Ketika Jaehyun memberikan sebuah pesan yang menjelaskan secara singkat bahwa sepasang ibu dan anak itu harus menunggu barang beberapa waktu, ketika itu pula keduanya melepas tali kerinduan yang melilit tanpa ampun.
Bersama dengan segelas americano dingin untuk sang anak dan segelas sikhye untuk sang ibu, siang itu seakan momen yang telah lama ditunggu. Bagai menanti reinkarnasinya seorang manusia di kehidupan berikutnya, Jisung amat sangat merindukan Park Hyojoo.
Pelan, bibir itu terbuka. "Mama udah nggak marah lagi ke aku? Gimana caranya?" Takut-takut mengungkit kesalahan terbesarnya, kepalanya mendongak.
Hyojoo menggeleng kecil. Tatapannya semakin melembut. "Mama nggak pernah marah sama kamu, Jisung." Lantas ketika dorongan ketidak-kuatannya atas rasa malu kembali menghajar, Hyojoo menundukkan kepalanya. Nafas beratnya terhembus. "Waktu itu, Mama bukannya marah sama kamu. Mama takut memperbanyak lukamu, Mama malu sempat tega bentak kamu sekeras itu di tempat umum bahkan kalap hampir bikin anak semata wayang ini celaka karena diri sendiri." Berkilat penuh emosional, Hyojoo tersenyum kecil. "Mama rasa, Mama nggak pernah pantes buat dipanggil seorang ibu. Gimana bisa mamamu sendiri tega ninggalin kamu sendirian sementara orang lain yang nggak punya hubungan darah apapun sama kamu justru selalu ada di sisimu dan selalu dukung kamu?"
Kalimat itu. Terdengar lebih menyendu ketimbang sebelumnya. Permintaan maaf itu. Jisung bisa merasakan seratus juta ketulusan yang sekian kalinya terucap dari mulut penuh penyesalan milik mamanya sendiri.
Tersenyum manis, Jisung kembali menyahuti. "Kak Jaehyun punya jiwa kebapakan yang bener-bener kuat, Ma. Dia nggak pernah ninggalin aku. Bahkan ketika aku kena rumor buruk di sekolah atau ketahuan berantem, dia dengan senang hati repot-repot datang buat bela aku dan jadi wali ku. Sekalipun aku nggak apa-apa, dia bahkan rela kehilangan pekerjaannya." Kepalanya giliran menunduk. Senyum tulus itu merekah. "Kak Jaehyun selalu mementingkan aku lebih dari dirinya sendiri. Saat itu aku merasa sangat terbantu tapi saat itu juga, rasanya aku lagi di tahap menghancurkan hidup Kak Jaehyun."
Jisung tak pernah tahu akan seburuk apa semua cerita ini ketika sosok Jung Jaehyun tak menampilkan batang hidungnya sedikitpun. Dia tak tahu seberapa tersiksanya semua yang ia lewati jika seandainya Jaehyun tak ikut memerankan sebuah tokoh protagonis yang berhati besar. Kemungkinan terburuknya, dia bisa terpuruk tanpa ada semangat untuk bangkit. 50 kalo lipat merasa putus asa dari apa yang selama ini ia rasakan.
"Bahkan di saat dia kehilangan pekerjaannya, dia masih tetep jagain aku. Pastiin aku bahwa aku bener-bener baik. Dia rela korbanin uangnya, waktunya, cuma buat cek kesehatan men—" untaian kalimat indah itu terhenti. Matanya mengerling sekilas ke arah sang lawan bicara. Sedikit pias, sorot kecemasan itu menguar.
"Mama tahu."
Ketika dua kata itu terucap dengan penuh kelembutan, Jisung kembali menunduk. Nafas panjangnya ia tarik. Kleptomanianya, entah masih singgah di dalam dirinya atau berangsur menghilang setelah siraman terapi dan banyaknya obat yang ia telan.
"Mama ada di sana. Di saat kamu hampir jadi korban atas mobil yang kelewat cepat." Senyum itu disunggingkan. Sedikit gemas dengan raut wajah penuh keterkejutan yang lepas kontrol dari sang empu. Jisung membulatkan matanya. Mulutnya menggumam pelan tentang firasatnya mengenai betapa familiernya cekalan tangan waktu itu.
Sedikit puas dengan asumsinya sendiri, Jisung kembali menyuarakan pertanyaannya. "Jadi, selama ini, tentang aku yang merasa diikuti seseorang, apa itu Mama? Apa Mama juga yang kasih aku makanan dan digantung di pintu apartemen?"
Sesuai 90% harapan Jisung, Hyojoo menganggukkan kepalanya. Seutas senyumnya dipamerkan. "Iya, itu Mama. Maaf kalau seandainya kamu merasa takut waktu itu." Tatapannya melunak. Berusaha memposisikan dirinya sendiri pada keadaan si anak kala itu. "Ibu mana yang kuat ketika dia ninggalin anaknya sendirian sementara di luar sana ada banyak orang-orang jahat?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION ✔️
FanfictionJung Jaehyun sempat mengira bahwa dirinya adalah manusia paling menderita di dunia ini. Mungkin dia terlalu nyaman menutup mata sehingga tak menyadari betapa kejamnya dunia dan berapa banyak miliaran orang di luar sana yang nasibnya lebih buruk keti...