Rasya memcoba mempercayai Yusa. Ia terus menatap gedung itu, tak membiarkan gedung itu lepas dari pandangannya. Sesekali ia melirik ponselnya. "Empat menit lagi," gumamnya.
Ketika jam menujukkan pukul 12 tepat, salah satu lampu dari dalam gedung itu benar-benar berkedip beberapa kali.
Rasya tersentak. "Mungkin Yusa benar."
Kedipan lampu itu seperti memiliki ritme yang terus berulang beberapa kali. Namun Rasya tidak menyadarinya. Setelah lewat dari pukul 12, lampu itu berhenti menyala. Dan Rasya melihat sekelebat bayangan yang keluar dari gedung itu, bayangan hitam yang menuju danau.
Bohong jika Rasya bilang dirinya tidak takut saat ini. Ia mengalihkan pandangan dari jendela dan kembali bergabung dengan teman-temannya di ruang tengah. Kemudian Rasya mendengar ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.
Dari aplikasi email.
"Ikuti saya, temukan saya." Rasya membacanya dari bar notifikasi. Ia semakin takut. Pengirimnya sama dengan email misterius sebelumnya. Tak mampu berpikir jernih, ia menyembunyikan dirinya di balik selimut. Semoga teh herbal tadi berhasil membuatnya tertidur agar ia tak ketakutan sendirian.
─o─
Pagi-pagi Yusa yang masih terkantuk-kantuk berjalan menuju kamar mandi. Sebenarnya ia enggan bangun, namun kantung kemihnya sudah penuh dan harus segera dikuras.
Ceklek!
Yusa menutup pintu kamar mandi. Namun tiba-tiba perasaannya tidak enak.
Klotak!
Seperti ada suara benda jatuh dari luar kamar mandi. Dari sekitar wastafel sepertinya.
"Delan?! Lo gak usah main-main gitu sama gue, gue gak takut."
Tak ada jawaban.
"Delan?!" Yusa kembali meneriakkan nama temannya itu. Namun sama sekali tak ada jawaban.
Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Yusa membuka pintu. Ia menemukan botol sabun cuci tangan terjatuh di bawah wastafel, tapi tidak ada orang. Semuanya masih tergulung selimut di ruang tengah.
Lelaki itu mengedikkan bahu. Ia berjongkok untuk mengambil botol tersebut.
"Apaan nih?" Yusa menemukan sebuat batu berwarna merah di sebelah botol tadi. "Kayaknya ni batu yang kemaren."
Lelaki jangkung itu berdiri dihadapan cermin sambil memegang batu aneh yang ditemukannya kemarin. Bayangan dirinya yang tampan rupawan begitu bersinar, sama seperti mentari pagi ini.
"Ganteng juga gue walaupun baru bangun." Yusa tersenyum bangga.
Namun tiba-tiba pantulan wajahnya berubah menjadi wajah lelaki asing yang menyeramkan selama beberapa detik, diikuti dengan lampu yang berkedip beberapa kali.
"EH MONYET!!!" Ia mundur hingga beberapa langkah. "Apaan tuh woy?! Masa muka ganteng gue berubah jadi serem gila!!" Yusa pun melarikan diri dari dalam kamar mandi.
"TOLONG WOY!!!"
Brukkk!!
Yusa menabrak Delan. "Yusa? Lo ngapain teriak-teriak begitu?" tanya Delan sambil membenarkan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya.
"Gu... Gue liat han... Hantu!!!" Yusa gemetar.
"Tolong gue Delan!!!"
Suara Yusa membangunkan Mala, Meita dan Rasya. Mereka menghampiri kedua pria itu.
"Ada apa sih ini ribut-ribut?" tanya Meita santai.
"Gue liat hantu!"
Meita yang mendengar itu langsung menggenggam erat tangan Mala dan Rasya. Bibirnya tak mampu mengucap apapun setelah mengalami kejadian astral. Di danau pula, tempat favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Them
TerrorApa yang kalian lakukan jika kalian adalah seorang indigo dan 'mereka' meminta bantuanmu untuk menyelesaikan masalah 'mereka'? Kalian akan membantu atau mengabaikan 'mereka'? Jika kalian menanyakannya pada Rasya, maka ia dan sahabatnya memilih untuk...