Otak manusia berperan besar dalam mengambil keputusan. Otak jugalah yang mengambil peran ketika sebuah informasi masuk, dia akan segera memprosesnya. Memberikan penilaian apakah informasi itu benar atau justru sebaliknya. Tapi manusia sekarang, rupanya tak lagi sejalur dengan otak mereka. Sebab saat rungunya mendengar informasi paling baru, maka mulut mereka akan segera meneruskan informasi tersebut tanpa diolah pikir. Terkadang menimbulkan kesalahpahaman besar hanya karena secuil informasi itu.
Coba bayangkan jika orang-orang saling mengumbar desas-desus tentang hidup kita sementara kita ada di sana.
"Iya, serius. Aku nggak pernah liat Park Jisung sama orang tuanya. Apalagi sama mamanya, mereka kelihatan jauh banget. Jangan-jangan dia bukan anak kandungnya ya?"
"Eh jangan keras-keras, nggak lihat Yeonwoo lewat di sana. Mereka berdua kan sibuk kerja, kamu bukannya liat sendiri mereka sering pergi pagi pulang larut malam? Jadi mungkin nggak punya waktu buat anaknya."
Yeonwoo hampir menghentikan langkahnya sekedar memberi penegasan bahwa kedua tetangganya itu tak sepatutnya memberi kesimpulan sendiri atas keluarganya. Kesabarannya tak sehebat anaknya. Tapi ketika dia tahu konsekuensi apa yang akan ditanggungnya akibat tindakan ceroboh itu, Yeonwoo memilih abai meski hatinya memanas.
Sebagai korban pelampiasannya, pintu apartemen dijeblak keras-keras. Mulutnya terbuka lebar. Suaranya menggema lebih keras dari induk singa yang kehilangan anaknya. Park Yeonwoo melepas semua kesabarannya semenjak komentar-komentar itu merangsek ke dalam rungunya. Mengobrak-abrik perasaannya saat itu juga.
"Hyojoo!" Tangan kekarnya menarik kursi itu. Membawa sosok perempuan yang tengah berkutat dengan berbagai ragam kertasnya itu terpaksa membalikkan badannya. Air mukanya lebih lelah dari penjaga kebun binatang yang harus menenangkan amukan harimau. "Kamu masih sibuk sama kantor yang nggak bisa gaji kamu dengan layak itu? Daripada kamu kerja di tempat sampah yang sama sekali nggak ngehargai kerja kerasmu, lebih baik kamu ngurus Jisung di rumah!"
Hyojoo yang diselimuti kabut lelah pun menggeleng kecil dengan tangan terangkat untuk memijit pelipisnya. Kepalanya kini 50 kali sakitnya setelah dibentak suaminya sendiri. "Kenapa sebut dia lagi? Kamu sendiri tahu Jisung lebih baik jaga dirinya sendiri dari apa yang kamu pikirin. Dia udah dewasa, dia baik, dia bisa diandalkan, Yeonwoo." Mulutnya menyahuti seadanya. Enggan menyulut api perdebatan sebab dunianya sudah berporos pada kelelahan.
"Tapi kamu ibunya! Sampai dia usia berapapun, peranmu masih sebagai ibu yang harus jaga dan kasih dia cinta selama dia hidup." Yeonwoo menepis cepat.
Decakan yang muncul karena setengah kesal dan jengah itu mengudara. Hyojoo bangkit dari duduknya. Tatapannya kini sedikit serius ketimbang sebelumnya. "Kamu kenapa tiba-tiba nuntut aku buat ini-itu ke dia? Kemarin aku udah turutin maumu buat masakin dia sarapan. Sebelumnya kamu nggak pernah aneh-aneh gini dan selalu percaya sama Jisung kan?" Keningnya mengerut. Sedikit menjurus pada kekhawatiran akan perubahan sang suami yang kelewat mendadak.
Yeonwoo menghela nafas panjangnya. Rasa lelah yang selalu menerbitkan sosok Yeonwoo yang loyo, kini tak menampilkan wujudnya. "Aku cuma merasa gagal jadi Ayah. Sejak Jisung cerita sesuatu sama tetangga dan makan di rumahnya, aku rasa aku bukan Ayah yang baik. Bahkan untuk sekedar disebut Ayah pun aku nggak yakin pantas atau nggak. Jisung kita lebih dekat sama orang lain ketimbang orang tuanya sendiri. Kamu nggak merasakan sesuatu?"
"Kenapa? Asal dia bergaul sama orang yang baik, itu nggak masalah kan?" Hyojoo menyahut dengan enteng.
"Bukan gitu." Yeonwoo menggeleng geram. "Denger, kita orang tuanya. Kita yang buat dia ada di dunia ini dan kita yang seharusnya bertanggung jawab buat hidupnya, bukannya orang lain yang nggak punya andil apapun. Kamu seharusnya sedikit berkecil hati waktu tahu anakmu lebih deket sama orang lain. Hyojoo, jangan sampai status anakmu pindah ke pekerjaanmu dan Jisung benar-benar terlupakan." Tatapannya mulai mengintimidasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION ✔️
FanfictionJung Jaehyun sempat mengira bahwa dirinya adalah manusia paling menderita di dunia ini. Mungkin dia terlalu nyaman menutup mata sehingga tak menyadari betapa kejamnya dunia dan berapa banyak miliaran orang di luar sana yang nasibnya lebih buruk keti...