1 (Awal)

56 18 5
                                    

Hari ini adalah hari pertama Rasya sebagai murid SMA. Rasya bersekolah di SMA Alaskar, sekolah swasta yang terkenal dengan kemegahan dan ke-elitannya.

Seperti sekolah elit pada umumnya, sekolah itu dihuni oleh anak-anak konglomerat yang orang tuanya sangat berpengaruh di Indonesia. Namun tidak dengan Rasya. Rasya adalah seorang gadis yang pintar sehingga ia mendapat beasiswa untuk bersekolah di sekolah itu.

Rasya bersekolah menggunakan sepedanya menelusuri jalanan pagi itu dengan senyum yang terukir di wajahnya. Telinganya dimanjakan dengan suara kicauan burung yang sangat merdu. Tiba-tiba sebuah suara mengusik telinganya.

"Kamu bisa lihat aku kan?"

Rasya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil masih mengayuh sepedanya. Tak ada siapapun di sebelahnya dan ia mulai melirik ke belakang. Rupanya ada sesosok arwah pria yang entah sejak kapan berada di kursi belakang sepedanya. Rasya mengabaikan arwah itu dan melajukan sepedanya cukup cepat.

"Tolong aku!"

Arwah itu kembali mengusik telinganya. Rasya terus mengabaikannya tetapi arwah itu terus mengulang kalimatnya yang membuat Rasya risih dan seketika menghentikan sepedanya tepat didepan sekolahnya. Karena Rasya ngerem mendadak, arwah itu terpental kedepan dan menembus apapun yang menghalanginya sampai hilang dari pandangan Rasya.

BRUKK!!!!

Sebuah mobil menabrak sepeda Rasya dari belakang, mungkin karena ia berhenti mendadak. Pengemudi mobil itu keluar dan memarahi Rasya karena perbuatannya barusan bisa saja membahayakan dirinya juga orang lain. Saat pengemudi itu mengomeli Rasya, seorang gadis remaja turun dari mobil itu.

Pengemudi itu langsung meminta maaf pada gadis itu dan menyebutnya dengan panggilan "non." Sepertinya hubungan antara mereka adalah sopir dan majikan.

"Aku turun disini aja ya Kang," Kata Mala.

"Baik non," Kata Kang Sesep.

Kang Sesep pergi dengan mobilnya dan Mala mendekati Rasya. Rasya menggerakan bola matanya dari atas kebawah melihat penampilan Mala lalu membandingkan dengan penampilannya sendiri. Rasya tersenyum kecil dan menatap Mala yang kini sudah berada 1 langkah di depannya.

"Lo sekolah disini?" Tanya Mala.

"Hehe iya."

Mala melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Yaudah yuk masuk, udah hampir setengah delapan, MPLS udah mau mulai."

MPLS adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, salah satu kegiatan yang harus dijalani oleh murid baru. Tak seperti Rasya, Mala sangatlah ramah, kalau Rasya... Ia sedikit pendiam jika berhadapan dengan orang yang baru dikenalnya.

Rasya pun memarkirkan sepedanya di tempat parkir khusus sepeda. Kemudian berjalan bersama Mala memasuki pintu gerbang.

"Ada aura lain," Batin Rasya. Ia melihat sekeliling, ada beberapa sosok tak kasat mata yang memperhatikan mereka berdua.

Sebenarnya, bukan hanya Rasya yang merasakannya, namun Mala juga. Hanya saja Mala tidak bisa melihat 'mereka'.

"Kayaknya dia bisa lihat hantu deh, dari matanya gue bisa lihat 'mereka'," Batin Mala.

"Lo bisa ngeliat mereka?" Tanya mala.

Deg!

Jantung Rasya berdegup kencang mendengar pertanyaan itu. Pasalnya tak ada yang mengetahui kemampuannya itu selain kedua orang tuanya, karena ia tahu bahwa orang lain tak akan semudah itu percaya dengan hal yang tak bisa dicerna dengan nalar.

All About ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang