Pria itu adalah Pak Dresta. Ia memang sangat rajin pergi ke Museum setiap harinya untuk melihat manekin keluarganya. Pak Dresta bertanya pada mereka, apa yang mereka lakukan didepan manekin keluarganya.
"Oh, gini Pak. Saya anak dari Pak Mahes Dirgantara kesini sama temen-temen saya soalnya penasaran sama manekin buatan Bapak yang bisa mirip banget sama orang-orang penting."
"Oh gitu, mau ngobrol di ruangan saya aja? Biar lebih enak ngobrolnya."
Yusa mengikuti Pak Dresta keruangannya sedangkan yang lainnya melanjutkan misi mereka. Karena waktu yang mereka punya terbatas, mereka berpencar agar misinya lebih cepat selesai.
Rasya tetap disana untuk berkomunikasi dengan dua manekin lainnya, Meita dan Delan mencari keberadaan manekin Mbak Putri dan Pak Alvan, sedangkan Mala berusaha mencari bukti fisik di sekitar museum berdasarkan arahan yang diberikan Rasya.
Lanjut ke cerita si nenek dan anak laki-laki bernama Filo. Nenek meninggal karena terjatuh dari lantai 3 kantor Pak Dresta. Saat itu nenek menemukan mayat sang kakek yang diawetkan di gudang museum itu. Entah bagaimana cara nenek menemukannya, mungkin feeling-nya kuat terhadap kakek.
Nenek pergi ke ruangan Dresta untuk meminta penjelasan, tapi mereka malah terlibat pertengkaran.
"Aku gak mau Papa pergi Ma!"
"Karena itu kamu taruh mayat Papa kamu di gudang?" Dresta diam dan ingin menangis. Ia tahu bahwa sebentar lagi ia akan benar-benar berpisah dengan ayahnya.
"Mama akan lapor polisi."
Mendengar itu Dresta kaget. Bisa-bisanya ibunya tega memenjarakan anaknya yang melakukan kesalahan hanya karena tidak mau di tinggal oleh ayahnya. Sebenarnya Dresta sudah siap untuk melepas sang ayah, tapi mendengar ibunya berkata seperti itu, ia jadi berubah pikiran.
Nenek mulai menelepon polisi, tapi Dresta segera menghentikannya. Mereka saling merebut ponsel sampai akhirnya nenek tersudut di pinggir balkon dan terjatuh kebawah.
Nenek tidak langsung terjatuh, ia sempat berpegangan tapi Dresta tidak sedikitpun membantu. Dresta hanya memperhatikan nenek yang perlahan mulai melepas pegangannya dan terjatuh.
Hal yang sama terjadi pada Dresta saat kakek meninggal. Dresta tersadar dari lamunannya dan sangat terlambat membawa nenek ke rumah sakit. Dia menyesal dan mengawetkan mayat nenek dan diletakkan berdampingan dengan mayat kakek.
Sedangkan Filo, saat itu dia merindukan ibunya. Walau ia membenci sosok sang ibu, tapi sebelum menjadi kupu-kupu malam, ibunya adalah sosok malaikat bagi Filo. Dia ingin bertemu ibunya sekarang dan mendiskusikannya pada Dresta.
"Kamu mau ketemu sama wanita brengsek itu hah?!"
"Wanita brengsek itu Ibuku Yah," Kata Filo mulai menangis.
"Gak! Gak boleh!"
"Tapi Yah, aku kangen Ibu."
"Setelah apa yang dia lakuin ke kita, kamu kangen?" Filo mengangguk sambil masih menangis.
Dresta terkekeh, tidak percaya dengan anaknya yang satu ini. Ia pikir perasaan anaknya terhadap wanita itu sama sepertinya, namun tidak. Anak ini malah merindukan wanita itu dan membuatnya kesal.
Filo terus-terusan merengek ingin bertemu sang ibu dan Dresta terus menolak apapun yang Filo lakukan untuk membujuknya. Sampai akhirnya Filo menyerah dan mulai menghubungi ibunya diam-diam.
Suatu hari apa yang Filo lakukan diketahui oleh Dresta dan itu membuatnya merasa di khianati. Sepulang sekolah, Dresta menunggu kepulangan Filo di ruang tengah. Duduk di sofa dengan ruangan yang gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Them
HorrorApa yang kalian lakukan jika kalian adalah seorang indigo dan 'mereka' meminta bantuanmu untuk menyelesaikan masalah 'mereka'? Kalian akan membantu atau mengabaikan 'mereka'? Jika kalian menanyakannya pada Rasya, maka ia dan sahabatnya memilih untuk...