🔴⚪ Perkara Senyum

666 84 0
                                    

Aku nggak ngerti sekarang lagi ada apa, aku harap ini bukan prank. Asli. Otsuka di depan mata langsung... Apa gak gila?!

Untuk sejenak aku kehilangan kemampuan untuk berbicara. Masih tidak percaya bahwa laki-laki yang kusukai bahkan punya inisiatif untuk duduk di depan masdepnya. Mana vibe-nya perpus gini lagi. Dahlah pengin jadi cewek.

"Halo? Kamu tidakk apa-apa?"

"Eh- iya. Nggak apa-apa. Silahkan, duduk aja." Aku mempersembahkan senyum termanis di tengah kegugupan ini. Aduh, semoga dia gak sadar deh kalau aku suka sama dia. Bisa-bisa dia ilfeel lagi. Cowok kan biasanya gitu.

Aku melihat Otsuka balas tersenyum padaku, lalu duduk dengan gaya paling cool yang pernah kulihat di depan mata langsung. F word! Otsuka bisa tyda berhenti membuat saya terkagum-kagum terus?!

"Tadi, ssaya pikkeir ini tempat-" Otsuka menunjuk dirinya sendiri, yang membuatku langsung paham. Dia pikir ini tempat laki-laki. Aku mencoba untuk menjadi perempuan kalem di depannya. Namun, kalimat Otsuka selanjutnya sukses membuatku jatuh ke permukaan. "Soalnya meja terllalu ber-antakkan. Sayya rapi-hkan."

How sad...

Baru pengin coba jaim, yah, kebuka duluan kartunya. Ah, ya udahlah. Diriku emang begitu aslinya, mau bagaimana lagi?

Aku tersenyum lebar, berusaha menyembunyikan rasa maluku yang sudah berada di persen 100.
"Oh iya? Maaf ya, saya emang berantakan banget orangnya. Makasih banyak sudah merapikan hahaha." Sumpah, aku malu!

Aku berdoa dalam hati. 'Jangan diinget ya sayang... Jangan.. Oke? Ok.'

Aku buru-buru mengajaknya bicara hal lain, supaya teralihkan dari kejadian yang diceritakannya tadi."Lagipula kamu pun nggak perlu izin kali kalau mau duduk, mah. Bebas, kok!"

Otsuka tersenyum. BISA GAK SIH GAUSAH SENYUM KE AKU GITU?! BAPERRRR ANJIR.

"Tiddak apha-apa. Say-a senang membantu."

Udah pinter, ganteng, cool, badan oke, senyum manis, senang membantu, pekerja keras, pendiem, bisa OR. KURANG APALAGI SAHABAT?!

Aku tersenyum, lalu memberi lirikan ke layar laptopku. Pura-puranya pengin fokus ngerjain tugas gitu, biar gak dikata cewe freak. Dan dia paham. Dia ngangguk terus mengeluarkan laptopnya juga, kemudian tersenyum kecil saat kita nggak sengaja eye contact.

Asli, auto kikuk banget. Kayak-- KENAPA HARUS SENYUM TERUS OTSUKA?? YA AURELLLL!

Sebenarnya dia tau nggak sih kalau dia itu seganteng apa? Rasanya pengin aku sadarin deh dengan ngajak selfie bareng. Hehehe...

Kami berdua sama-sama fokus dengan tugas kami masing-masing. Dilihat dari buku-buku yang dia ambil, kayaknya dia tuh meskipun exchange tugasnya tetap dari Waseda, deh. Yang aku tau sih gitu, jadi selama di Indonesia dia hanya ikut praktik dan pembelajaran aja. Kalo PR masih dari pusatnya.

Bermenit-menit terlewat, mataku tidak bisa lepas setelah meluhat Otsuka yang melakukan stretching terutama pada kedua tangannya. Ya ampun, itu uratnya nonjol semua meski langsung ketutup hoodie. Otsuka ternyata tidak se-innocent yang saya pikir saudara-saudara 😄 Dari gesturnya kayaknya baru selesai nugas, sih.

Gila. Jam sekarang menunjukkan pukul 9:30am yang artinya Otsuka ngerjain tugas cuma sekitar 30 menitan. LAH AKU?! Semua ideku tadi buyar seketika saat Otsuka datang dan duduk di depanku. Jadi, semua adalah salah Otsuka. Periodt.

"Saigo ni, watashi wa owak ta!" [Akhirnya, aku selesai!]

Aku berusaha untuk fokus, tinggal satu paragraf lagi menuju selesai. Tapi, aku gak bisa langsung menutup tugasnya. Aku terbiasa memeriksakan dulu apa yang aku kerjakan, setelah memastikannya semuanya aman, baru deh dikumpul. Ini tinggal print di perpus doang kelar, sih.

Aku mencabut flashdisk dari laptop sebelum mematikannya. Data sudah tersalin di dalamnya.

"Eh?" Aku baru sadar. Sudah sekitar tiga puluh menitan sejak Otsuka selesai hingga akupun selesai, ternyata Otsuka masih ada di depanku. Duduk dengan canggung. Ada apa?

Ia tersenyum kecil saat melihatku yang kebingungan. Yah, lemah lagi kan.

"Otsuka masih di sini? Ada apa?"

'Jangan bilang karna mau sama gue terus. AAAAA!'

"Prlint." Katanya sambil menunjuk flashdisk di tanganku. Binar mataku lenyap. Apa? Dia mau nge-print juga?

"Mau nge-print, ya?"

"Iy-ya. Tiddak tau thempaht."

Yah, kecewa.

"Oke, yuk barengan."

'Tahan Susantii.. Tahan.. Gak haruskan perasaanmu terbalas sekarang juga?'

Aku berjalan di depan Otsuka, padahal penginnya bersisian, sih. Tapi yaud nikmatin aja deh. Mungkin dia juga canggung.

"Sushanti."

Apa? Siapa yang panggil aku? Jangan bilang...

"Susanti," Ulangnya.

Aku menoleh ke belakang dengan cepat. Otsuka?! "A-Ada apa?" Kegugupan menyelimuti wajahku.

Dia tersenyum manis. Terlalu manis. Kulihat dia menggeleng pelan, mesih dengan senyuman itu.

"Tiddak. Hanya ingin shebut."

Tolong dia lucu banget b.indo-nya masih macet.

Tolong panggil ambulans buat bawa mayatku btw. Jeongmal, helpeu!

Tbc

Otsuka || Indonesia {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang