🔴⚪ Care Person

534 77 4
                                    

@otk_rym

|susanti
|jooom

Ini si Otsuka sebenarnya dari Jepang apa Malaysia, sih?

aku di perpus, ngadem

|aku ke sana ya

👍👍

Ya ampun, maaf ya Otsuka kalo aku balesnya singkat-singkat. Rasa mengantuk dan ingin tidurku 📈📈📈

Tapi, demi dia aku bakal bertahan. Anjay. Tapi bener, buat nemenin dia doang mah ngantukku kalah. Tbh, aku termasuk golongan kebo berwujud manusya.

Sepuluh menit kemudian, Otsuka datang. Nggak ngerti deh gimana caranya dia langsung nemuin aku di meja pojok.

"Hai," Sapanya. Jangan lupa dengan lesung pipinya yang dalem parah.

Aku bangun dengan kikuk, tadinya nyandar di meja gitu. "Hai juga." Ah, mukaku pasti jelek parah hhuhu. Udah nguap berapa kali, ya, dari tadi?

Krik..  Krik..

CANGGUNG BET GA SI.

Bukannya duduk di depanku, Otsuka justru lebih milih duduk tepat di sebelahku. Membuatku salting ting ting.

"Eh—"

Gimana gak kaget... TANGANNYA NGERAPIHIN RAMBUTKU DONG 😭 Apa-apaan ini...

Dengan kalem tangannya naik dan merapikan beberapa helai rambutku yang jatuh tidak sesuai dengan arahnya, sambil senyum. Hingga kemudian... MAKK MATII!!

Kepalaku diusap-usap... Hell...
Orang kayak aku matinya ke surga apa neraka, sih?😧 Kayaknya ini tanda-tanda, dah.

"Cantik..." Gumam Otsuka yang tidak kusadari.

Aku pun menoleh, kayaknya tadi Otsuka ngomong deh. "Eh, sorry gak fokus. Ngomong apa tadi?" Keningku mengernyit karena Otsuka malah cengengesan gak jelas. Dia kenapa, dah? Ya, meskipun makin ganteng sih.

"Ayo."

Aku mengangguk dan mulai beranjak dari sana. Namun, baru selangkah jalan, ponselku bergetar.

Incoming call from Sarahng iuh 🐲
[answer]  [reject]

Duh, angkat jangan angkat jangan. Ah, angkat ajalah.

Aku memberi gestur ke Otsuka untuk nunggu sebentar soalnya mau angkat telepon, dan dia nurut. Senengnya punya laki penurut.

"Ha–Ha yu laik det! Tetetettette—"

"Hahahahaa..."

"Naon, sih?"

Di sana Sarah masih menjelaskan ke Aisyah dan Dinda kenapa dia ketawa, kudengar tawa kedua cewek itu menggelegar. Hingga kemudian Sarah kembali meresponku.

"Gue sama Aisyah dan Dinda mau nge-mall, lu sabi gak?"

Iya, mereka tahu kalau aku nggak bisa make duit sembarangan. Aduh, gimana ya. Masalahnya ini aja aku mau jalan sama Otsuka, masa iya aku bilang gak bisa. Dan kalau mereka tahu aku jalan sama Otsuka nantinya, pasti mereka kesel, deh.

"Gue nggak bisa ngab, duit belum ada lagi."

Tuhan ampuni hamba-Mu ini.
Aku mendengar helaan napas di sana.
"Huftt.. Ya udah deh, next time ya. Duit bulanan gue juga belum cair, kalau ada harusnya gue bisa traktir lo."

Aku tersenyum lemah. 'Sorry, Sar, gue harus bohongin lo.'

"Sans. Udah yee, have fun sisstt! Jangan lupa foto-fotonya dikirim ke grup, biar gue bisa ikut merasakan hahaha!" Emang tradisi kita sih ini.

"Siap! Byeee!" Klik.

Aku menghadap ke Otsuka, "Otsuka, ayo."

"Iya."

Kami berjalan bersisian menuju halte untuk menunggu bus. Sebenarnya Otsuka nggak bilang sih mau naik apa, tapi berhubung dia gak ngomong, kan, berarti dia tau kalau kita bakal naik bus.

Aku naik lebih dulu, baru disusul Otsuka. Kami duduk dalam diam. Oh iya, destinasinya ke mana ya.

"Otsuka," Panggilku.

Dia menoleh.

"Mau beli bukunya di mana?"

Otsuka kelihatan gugup, "Em– sai-ya nggak tau. Kam-u tau di man-a beuli bukku?"

Aku mengangguk. Senyumku terbit. "Iya, tau kok. Nanti aku aja yang bilang ke abangnya."

Dia mengangguk lucu, seperti anak kecil. Kemudian kembali melarikan matanya ke jalan-jalan yang kita lewati. Mencoba menghapalnya mungkin?

"Plaza Senayan!"

"Ada, Pak!" Sahutku. Beberapa saat kemudian bus pun berhenti, kami turun, didahului oleh Otsuka.

Aku kaget saat tangannya menggantung di udara, seakan pengin nolongin aku. Kesempatan emas masa dianggurin co, ya, aku jadiin aja pegangan untuk turun.

Aku melemahkan tanganku dengan ekspetasi pegangannya udahan, eh, ternyata :') Otsuka malah ngeratin genggamannya dengan percaya diri, nggak mikir kalo cewek di sebelahnya udah hampir meleleh jadi air seni.

"Di mana?" Tanyanya yang langsung buat aku sadar dari keterkejutanku.

Aku menunjuk bangunan besar yang berjarak 100m dari kami. "Itu, namanya Plaza Senayan." Otsuka mengangguk dan kami berjalan sedikit lebih cepat, dengan tautan yang kurasakan semakin erat.

"Nah, di sini kalo aku biasanya beli buku." Aku membawanya ke sebuh tempat yang sering disebut dengan gramed.

Dia mengangguk, kemudian berjalan duluan. Pegangannya masih kok, belum dilepas-lepas sama dia.

"Pagi Mas, Mba..." Sapa beberapa SPG.

"Pagi..." Jawab kami berdua.

Jariku menunjuk ke satu sudut, kemudian berkata, "Di sana mungkin ada buku yang kamu cari."

Ia langsung melepaskan pegangan kami dan berlari menuju ke tempat itu. Entahlah, kok.. Rasanya kek hambar, ya :) Sedangkan aku hanya duduk. Aku tidak terlalu tertarik untuk beli buku lagi, orang yang di rumah aja belum selesai dibacanya. Yuk bisa yuk hemat.

"Sseudah."

Buru-buru aku menengok ke belakang saking kagetnya. "Eh, ngagetin, ih!"

Dia hanya tertawa kecil, matanya kemudian melihat ke atas kepalaku. Ada apa? Tiba-tiba saja tangannya sudah mendarat di sana, sedikit merapikan surai halusku sampai ke belakang-belakangnya.

MAAAAK TOLONG ANAKMU!

Kemudian, dengan santainya ia menangkup kedua pipiku. "Tadii berann-takkan, sekalrang cantik."

"A-Apa?"

Otsuka tersenyum manis, sangat manis, apalagi pas dia bilang,
"Iya. Kamu cantik."

Maty.

Tbc

Otsuka || Indonesia {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang