasa aneh dan kesal sendiri. Aku nggak terbiasa lagi menjalani hari tanpa mendengar cerewetnya Susanti, baik di chat ataupun telepon.

Kayak— udah jadi vitamin sehari-hari gitu.

Susanti bengong sebentar, sebelum membalas dengan kalimat yang hampir sama.

"Aku juga kangen kamu," balasnya.

Tanpa menunggu lama, aku mengaitkan jari-jariku dengan miliknya kemudian mengajaknya untuk mulai berjalan ke halte. Senyumku mengembang sempurna saat merasakan jari-jari Susanti yang mengeratkan genggaman kami.

Aku tahu, kami menginginkan hal yang sama untuk hubungan ini ... tapi juga memiliki resiko yang sama dalam mempertahankannya.

Ah, kenapa jadi bahas itu sekarang.

"Kamu udah sarapan dari rumah?" tanya Susanti disela perjalanan kami.

Aku mengangguk. Tadi sempat makan bubur ayam yang lewat depan gerbang, sih. "Udah, kok. Kamu?"

"Aku juga udah. Lagi bikin nasi goreng tadi."

"Pasti enak, ya? Aku, kan, pernah coba waktu itu." Memang benar, aku pernah mencoba masakan Susanti dan itu ... rasanya lokal banget. Sangat Indonesia.

Waktu itu, dia bilang masaknya nggak pakai bumbu instan, melainkan rempah-rempah yang dia ulek sendiri. Dan terbukti, enaknya bukan main.

"Enak dong!" Susanti merapikan sebentar rambutnya yang tertiup angin pagi dengan tangan yang menggenggamku, sehingga genggaman itu sempat naik ke atas sebelum kembali jatuh ke bawah.

Bahkan untuk melepasnya aja dia enggan, duh jadi makin sulit akunya.

Aku kembali memandangnya dari samping, sepertinya dia ingin bicara. Perjalanan kami memang bisa memakan tiga puluh menit, sih.

"Kamu harusnya ke rumah aku lebih pagi, biar kita bisa makan bareng. Bubur ayam kan nggak bikin perut kesayangan kamu ini kenyang, kan?"

Aku menyetujui pendapatnya dengan anggukan.

Sesaat raut Susanti seperti sedang ... menyombongkan diri? Tetapi, akan tetap telihat cute di mataku.

"Aku, tuh, tahu banget siapa pacarku! Si introver yang suka makan-makanan berat. Aku nontonin konten si Jerome terus soalnya! Demi ngelihat kamu lagi, bukan si pemilik channel. Hehehe...."

Aku selalu suka dengan kejujuran Susanti. Dia nggak pernah malu untuk menunjukkan ke aku siapa dirinya. Makanya, makin hari aku makin penasaran dan selalu ingin mengenal dia. Dalam waktu yang lebih lama tentunya.

Otsuka || Indonesia {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang