4 (Selamat Jalan Sari)

24 11 1
                                    

Karena kecerobohan Delan, kini mereka dengan pasrah berjalan menuju gudang untuk mengambil alat-alat kebersihan. Rasya termenung dan hanya diam disaat teman-temannya mulai mengambil satu persatu seperangkat alat kebersihan itu.

“Lo kenapa Sya?” Tanya Mala

“Ah! E-enggak, gue masih mikirin cara buka laci Pak Gani.”

“Ini OSIS gatau udah malam apa gimana sih?! Masa hukumannya begini? Suruh uji nyali di belakang sekolah kek biar menantang dikit.” Delan berlagak berani

“LO AJA!” Kata Meita dan Yusa serempak, membuat Meita menjadi senang dan salting.

Merekapun kembali keruang guru dengan masing-masing alat kebersihan. Mala membawa kain pel, Rasya membawa lap kain, Yusa membawa kemoceng dan Meita membawa sapu. Sedangkan Delan dengan tangan kosongnya akan terus melanjutkan misi pertama mereka mencari absensi kelas di antara meja-meja guru.

Kata salah satu pengurus OSIS, kalau sampai Delan yang ceroboh itu gagal, maka mereka akan mendapatkan hukuman membersikan gudang sekolah yang tak terkira jumlahnya dalam waktu sebulan. OSIS sengaja menyuruh Delan yang ceroboh itu untuk melanjutkan misi, karena hanya dengan begitu Delan akan berusaha untuk tidak ceroboh.

Dalam perjalanan menuju ruang guru, Yusa melihat jepit rambut yang Meita pakai dan otaknya langsung memproses sebuah ide brilian yang akan membantu mereka membuka laci Pak Gani. Sambil berjalan mereka membicarakan rencananya dengan volume suara yang kecil.

“Gue bisa buka laci itu,” Kata Yusa

“Tapi kita harus singkirin penunggu sekolah ini dulu,” Lanjut Yusa yang membuat semuanya bingung.

“Maksud lo pengurus OSIS?” Mala berusaha menyampaikan tebakannya yang dibalas Yusa dengan menjentikan jarinya, tidak lupa ia menyelipkan kedipan maut yang membuat Meita makin terpesona.

“Bisa-bisanya lo sebut mereka penunggu sekolah, ya walaupun bener sih. Gue tuh suka heran, mereka demen amat diem di sekolah. Ga punya rumah apa gimana?” Saut Delan

“Terus cara lo buka laci gimana? Kan kekunci.” Kali ini Rasya yang sedari tadi hanya menyimak mulai berbicara.

Yusa mendekati Meita dan mengambil jepit rambut yang Meita gunakan. Lagi dan lagi tindakan Yusa itu membuat Meita mengalami serangan jantung. Pipinya memerah bak tomat busuk saat mata mereka bertemu, walau tidak terkunci seperti adegan-adegan romantis dalam film.

“Mei, muka lo kenapa merah gitu? Macam tomat busuk!” Ejek Delan

“Udah lo diam! Selesai-in aja tuh misi biar kita cepet pulang. Ogah gue lama-lama lihat muka lo.”

“Cih! Demi Neptunus gue juga ogah lihat muka lo!”

“Neptunus siapa?” Tanya Meita dengan polosnya

“Planet ka...”

“Bukan, itu tu Dewanya SpongeBob,” Jawab Delan

Semuanya terdiam dan hanya mendengarkan percakapan Meita dan Delan sambil masih berjalan menuju ruang guru. Lorong tempat mereka berjalan ini seakan tak berujung dan dengan sengajanya pengurus OSIS mengantarkan mereka ke gudang terjauh dari ruang guru, membuat waktu mereka habis hanya untuk menyusuri sekolah. Sementara tim lainnya mungkin sudah menyelesaikan 2 atau 3 misi.

“Dasar warga bikini bottom, hahaha.” Yusa tertawa setelah mengingat kartun yang setiap minggu ia tonton.

“Jangan-jangan lo anaknya nyonya Puff. Pantes gendut kek ikan buntal! HAHAHA,” Kata Meita mengundak gelak tawa.

.
.
.

Sampailah mereka di ruang guru. Delan langsung menuju puluhan meja guru dan memeriksa satu-persatu meja untuk mencari absen kelas mereka dan mengetahui siapa nama wali kelas mereka. Yusa dan Rasya langsung menuju rak dekat meja Pak Gani yang berantakan karena ulah Delan sebelumnya, sedangkan Mala mengarahkan kain pelnya pada kamera CCTV.

All About ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang