Pagi menyingsing, tapi lima sekawan itu belum juga keluar dari dunia mimpi. Gentar sudah ada di depan villa, meneriaki nama Yusa dan teman-temannya. Namun bukannya Yusa yang keluar, tapi malah penjaga villa dengan sapu di tangan kanannya.
"Ini kenapa atuh teriak-teriak disini?"
"Anu teh, yang sewa villa disini belum balik ke kota kan?"
"Belum. Akang gendang teh ada perlu apa sama penyewa villa-nya?" tanya teh Lilis
"Nama saya teh Gentar atuh, bukan Gendang. Ini saya ada urusan sekarang sama mereka dan chef Yeni."
"Oh ya udah kalau emang kepepet, ini kunci cadangannya. Saya teh mau lanjut nyapu dulu," kata teh Lilis memberikan kunci cadangannya pada Gentar
Gentar masuk dan menemukan mereka masih tidur di atas kasur yang empuk. Namun ia tidak melihat Yusa dan Rasya. "Di atas memang ada kamar?" tanya Gentar pada dirinya sendiri
Lantas Gentar melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Di atas, Yusa dan Rasya tertidur pulas di lantai, membuat Gentar berpikiran negatif kalau mereka mengalami hal buruk.
"Yusa! Rasya! Bangun! Kalian kenapa?!"
"Kenapa sih bang," kata Yusa yang mulai bangun
"Gapapa kan?"
"Ya gapapa orang cuma tidur," kata Yusa kemudian bangun dari baringnya, di ikuti oleh Rasya.
"Kalian ngapain coba tidur disini?!"
Yusa dan Rasya tidak menjawab dan langsung memberitahu Gentar tentang sandi morse yang mereka temukan. Mendengar nama Shella membuat ingatannya kembali ke lima tahun yang lalu. Shella adalah teman mereka, namun ia terkesan misterius dan tertutup. Dan Shella dinyatakan hilang 5 tahun yang lalu.
Setelah selesai bersiap, mereka pergi ke restoran itu untuk bertemu Yeni, sekalian sarapan. Dua staf bernama Nisa dan Lia menghampiri mereka. "Ada yang bisa kami bantu?" tanya Lia
Baru saja Yusa ingin mengatakan sesuatu, dirinya di dahului oleh Delan. "Sarapan mbak, roti panggang enak kayaknya."
"Ada lagi?"
"Ini mereka buatin nasi goreng sama roti panggang juga. Eh apa ajalah mbak, mereka makhluk omnivora," kata Delan tanpa rasa bersalah
Setelah Nisa dan Lia pergi, Delan menatap teman-temannya yang juga menatapnya datar. Delan di buat kikuk dengan tatapan mereka. "Ja-jangan buru-buru lah, sarapan dulu."
Mereka langsung masuk dan duduk di dalam tanpa menggubris tindakan semena-mena Delan. Ya, mereka tidak bisa menyalahkan Delan sepenuhnya. Mereka pun merasa lapar karena semalam mereka tidak memakan apapun. Delan sudah menghabiskan semua snack-nya dalam perjalanan pulang.
Delan mengelus dadanya lega, "Aman."
Setelah sarapan mereka datang, mereka langsung bertanya keberadaan Yeni dan staf laki-laki itu mengatakan bahwa Yeni sedang memasak di dapur. Mereka belum bisa berbicara dengannya. Lantas mereka putuskan untuk menghabiskan sarapan mereka dulu.
Singkat cerita, makanan di hadapan mereka sudah habis. Nisa menghampiri mereka untuk menagih bayaran mereka.
"Oiya, apa kita sudah bisa berbicara dengan chef Yeni?" tanya Rasya
"Chef Yeni? Dia ga kerja hari ini," saut Lia dari meja kasir
"Loh! Tapi tadi kata staf cowo yang nganterin makanan bilang chef Yeni lagi masak," jelas Mala
"Aduh maaf ya, dia masih baru jadi gak begitu hafal nama-nama chef," kata Nisa
"Aiiisshhh!" Mereka semua berlari menuju rumah Yeni, takut jika ia melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Them
TerrorApa yang kalian lakukan jika kalian adalah seorang indigo dan 'mereka' meminta bantuanmu untuk menyelesaikan masalah 'mereka'? Kalian akan membantu atau mengabaikan 'mereka'? Jika kalian menanyakannya pada Rasya, maka ia dan sahabatnya memilih untuk...