24. Percikan Keberanian

381 104 8
                                    

Dunia semakin marak oleh tingkat kriminalitas yang semakin meninggi. Pembunuhan, penculikan atau pencurian, seharusnya bukan sebuah hal yang asing lagi bagi manusia. Tapi beberapa dari mereka masih akan tergerak memberi keluhan ketika mendapati adanya kasus kriminal terbaru. Setelah memberi komentar, entah mengapa mereka justru ikut terjerumus dalam lubang yang sama.

Korea Selatan termasuk salah satu negara yang menjunjung tinggi tentang hukum. Akibat ketatnya persaingan dalam dunia pekerjaan, orang-orang yang kemauannya lebih rendah untuk berusaha mengais uang, pun tersingkirkan. Lantas saat semuanya bergerak semakin maju, mereka masih berpijak pada tempatnya. Meningkatnya harga barang-barang pokok membuat hidup mereka semakin kesulitan. Maka, sebab tak punya kemauan besar untuk bekerja, salah satu dari mereka memberanikan diri untuk mencuri sebuah telur demi bertahan hidup. Tapi, siapa sangka sebutir telur ampuh menjebloskan dirinya masuk ke jeruji besi? Menggantungkan hidupnya, melupakan semuanya karena keadaannya saat ini.

Menurut undang-undang pidana Korea Selatan, seseorang yang dihukum karena kejahatan terkait pencurian lebih dari 3 kali harus dihukum lebih dari 2 tahun penjara jika dia melakukan kejahatan yang sama. Tidak ada ketentuan sanksi moneter dalam kasus itu. Sayangnya, manusia terlalu anti dalam menghadapi kata jera. Seakan punya 7 nyawa, mereka mengulang-ulang kesalahan yang sama. Mengisi seluruh skenario hidup itu atas penderitaannya masing-masing.

Keluhan-keluhan itu mengudara. Penuh akan pertanyaan seputar kehilangan seperti, penggarisku yang kemarin ketinggalan di sini kok udah hilang gitu aja? Pulpenku juga satu per satu hilang entah kemana. Aku kehilangan parfumku kemarin.

Siswi-siswi itu sibuk meributkan barang-barang mereka. Mengeluarkan seluruh isi tasnya sekedar untuk mencoba menemukan barang yang tengah mereka cari. Sayangnya, bagai sebuah aksi sulap, semua itu memang lenyap. Tak meninggalkan jejak sedikitpun di barang-barang mereka yang lain.

7 meter dari ricuhnya kaum betina yang pantang menyerah menemukan barangnya, Park Jisung nampak tersulut oleh api semangat. Mengorbankan jam istirahatnya, kaki jenjang itu melangkah lebar-lebar.

Manusia harus punya perubahan. Ketika Park Jisung turun pangkat di pandangan orang-orang, dicaci-maki, diolok-olok, tersisihkan, itu berarti dia berubah menjadi pribadi yang lebih buruk ketimbang sebelumnya meski semua kesalahan itu hanya didasari oleh ketidaksengajaan. Lantas, untuk masalah terbesarnya—keberanian—dia harus membangkitkannya. Setidaknya, saat hidupnya terbalik bak bumerang sendiri untuknya, Jisung harus punya keberanian untuk menghadapi semua itu. Berani melawan, berani menentang, berani mempertahankan posisinya bahwa ia tidak melakukan kesalahan apapun. Jisung harus berubah untuk keberanian itu.

Kala sepasang sepatu butut yang belum juga dipensiunkan berbelok ke sebuah koridor yang lebih sepi, Jisung menyetujui kalimat Jaehyun yang pernah terucap. Jisung tak pernah tahu seberapa buruk dirinya di benak orang-orang itu. Tapi ketika kata-kata pembunuh, pencuri, anak tidak tahu diri, mulai dilayangkan untuknya, Jisung tahu reputasinya lebih buruk ketimbang Lee Seokmin yang tertangkap kamera tengah berselingkuh atau terlibat kasus narkoba lagi.

Menghadapi manusia seperti Min Sejun, Jisung juga harus punya keberanian. Meski dia mulai berani untuk memberi pelajaran lewat bogem tangannya, tapi menurutnya itu bukan definisi berani yang sesungguhnya. Saat tangannya terkepal, saat kepalanya mendidih, saat batin dan raganya dikuasi oleh amarah yang membumbung tinggi, saat itulah Jisung tak ingin menyakiti orang lain dengan tubuhnya. Setidaknya, untuk memberi perlawanan balik, dia masih punya mulut. Dia masih bisa menyerang dengan kata-kata tajamnya seperti Jaehyun sebagai contohnya.

Min Sejun, yang ini untukmu.

Tangannya mendorong pintu, membawa dirinya masuk ke dalam sana. Mendengar adanya seseorang yang merangsek masuk, satu-satunya pria paruh baya bertopi yang agaknya tengah menjaga semua monitor-monitor di depannya, menoleh.

ATTENTION ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang