Pagi ini berjalan dengan... biasa. Setelah melakukan panggilan video sama Otsuka semalam, hatiku menjadi sedikit hancur. Ya, sedikit. Karena mau gimanapun juga akhirnya bakal tetap sama.
Aku dan Otsuka sepertinya tidak akan bertemu selama empat hari ke depan karena aku yang UTS masuk lebih siang, sedangkan dia tetap mengikuti kelas pagi seperti biasa. Aku baru tahu jadwal menyebalkan itu kemarin, saat Otsuka bilang kalau ternyata murid exchange tidak akan ikut UTS di sini.
Jadi, mereka ke sini itu cuman buat pengalaman belajar di lingkungan baru aja. Bukan UTS, apalagi memadu kasih.
Aku nggak menampik firasatku, kalau untuk hari-hari ke depan nanti pasti bakal berlangsung dengan berat banget dan tanpa semangat. Iyalah, orang dipisahin sama Mas Crush.
Parah banget ya, bahkan jadwal kuliah pun seakan ingin memisahkan kami. Atau mungkin... bukan sengaja, tapi lebih ke mengingatkan ga sih kalau kita gak bisa selamanya bersama :')
At the end of the day, Otsuka bakal balik ke negaranya (untuk waktu yang lama) dan aku... akan menetap di sini. Aku sadar, kami masih sama-sama mahasiswa dan uang yang kami pegang nggak akan cukup untuk perjalanan lintas negara. Aku yakin Otsuka juga berpikir demikian.
Untuk yang kesekian kali, helaan napas kecil lolos dari bibirku. Kebanyakan melamun bikin aku gak sadar kalau bis sudah mulai berjalan.
Otsuka... Otsuka. Kok bisa ya gue cinta banget sama lo?
Drrt... drrt....
Getaran HP itu nggak lantas membuat gue tertarik untuk membukanya. "Paling juga dari grup chat ngomong 'semangat-semangat'. Gimana mau semangat coba, separuh hati gue aja kosong," aku mendumal pelan.
Bukannya diam, semakin dibiarkan notifikasinya malah bertambah. Getarannya pun masih berlanjut.
"Ck. Bikin malu aja, deh!" Aku yakin beberapa orang pasti bisa mendengar bunyinya.
Dengan kepala menindih jendela yang tertutupi gorden, aku membukanya dan... speechless— oleh dua kotak pesan itu.
Yang pertama dari Mama dan selanjutnya dari grup chat bersama tiga cecunguk-ku.
Aku putuskan untuk membuka ruang obrolan bareng Mama dulu.
Mama😤
|Selamat pagiiii anak Mama!
|Semangat UTS-nya, yaa! Stop dulu main-mainnya.
|Dompet Mama udah siap nih buat self-reward Susanti ❤YA TUHAN MAMA 😭😭😭
Dengan senyum tertahan, aku mengetik untuk membalasnya.
Yehehe! Akhirnya bisa shopping akhir
bulan ya, Moms 😋|
Aku pasti semangat, kok! |
Mama doain aku yang terbaik yhaa 💖💖💖||Tentu saja sahabat, fighting!
Ah, jadi makin semangat deh kalau udah disogok gini.
Lanjut, aku membuka grup chat kami berempat.
💦💦 GWS SELALU 💦💦
Sarahaho💦
|Cemungutttt yang UTS! YOK BISA YOK!Dindanjg💦
|SEMOGA BISA KETEMU BEBEP TOMO YA ALLAHMuslimah kw💦
|Apaan sih, org cuma uts doanG Din. Btw semangat All!!|Buat @Susanti jgn galau lgi,
saatnya kita fokus, oke!SEMANGAT SOBAT AMBYAR WASEDA BOYS! 💖💖💖|
SEMOGA UTS DIBATALIN AMIN|
Dindanjg💦
|Eh, iya bener. Susanti, udahan dulu yah galaunya. Saatnya kita fight musuh yang sesungguhnyaaaSarahaho💦
|Betul! Tenang aja, semua bakal kembali baik lagi, kok.
|No need to worries, sisst 😻TENGKYUUU ALLL 💖❤|
Aku tidak bisa menutupi perasaan bahagiaku pagi ini. Mereka bener-bener bisa bikin hatiku yang 5L ini terhibur lagi.
Aku menutup aplikasi pengirim pesan itu, kemudian bergeming... menatap wallpaper ponselku yang menunjukkan foto kami berdua— aku dan Otsuka. Aku mengusapnya pelan seraya menghela napas kecil.
Kabar buruknya—atau mungkin baik?— aku dan dia... kami memutuskan untuk break.
Hore (?)
Alasan utamanya klise, aku ingin fokus belajar. Selanjutnya, kami berdua pun memutuskan untuk saling berpikir jernih. Aku dan dia jelas tahu ancaman apa yang akan menghadang keberlangsungan hubungan kami kedepannya, ialah jarak. Yang jauh. Sangat jauh.
Jajan sehari-hari aja masih minta, ini mau pergi lintas negara cuman untuk pacaran. Yang ada miskin besoknya.
Aku nggak naif, aku lebih pilih untuk realistis kalau soal duit.
"Ini berat buat kita berdua. Aku sayang kamu dan... kamu pun sayang aku. Tapi, aku nggak tahu kalau nanti saat kita LDR-an, aku bakal kayak gimana. Karena aku nggak bisa, sayang. Ketakutan aku lebih besar kalau harus kepisah sama kamu. Aku jujur."
Di layar ponsel Susanti, Otsuka kelihatan belum ingin menanggapi. Ia masih diam mendengarkan.
"Di lain sisi, aku nggak bisa paksa kamu untuk selalu ada buat aku, karena aku paham kamu malah akan lebih sibuk lagi di Jepang nanti. Belum lagi, kan kamu juga gabung sama Jerome buat konten youtube kalian. Aku nggak mau hubungan ini jadi beban buat kamu. Jadi... aku minta pendapat kamu, sebaiknya gimana?"
Otsuka diam sejenak dengan kepala yang tertunduk. Lalu, helaan napas kecil lolos dari bibirnya.
"Mungkin... kita harus break dulu? Aku— belum bisa ambil keputusan apa-apa. Aku nggak mau menyakiti kita berdua. Aku masih sayang kamu, Susanti. Lebih baik kita berpikir masing-masing dulu. Aku... takut."
Dan aku mengiyakan permintaannya semalam. Padahal aku sadar, dia menyarankan itu karena dia tahu diantara kami nggak akan ada yang mau mengucapkan kata perpisahan yang menyakitkan itu. Apalagi kami berpisah juga bukan karena bertengkar, tidak direstui, atau nggak saling sayang lagi, tapi karena keadaan.
Kami belum ingin mengucapkan kata putus.
Di dalam hati kecilku, mungkin juga dia, masih ada secercah harapan untuk meneruskan hubungan ini, meskipun kami tahu kemungkinan baiknya kecil.
Tapi, namanya sobat bucin ya ges ya.
Aku langsung mengunci ponselku. Tanganku mengusap setitik air mata yang tanpa kusadari jatuh begitu saja di pelupuk kiri.
Rasanya sakit... ketika kita dipaksa untuk memilih hal yang tidak ingin kita jadikan pilihan.
Tbc
Jengjengjengggggg... endingnya gimana, yeh? :(
Otsuka bilek: lopyu readers 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Otsuka || Indonesia {END}
Fanfic23 part only! Otsuka Ryoma namanya. Salah satu murid exchange Jepang yang tiba-tiba menggemparkan kampusku. Di awal sifatnya terlalu cuek, namun innocent at the same time. "Masa depan gak ada yang tahu, penting halu aja doloo.." -authornim yang k...