Jisung nyaris tak mempercayai rungunya sendiri. Di bawah terik matahari. Di depan cek-cok si brengsek Jaeyol yang tertangkap basah akan departemen pendidikan, Jisung menangkap sebuah bebunyian. Sebuah bunyi kelontang yang cukup keras disusul bersama dengan debum yang ikut mengudara. Lantas kepalanya menoleh, menemukan seorang wanita dengan jarak beberapa meter darinya. Sebuah tong sampah jatuh menggelinding tak jauh dari titiknya berdiri.
Ketika manik gelap itu menangkap sosok familier, Jisung berharap ini semua bukan sekedar mimpi. Tak apa, tak apa bila semua skenario buruk yang membombardirnya tanpa ampun itu benar-benar fakta yang tak dapat ditepis. Tapi tolong, Jisung memohon dengan sangat. Pertemuan ini, hancurnya belenggu kerinduan ini, jangan hanya sebatas mimpi.
Menyusul, langkah kakinya melangkah lebar. Meninggalkan semua orang yang sibuk adu mulut satu sama lain. Terkejut dengan tingkah yang terlalu tiba-tiba, Jaehyun ikut melangkahkan kakinya. Sayangnya, lima detik setelah dia berusaha menggapai Jisung untuk kembali, kakinya justru terhenti. Mematung seakan sesuatu tak mengizinkannya untuk pergi.
8 meter darinya, Jisung ikut memelankan langkah kaki. Di bawah langit terang Jung-gu hari ini. Di bawah teriknya sang surya membakar semua penghuni buminya, mulut kaku itu menyebutkan satu nama. "Mama?"
Hyojoo sendiri tak punya kekuatan lebih untuk kembali berkelit. Punggungnya perlahan berbalik. Matanya memanas bersamaan dengan bulir pertama air matanya yang jatuh menetesi tanah gersang. Kepalanya mengangguk kecil. "Iya, ini Mama, Jisung." Kalimat penegasan ulang itu nyaris tenggelam oleh ricuhnya suara-suara yang lain. Lirih dan teramat pelan. Namun bagi Jisung yang tak pernah meluputkan atensinya, kalimat itu seakan nyanyian selamat datang yang kelewat merdu di rungunya.
Kembali melangkah, Jisung merasa kehangatan yang telah lama pamit dari batinnya itu kembali hadir. Seraut wajah yang mati-matian ia cari selama ini, pada akhirnya ia temukan atas izin Tuhan. Jelaga gelap itu mengamati penampilan sang Mama. Topi lusuh, surai gelap yang kusut akibat dicepol asal-asalan, pakaiannya yang nampak seperti lukisan abstrak atau sepatu bututnya yang hampir menyerupai miliknya.
"Mama makin kurus." Bersamaan dengan meluncurnya kalimat itu, Jisung meraih tubuh ringkih sang Mama. Mendekapnya erat-erat seakan tak ada lagi hari esok. Kepalanya ditenggelamkan. Menghirup banyak-banyak aroma khas milik mamanya. Membiarkan luapan rindu itu tak lagi dibendung sedikitpun.
Hyojoo tertawa kecil. Telapak tangannya lembut mengelus punggung sang anak. "Mama lagi diet, wajar kalau makin kurus." Alibi konyol itu mengudara. Berharap Jisung mempercayainya meski kenyataannya tidak sama sekali.
"Mama, aku rindu. Mama kemana selama ini?"
Hyojoo menarik nafasnya. "Maafin Mama. Mama bukan ibu yang baik karena udah ninggalin kamu seenak hati ya? Maafin Mama. Mama bener-bener bodoh buat ninggalin kamu. Jisung, maafin Mama." Pintanya itu menghujani Jisung bertubi-tubi. Sementara yang dipinta, menggeleng keras-keras di dalam pelukannya.
"Mama nggak pernah salah dan nggak akan pernah salah. Mama selama ini baik-baik aja kan?"
"Mama baik." Wanita itu mengangguk sekali. Menahan air matanya untuk tak lagi beruraian. "Kamu gimana?"
"Aku juga baik-baik aja. Ada Kak Jaehyun yang selama ini selalu ada sama aku."
Hyojoo mengulas senyumnya. Mengeratkan dekapan itu lantas mengangkat kepalanya. Sekejap kemudian, Jisung merasakan sesuatu menyentuh keningnya. Park Hyojoo. Seorang wanita yang menyandang status sebagai ibu dari Park Jisung. Seorang ibu yang dulunya kekurangan perhatian untuk sang pangeran kecilnya, kini melimpahkan semua itu. Membuat Jisung menghangat. Mamanya berubah jauh lebih baik atas semua yang telah terjadi.
ꗃꠂꠥ
Akibat pengaduan yang diajukan oleh Park Hyojoo, hukuman untuk Jisung pun dipatahkan. Apa itu pusat tahanan remaja? Tempat itu tak akan memperburuk lika-liku hidup Jisung untuk beribu kalinya. Departemen pendidikan sudah menjatuhkan persepsi mereka. Bahwa Park Jisung juga seorang korban. Dia ditekan untuk melakukan tindak merugikan itu karena lingkungan sekolahnya sendiri. Sebagai pengakuan dan penebus kesalahan, Seiyeon high school diminta memposting sebuah permintaan maaf atas tindak ketidakadilan mereka yang lalai. Lantas, hukuman apa yang pantas membuat jera seorang guru tak bermoral itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION ✔️
FanficJung Jaehyun sempat mengira bahwa dirinya adalah manusia paling menderita di dunia ini. Mungkin dia terlalu nyaman menutup mata sehingga tak menyadari betapa kejamnya dunia dan berapa banyak miliaran orang di luar sana yang nasibnya lebih buruk keti...